webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Mulai saat ini kita akan selalu sama-sama

Sesampainya dirumah sakit, Alfa langsung mengurus administrasi kepindahan ayah Erfly. Setelah ayah Erfly masuk ke ruang rawat inap, Alfa buru-buru mohon diri karena ada jadwal operasi di rumah Sakit DKT.

"Dokter Alfa...!!!", Rima memanggil Alfa saat di lorong menuju parkiran.

"Yah...", Alfa berbalik kearah yang menyebut namanya.

"Dokter kapan pulang...?", Rima bertanya malu-malu.

"Barusan...", Alfa bicara singkat.

"Em... Dok... Saya...", Rima bicara terbata-bata.

Alfa menatap jam tangannya, "Maaf suster, nanti kita lanjutkan. Saya sudah ditunggu orang. Maaf ya", Alfa menepuk pelan lengan tangan kanan Rima. Kemudian berlalu dalam waktu singkat dari hadapan Rima.

Kahfi mengadu bahunya dengan Rima, "Ngelamun aja, kasian ayam tetangga mati ntar", Kahfi bicara asal.

"Apaan sih...!", Rima membalas kesal.

"Galak amat kayak mak tiri", Kahfi kembali berusaha bercanda.

"G'ak jelas", Rima mendengus kesal. Kemudian berlalu dari hadapan Kahfi begitu saja.

"Makin hari, makin aneh aja ini bocah", Kahfi menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Alfa sampai di rumah sakit DKT disambut oleh Nazwa, sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, Nazwa menjelaskan secara detail perkembangan pasien. Alfa tidak mau banyak bicara, begitu masuk ke ruang operasi, Alfa langsung fokus kepada operasi, dibantu staf yang biasa membantunya selama melakukan operasi di DKT.

3 jam berlalu begitu saja, akhirnya Alfa bisa mengeluarkan peluru yang bersarang di jantung pasien tanpa pendarahan hebat. Alfa segera menjahit luka bekas operasi dengan rapi seperti biasanya.

"Pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya", Alfa memberi perintah sebelum meninggalkan ruang operasi.

Alfa berjalan perlahan menyusuri lorong ruang operasi yang terasa semakin panjang. Pandangan Alfa tiba-tiba gelap, badannya limbung, setelahnya Alfa tidak tahu apa-apa lagi.

***

Erfly baru turun dari ojek saat ibu Cakya menghampirinya.

"Assalamu'alaikum nak...", ibu Cakya bicara dengan suara yang terdengar lelah.

"Wa'alaikumsalam...", Erfly salim seperti biasanya.

"Kamu dari mana aja sayang...?", ibu Cakya mencium pucuk kepala Erfly dengan lembut.

"Erfly di Bali ma, ayah Erfly masuk rumah sakit, serangan jantung", Erfly bicara pelan.

"Pantas saja kamu tidak bisa dihubungi nak, lalu bagaimana keadaan ayah kamu sekarang...?", ibu Cakya bertanya cemas.

"Alhamdulillah, sekarang masih masa pemulihan. Ayah minta di rawat disini aja katanya", Erfly menjawab dengan ketenangan yang dia punya. "Cakya... Gimana kabarnya ma...?", Erfly balik bertanya.

"Alhamdulillah dia udah sadar, sekarang masih masa pemulihan", ibu Cakya mengucap syukur.

"Mama mau kemana...?", Erfly kembali bertanya.

"Pulang sebentar, kasian Tio dan Wulan nanti pulang sekolah mau makan. Sama sekali tidak ada makanan dirumah", ibu Cakya menjawab pelan.

"Mama hati-hati", Erfly mengingatkan.

"Mama duluan ya nak, salam sama orang tua kamu. Assalamu'alaikum", ibu Cakya bicara pelan.

"Wa'alaikumsalam", Erfly kembali mencium punggung tangan ibu Cakya.

Erfly kembali melangkah perlahan menuju ruang rawat inap ayahnya. Setelah mengucap salam dan mencium punggung tangan ibu dan ayahnya. Erfly meletakkan makanan yang dibawanya keatas meja. Kemudian duduk di sofa.

Ayah Erfly masih sibuk dengan telfon yang ada ditelinganya. Mendengar dengan saksama penjelasan dari Nadhira.

"Saya tunggu perkembangan selanjutnya", ayah Erfly bicara dengan wibawanya seperti biasa. Kemudian menutup hungan telfon, perlahan ayah Erfly meletakkan HPnya kembali kedalam laci meja kecil disamping tempat tidur.

"Masih aja ngurusin kerjaan", Erfly bicara pelan, sambil meneguk minumannya.

Ayah Erfly tertawa renyah, "Nadhira laporan, katanya perumahan yang kita bangun di Singapura udah selesai. Sekarang tinggal memasukkan furnitur aja. Terus... Yang di Kalimantan juga hampir rampung", ayah Erfly menjelaskan panjang lebar.

"Semua baik-baik saja kan...?", Erfly kembali memastikan.

