webnovel

7. Logat Bule

"Oh iya, Sha. Gue kelupaan terus mau curhat sama lo. Lo tuh kalau diajak curhat menurut gue asik banget, jadi gue suka gitu curhat sama lo."

 

 

 

Di tengah-tengah perbincangan hangat antara Alesha dan Sam, perkataan Sam barusan langsung membuat pipi Alesha bersemu kembali. Ia merasa cukup senang karena sudah mendapatkan kepercayaan dari seseorang yang ia sukai itu. Setidaknya, ini adalah langkah awal yang baik, kan? Setidaknya, ia bisa menjadi seseorang yang Sam percaya dan seseorang yang membuat Sam nyaman dulu baru bisa lanjut ke hal selanjut-selanjutnya.

 

 

 

Huh, tak apa. Alesha cukup menikmati prosesnya kok. Alesha tak akan mengeluh jika prosesnya cukup lama. Alesha tak akan mengeluh jika suatu saat nanti Sam tak peka-peka. Tapi boleh minta sesuatu gak, Ya Allah? Tolong cepat ya, Alesha bisa mati kelamaan nunggu juga kalau benar-benar gak peka-peka. Ya intinya suka-suka Alesha lah mau doa apa!

 

 

 

"Gimana? Mau curhat apaan emangnya?" Alesha menjawab dengan wajah datar, takut pria tersebut dengan mudah melihat ada kegirangan di tubuh atau tingkah Alesha. Nanti Alesha malah terlihat murahan atau terlibat tak profesional. Ya intinya Alesha menjaga saja supaya pria di depannya ini tak berpikiran macam-macam.

 

"Gini, lo perhatiin Fanesh kalau ngomong gak sih? Dia tuh lucu banget tau logatnya! Kayak logat-logat bule gitu. Sumpah deh kalau gue enggak tau aslinya dia, kayaknya gue bakalan ngira kalau dia blasteran atau malah dia orang luar gitu loh!"

 

Brengsek! Sialan! Anjing memang! Bisa-bisanya setelah Alesha diangkat tinggi-tinggi seperti saat ini, Alesha malah dijatuhkan begitu saja karena Sam malah membahas Fanesha. Sebenarnya mau Sam apa sih? Eh, ralat-ralat. Kalau Alesha tanya seperti itu, pastinya Sam dengan sangat lantang menjawab ingin Fanesha. Tidak bisa, Alesha tidak siap jika harus seperti itu caranya.

 

"Dia tuh gemesin banget pokoknya deh. Kalau dia ngomong Inggris tuh kayak gimana ya, aksennya luar biasa banget sih. Nambah makin pretty aja pokoknya. Logat dia keren sih. By the way, gue juga baru nyadar kemaren sih kalau logat doi emang sekeren itu, logat bule pol. Kalau lo enggak nyadar juga gapapa, tapi nanti diperhatiin lagi ya."

 

Sialan emang! Di saat seperti ini Alesha harus menjawab apa coba? Alesha harus menjawab jika logat bule khas Fanesha memang bagus dan keren? Padahal Alesha sendiri rasanya ingin muntah setiap kali mendengarkan Fanesha berbicara. Gadis itu sangat menyebalkan. Gadis itu sangat gila karena sudah merebut Sam-nya. Ya, klaim saja Sam sebagai miliknya karena ia akan menikah dengan pemuda tampan itu.

 

"Lo secinta itu ya sama Fanesha, Sam?" Bukannya turut menilai logat bule yang memang sedari tadi menjadi sebuah pembahasan dan perbincangan, Alesha malah mempertanyakan hal lain. Hal yang memang jika dikaitkan pun akan sama akarnya, sama-sama Fanesha.

 

"Ya menurut lo aja gimana. Gue sedetail itu perhatiin hal-hal kecil dari doi. Kalau udah gitu namanya cinta apa bukan?" Bukannya menjawab dengan sebuah jawaban yang jelas nan tegas, Sam malah menjawab dengan sebuah pertanyaan yang mengharuskan sekretarisnya sendiri yang harus menjawabnya.

 

Argh! Mengapa Alesha selalu dipaksa untuk mundur terus-menerus oleh keadaan? Padahal Alesha sangat ingin berjuang sekali. Alesha sangat ingin mendapatkan Sam. Alesha yakin jika Sam adalah jodohnya. Intinya Alesha yakin jika ia akan menikah dengan Samudra Keith.

