"Kau yakin?" tanya ayahku sekali lagi.
Aku memandangi kedua mata coklatnya yang terlihat lelah dan khawatir, dengan senyuman santai yang sama dengan sebelumnya kuraih lengan ayahku lalu menariknya ke arah pintu keluar suite hotel Gabriel Adler. Kami berjalan beriringan sementara kedua werewolf yang berdiri di sisi pintu suite ini membukakannya.
"Apa Mum ada di hotel ini juga, Dad?" tanyaku saat kami melangkah di lorong berkarpet merah yang mewah. Ayahku mengangguk, tatapan khawatirnya masih tertuju padaku. Dan ada ekspresi asing yang sejak tadi terlihat jelas di dalam sorot matanya yang lelah.
Ekspresi bersalah.
Tapi sejujurnya aku sendiri belum siap membicarakan tentang alasan orang tuaku tidak pernah menghubungi atau menjengukku sekalipun selama beberapa bulan terakhir ini. Aku belum ingin mendengarnya. Saat ini ada hal yang lebih mendesak dari itu.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください