webnovel

Beda Status

~Jika kita bertemu sebagai dua orang asing, maka sebaiknya seperti itu untuk seterusnya.~

Naraya masih tetap pada pendirinya. Dia tidak ingin Aksa diajak ke rumah. Walaupun dia adalah orang yang menjadi idola Naraya dua tahun ini.

Beda. Naraya menanggap Aksa sebagai Idolnya saat dia di atas panggung. Tapi, untuk saat ini, Aksa di mata Naraya tidak lebih dari orang asing yang kebetulan meminta pertolongan kepadanya.

Dan dia sangat tidak mau ada orang asing menginap di rumah. Apalagi seorang laki-laki. Belum siap Naraya untuk melihat laki-laki selain Ayahnya ada di rumahnya. Walaupun hanya untuk waktu singkat.

Selama menunggu kedatangan Mas Tirta dan manager Aksa tiba, Ibu Naraya terus membujuk anaknya untuk membiarkan Aksa ikut pulang bersama mereka. Tapi, Naraya keras pada kemauannya.

Aksa pun hanya pasrah saja. Kalau mau ditanya keinginannya apa, sudah pasti dia akan meminta gadis itu mengizinkannya bersembunyi di rumahnya. Tapi, melihat bagaimana kerasnya dia, membuat Aksa jadi pasrah.

Tidak berselang lama, terlihat ada sebuah mobil berhenti di depan toko Ibu Naraya. Naraya sangat mengenali mobil tersebut. Dengan segera dia keluar dan menemui Mas Tirta yang ternyata datang bukan hanya dengan manager Aksa, tapi leader dari The Heal juga ikut datang.

"Aksa beneran ada di sini?" tanya Lengkara langsung.

Naraya mengangguk dan mempersilakan mereka masuk. Ketiganya pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat kepala Aksa yang sudah ditempeli perban.

Mas Tirta dan Bang Arnan mengambil tempat di sisi kiri dan kanan Aksa. Sementara Lengkara berdiri di depan ketiganya.

"Apa yang terjadi, Sa?" tanya Mas Tirta jelas sekali kekhawatirannya.

"Ibu pastinya," jawab Aksa jengah.

"Terus lo diapain sampai luka gitu?" Kali ini Bang Arnan yang melayangkan pertanyaannya.

"Gue tabrakin mobil mereka ke pembatas jalan dan kepala gue ke bentur di dashboard."

"Terus kenapa bisa ketemu Naraya?"

"Kebetulan aja."

"Terus sekarang maunya gimana? Kata Naraya lo nggak mau balik?"

Aksa mengangguk. "Pasti orang-orang suruhan Ibu mantengin apartemen gue. Mereka juga pasti bakal jagain kantor sama asrama. Gue nggak bisa ke tempat yang mereka tahu."

Mereka terdiam. Jadi, ini alasannya Aksa memaksa untuk tidak pulang dan memilih ikut bersama keluarga Naraya. Ternyata memang dia ingin bersembunyi dari orang-orang itu.

Naraya dan kedua orang-tuanya pun mendengar penuturan Aksa tersebut. Ayah dan Ibunya langsung menatap Naraya. Seakan meminta persetujuan anaknya.

Mas Tirta berdiri dari duduknya dan menghampiri Naraya yang saat ini sedang berdiri di dekat pintu yang menghubungkan bagian depan toko dengan ruangan istirahat ini.

"Gue bisa minta bantuan nggak?" tanya Mas Tirta penuh permohonan.

Naraya tahu apa yang akan diminta Mas Tirta kepadanya saat ini. Setelah mendengar cerita Aksa dan juga melihat bagaimana Mas Tirta yang saat ini tengah menatapnya penuh harap, membuat sedikit demi sedikit pertahanan Naraya terkikis.

"Mas… lo tau kan gue gimana?"

"Gue tahu. Tapi, keadaan Aksa sekarang lagi genting. Gue harus selamatin dia. Kalau nggak, kita semua bakal kehilangan dia."

Naraya terdiam. Dia tidak tahu apa maksud dari ucapan Mas Tirta itu. Apakah ada masalah fatal yang tengah dihadapi Aksa saat ini?

"Sayang… bantu orang itu perlu, lho," timpal Ibu Naraya.

Oke. Pertahanan Naraya benar-benar dibuat goyah. Sebenarnya, yang membuatnya enggan untuk mengizinkan Aksa menginap di rumah bukan karena masalah laki-laki itu, tapi masalah pada dirinya. Dia tidak yakin akan biasa saja melihat ada laki-laki lain di rumahnya.

"Bang Arnan bisa jamin Aksa nggak akan macam-macam." Bang Arnan ikut berdiri dan menghampiri Naraya.

Melihat semua orang begitu mengharapkan izinnya, membuat Naraya akhirnya menyerah. Anggap saja dirinya sedang membantu korban peperangan. Situasi yang tidak bisa dia hindari.

"Ya udah,"putus Naraya akhirnya.

Semua orang yang ada pun akhirnya bisa bernapas lega. Terlebih lagi Aksa. Dia akhirnya bisa tidur nyenyak malam ini tanpa ada kekhawatiran Ibunya akan menculiknya lagi.

"Saya titip adik saya, ya, Om. Saya pastikan dia tidak akan macam-macam, kok," ucap Mas Tirta kepada Ayah Naraya.

Karena kejadian ini juga, membuat Naraya dan orang tuanya kaget dengan fakta bahwa Mas Tirta punya adik artis terkenal.