 

"Kalau gue bilang lo obsesi gimana, Sam? Agak creepy sih kalau sampai sedetail itu juga." Alesha menyahut, sebisa mungkin ia akan membuat Sam minder hingga Sam tersadar jika ia dan Fanesha bukanlah couple yang cocok dan idaman.

 

Sam mengangkat alisnya tanda bingung. "Obsesi? Astaga, Sha! Lo gila apa gimana sih? Oh my God, Alesha. Ini tuh bukan obsesi, Girl. Ini wajar, ini normal, ini lazim kok. Ya emang cinta tuh kayak gini kok, memerhatikan seseorang yang dicintai sampai sedetail ini. Itu yang namanya cinta, Alesha. Kata gue, lo kalau cinta sama seseorang juga kayak gitu kok, bakalan perhatiin banyak hal, apalagi hal-hal kecil gitu. Itu normal kok, wajar kalau kayak gitu, Sha. Kadang kalau diperhatiin sampai sedetail itu justru menunjukkan kalau dia spesial. Dia menarik di mata kita."

 

Argh, sialan memang! Kenapa Sam selalu saja punya jawaban atas statement Alesha yang hendak mematahkan semangatnya, sih? Kenapa pria tersebut selalu dengan tenang membalasnya? Tetapi justru itu membuat Alesha merasa malu karena tak berhasil membuat dia kelabakan.

 

"Seseorang, baik cewek ataupun cowok itu suka sama yang namanya diperhatiin, Sha. Mereka enggak merasa kalau diikuti sedetail itu kok. Kadang malah mereka enggak sadar sampai sedetail itu juga sama diri mereka sendiri. Terus di saat orang lain yang menyadari hal itu bilang ke dia, baru deh dia langsung merasa kalau dia emang spesial, dia emang menarik." Sam kembali mengimbuhkan. Statement Sam yang selalu berusaha Alesha bunuh nyatanya tak pernah berhasil. Nyatanya tetap saja ia kalah. Nyatanya Sam sudah begitu cintanya dengan Fanesha.

 

"Kalau gue, apa hal detail dari gue yang paling lo sadari? Please, Sam. Gue sama Fanesha jauh lebih dulu gue loh. Masa lo perhatiin Fanesha banget padahal dia baru beberapa kali ketemu sama lo, sedangkan gue yang udah setengah tahun di sini, enggak lo perhatiin dengan detail."

 

Ya daripada malu, agaknya Alesha perlu seperti ini. Siapa tahu Sam juga memang memperhatikannya dengan sangat detail namun bedanya tidak ia ceritakan saja. Pastinya hal tersebut sangat membuat Alesha senang bukan main.

 

"Lo pekerja keras banget. Lo enggak pernah mikirin diri lo sedalem itu gitu loh, kalau ada orang lain yang emang lebih urgent daripada lo ya lo lebih milih orang lain. Itu sih yang bikin gue salut sama lo. Lo juga baik," jawab Sam dengan jujur.

 

Alesha berdecak kesal. "Ini mah namanya sifat yang emang gue juga merasa kalau gue kayak gitu. Yang lebih spesifik lagi, dong! Hal yang enggak gue sadari gitu, kayak yang lo nilai dari Fanesha, itu kan logat bulenya. Nah gue ada yang lo temuin gak?" sahutnya mengarahkan dengan kesal.

 

"Sejauh ini jujur aja belum gue temuin sedetail itu sih, Sha. Nanti coba gue perhatiin lagi ya."

 

Alesha tersenyum tipis mendengar hal tersebut. Ia mulai sadar bahwa dirinya saja dari hal seperti ini sudah kalah telak dari Fanesha. Fanesha unggul di mana-mana karena mata Sam selalu ke gadis itu. Fanesha mendominasi karena memang dia lah tokoh utamanya. Berbeda jomplang dengan Alesha yang bukan siapa-siapa. Berbeda jomplang dengan Alesha, wanita tak tahu diri yang berharap dinotice oleh bosnya sendiri. Padahal pandangan bosnya tertuju kepada wanita lain. Nyatanya apa yang Sisi katakan memang benar, Alesha sebaiknya mundur saja.