"Semua baik-baik saja. Ayah sudah tidak akan turun tangan langsung ke lapangan. Nadhira yang akan mengurus semuanya bersama pak Edy. Mulai saat ini kita akan selalu sama-sama", ayah Erfly membuat janji.

Erfly melemparkan senyuman hangatnya, untuk pertama kali ayah Erfly merasa senyum tulus putrinya mampu menghangatkan hatinya.

"Ngomong-ngomong, Alfa kemana ya...? Dari tadi tidak kelihatan...?", ibu Erfly tiba-tiba bertanya.

"Koko ada jadwal operasi di DKT katanya", Erfly menjawab pelan.

"Itu anak emang tidak ada matinya, padahal habis melakukan perjalanan panjang. Malah sebelumnya melakukan operasi ayah kamu hampir 10 jam", ibu Erfly geleng-geleng kepala.

"Koko memang seperti itu, gila kerja. Sama dengan yang lagi terbaring diatas tempat tidur", Erfly bicara santai, memberi isyarat kepada ayahnya.

Ayah dan ibu Erfly spontan tertawa mendengar ucapan Erfly.

***

Alfa mulai sadar, Alfa melemparkan tatapannya kesegala penjuru.

"Alhamdulillah dokter sudah sadar", Nazwa membantu Alfa untuk duduk dari posisi berbaring. Nazwa dengan cekatan memberikan minum kepada Alfa.

Alfa sama sekali tidak protes, langsung menenggak minuman pemberian Nazwa. "Kenapa saya bisa disini suster...?", Alfa bertanya pelan setelah menyerahkan gelas kembali ketangan Nazwa.

"Dokter pingsan di lorong operasi, dokter Firman yang minta dokter di infus. Katanya dokter kelelahan", Nazwa menjelaskan perlahan.

Alfa memijit pelan kepalanya yang terasa pening, "Saya habis dari Bali, langsung kesini", Alfa menjelaskan pelan.

"Dokter liburan g'ak ngajak-ngajak saya", Nazwa berusaha bercanda agar lebih akrab dengan Alfa.

"Saya sama sekali g'ak liburan suster. Ada kerabat saya yang dirawat di Bali. Sebelum kembali kesini, saya melakukan operasi hampir 10 jam. Dari bandara, malah langsung kesini", Alfa menjelaskan panjang lebar.

"Dokter pasti belum makan, dokter mau saya belikan apa...?", Nazwa bertanya antusias.

"Saya beli sendiri saja nanti sambilan pulang. Terima kasih tawarannya", Alfa menjawab pelan. Alfa melepaskan infus yang terpasang di tangannya.

"Dokter mau kemana...?", Nazwa bertanya cemas.

"Saya istirahat dirumah saja. Jadi pasien kurang cocok buat saya", Alfa tertawa renyah.

"Dokter yakin...? Apa mau saya antarkan...?", Nazwa menawarkan diri untuk mengantar Alfa yang masih terlihat lemah.

Alfa tidak menjawab, akan tetapi hanya mengangguk pelan. "Kalau tidak merepotkan", Alfa bicara pelan.

"Dengan senang hati dokter", Nazwa menyambut hangat.

Nazwa melangkah dibelakang Alfa, dia tetap waspada, takut tiba-tiba Alfa pingsan lagi. Kali ini Nazwa yang mengendarai mobil Alfa, sedangkan Alfa duduk di bangku penumpang disamping supir.

"Suster, bisa mampir ke tukang bubur ayam dulu yang disimpang jalan toko roti...?", Alfa bertanya pelan.

"Baik dokter, kalau begitu saya ambil jalan memutar saja agar tidak repot", Nazwa menyetujui.

"Terima kasih suster", Alfa bicara lirih, kemudian mulai merebahkan kepalanya kesadaran kursi.

***

Setelah sholat isya Erfly tidak langsung kembali ke ruangan ayahnya dirawat. Melainkan Erfly menuju ruang rawat inap Cakya. Setelah bertemu ibu Cakya di parkiran, Erfly sempat bertanya kepada suster jaga dimana kamar Cakya dirawat.

Erfly berdiri didekat kaca menatap Cakya yang terbaring diatas tempat tidur, wajahnya masih pucat. Tangannya masih terpasang infus dan transfusi darah.

"Cepat pulih Cakya...", Erfly berbisik pelan pada dirinya sendiri.

Erfly melangkah pergi ke suster penjaga, menanyakan bagaimana keadaan Cakya. Sedikit lega, setelah tahu kalau Cakya sudah baik-baik saja. Hanya menunggu masa pemulihan. Dan menurut dokter, malah Cakya sudah diizinkan untuk pulang hari ini.

Erfly menuju ruang administrasi, melunasi semua biaya rumah sakit Cakya. Tidak lupa Erfly menitip pesan kepada suster yang sedang berjaga agar tidak pernah menyebutkan kalau dia yang melunasi biaya rumah sakit Cakya. Beruntung pihak rumah sakit mau bekerja sama merahasiakan hal tersebut.