Naraya pun akhirnya tahu alasan kenapa Mas Tirta bisa membawanya bertemu The Heal dengan mudah waktu konser dulu.

Ayah Naraya yang dulunya sempat menaruh curiga kepada Mas Tirta pun kini tidak lagi. Dia akhirnya bisa bicara dengan nyaman bersama Mas Tirta.

Pembicaraan antara Mas Tirta, Bang Arnan, dan orang tuan Naraya pun berlangsung sedikit lama. Mas Tirta menjelaskan secara garis besar alasan dari kenapa Aksa harus disembunyikan sekarang.

Bang Arnan juga meminta orang tua Naraya memberi mereka beberapa hari untuk membereskan masalah Aksa agar bisa membawanya pulang.

Tanpa ingin tahu urusan keluarga orang lain lebih dalam lagi, orang tua Naraya pun bisa memaklumi situasi Aksa saat ini. Mereka akan memberi tempat perlindungan untuk Aksa sampai laki-laki itu merasa aman untuk kembali.

"Kok bisa lo adiknya Mas Tirta, sih?"

Naraya mencoba untuk membunuh situasi canggung yang tercipta di antara dirinya, Aksa, dan Lengkara. Mereka bertiga sengaja tetap tinggal di ruang istirahat ini disaat para orang dewasa itu bicara.

"Ya bisalah. Emang nggak boleh?" jawab Aksa ketus. Dia masih kesal dengan Naraya yang tadi sempat menolaknya untuk menginap.

Lengkara dengan cepat menyenggol lengan temannya itu untuk menjaga sikap. Dia tidak bisa ketus seperti ini kepada orang yang mau membantunya.

"Biasa aja dong jawabnya. Sewot amat kayak cewek PMS," balas Naraya tidak kalah ketusnya.

Lengkara tidak bisa diam saja. Dia tahu Aksa kesal dengan Naraya karena tadi sempat ada penolakan. Dan dia yakin kalau Aksa akan terus tidak suka dengan perempuan itu, layaknya dia yang sering kesal dengan Ekamatra.

Untuk menghentikan perbedatan di antara dua orang ini, Lengkara pun mengambil inisiatif untuk menarik perhatian Naraya agar tidak ikut kesal dengan sikap Aksa.

"Eh, gue boleh minta nomor lo, nggak? Gue mau pantau nih anak dari lo, bisa?"

Naraya nampak berpikir sejenak. Awalnya dia ragu karena harus memberikan nomor ponselnya ke orang yang tidak dekat dengannya. Tapi, karena ini Lengkara dan alasan yang diberikan laki-laki itu bisa diterima, akhirnya Naraya pun memberikan nomornya ke Lengkara.

"Karena ponsel Aksa nggak ada, jadi gue mau hubungin dia lewat lo bisa, kan? Sekalian juga mau mastiin dia nggak macam-macam. Kalau dia macam-macam, lo bisa langsung lapor ke gue biar gue sama Bang Arnan kasih dia pelajaran."

Akhirnya, malam itu Aksa pun ikut bersama Naraya dan orang tuanya pulang ke rumah. Mereka sengaja berpisah di toko karena menurut Mas Tirta, dia tidak ingin meninggalkan jejak apapun di rumah Naraya agar orang-orang suruhan Ibunya tidak tahu di mana Aksa bersembunyi.

Setelah mereka sampai di rumah, tanpa banya bicara, Naraya langsung masuk ke kamarnya. Ibu dan Ayahnya maklum saja dengan sikap Naraya itu. sikap dinginnya saat ini kepada Aksa bukan karena dia tidak suka dengan laki-laki itu, dia hanya mencoba untuk menjaga jarak saja karena dia tidak nyaman.

Ibu Naraya pun membawa Aksa ke kamar tamu yang sudah selesai dia bereskan. Dia juga memberikan baju-baju milik Ayah Naraya yang dirasa muat di badan Aksa.

Setelah itu, mereka mengajak Aksa untuk makan malam karena memang sejak tadi mereka belum makan malam. Tentu saja tanpa kehadiran Naraya.

"Maklumin Naraya kalau dia jarang gabung sama kita, ya? Dia terpaksa kayak gitu. Tante harap kamu tidak tersinggung," ucap Ibu Naraya meminta pengertian Aksa.

Aksa hanya bisa mengangguk sopan sebagai respon. Dia setengah penasaran dan setengah tidak peduli dengan sikap Naraya saat ini. Kalau tersinggung, rasanya tidak.

Dia hanya sempat bertanya dalam hati kenapa Naraya bisa bersikap sedingin itu kepadanya. Setelah itu, dia kembali tidak peduli.

Setelah dua hari berselang dia menginap di rumah Naraya, Aksa tidak pernah mendapati gadis itu berkeliaran di rumahnya. Bahkan, untuk makan bersama saja dia tidak pernah hadir.

Orang tua Naraya hanya meminta Aksa untuk kembali memaklumi saja tanpa memberinya alasan yang bisa diterima. Aksa pun tidak bisa memaksa mereka memberi tahu sebenarnya kenapa Naraya tidak pernah menampakkan dirinya di dekat Aksa.

Gadis itu benar-benar seperti menghilang. Kalau Aksa tidak salah ingat, dia melihat Naraya keluar dari kamarnya saat hendak pergi. Setelah itu dia tidak lagi melihat keberadaan Naraya. Seperti tidak ada jejak gadis itu di rumahnya sendiri.

Like it ? Add to library!

pirenchincreators' thoughts