webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Kupu-kupu kesepian

Gama duduk disamping Cakya, "Kesurupan apaan kamu...? Seorang Cakya bisa senyum-senyum sendiri gini...?, Gama meletakkan tangan kanannya kekening Cakya. Cakya menepis tangan Gama, dibalas dengan tawa Gama.

Gama berbaring di trotoar jalan menatap langit yang bertaburan bintang. Cakya kembali memetik senar-senar gitar, menambah sendunya malam yang sunyi.

"Asri sudah tenang diatas sana, kamu g'ak perlu merasa bersalah lagi", Gama bicara pelan.

Cakya langsung menatap bingung kewajah Gama, Gama malah memejamkan matanya, menghirup oksigen sebanyak - banyaknya.

"Saat diperjalanan kerumah sakit, Asri sempat sadar. Dia nitipin kamu, dari awal dia sudah tau kamu bakal kayak gini. Dia minta aku nyampein tidak ada penyesalan sedikitpun dalam diri Asri mengenal kamu", Gama kembali memutar ingatannya pada saat hari kejadian naas itu terjadi.

"Kamu punya dunia yang harus kamu ciptakan sendiri, ada atau tidaknya Asri, hidup kamu tetap harus berlanjut", Gama menasehati Cakya.

Gama kembali pada posisi duduk, menatap kewajah Cakya yang terpaku diam.

"Tadi aku kerumah sakit. Ketemu Erfly ", Gama bicara pelan, kemudian memperhatikan ekspresi wajah Cakya.

" Dia dirawat sejak kemarin malam, dan g'ak ada yang nemenin. Terkadang Gama sedih, dia selalu tampil ceria hanya untuk menutupi kesedihannya. Kupu-kupu kesepian", Gama bicara lirih.

"Erfly cewek yang dibilang makhluk paling lemah saja mampu bertahan, masa kamu kalah sama dia, kamu g'ak sendiri kayak dia, kamu masih punya kita semua. Di dunia ini bukan hanya kamu doang yang sakit dan sedih atas kepergian Asri", Gama menguraikan kata perkata secara perlahan agar Cakya mampu mencerna ucapannya dengan baik.

***

Erfly masih saja gelisah, berguling-guling diatas kasur ruang perawatan. Terdengar ketukan pintu, kemudian Alfa muncul dengan jas dokter, tangannya membawa bungkusan makanan.

Erfly langsung posisi duduk siaga, bersiap untuk makan. Alfa menata makanan diatas meja kecil, kemudian meletakkan tepat dihadapan Erfly.

Mie ayam bakso pangsit dalam hitungan detik sudah berpindah posisi kemulut Erfly. "Ternyata nafsu makan kamu g'ak terpengaruh sama sekali ya", Alfa melontarkan sindirannya.

"Makanan rumah sakit g'ak enak ko", Erfly menjawab dengan mulut yang penuh makanan.

"Besok pagi kamu sudah boleh pulang", Alfa bicara pelan sambil merebahkan diri disofa.

"Ok"

"Erfly "

" Hem... "

" Apa ada yang mengganggu kamu akhir-akhir ini...? "

" G'ak juga ko"

"Atau ada gejala aneh yang kamu rasain di jantung kamu setelah operasi ...? "

" Sebelumnya tidak ada yang aneh ko, Tapi... Sejak seminggu yang lalu, jantung Erfly sering berdebar-debar gitu, abis itu Erfly jadi susah nafas ko"

"Seberapa sering...? ", Alfa langsung posisi duduk tegak mendengar penjelasan Erfly.

" Em... Hanya kadang-kadang sih ko, disekolah pernah bahkan sampai Erfly pingsan. Hasil lab Erfly gimana ko...? "

" Semuanya normal, koko jadi bingung. Sepertinya ada pemicu yang membuat jantung kamu bereaksi. Coba kamu ingat-ingat lagi"

Erfly berpikir keras, kemudian mengangkat kedua bahunya bingung. Erfly beranjak dari posisinya, kemudian menuju dispenser, memasukkan air panas kedalam gelas. Kemudian Erfly beranjak mendekati karangan bunga mawar di atas meja, melakukan ritual yang sama seperti saat di kafe bersama Cakya.

"Sejak kapan kamu melakukan hal ajaib seperti itu...? ", Alfa bertanya bingung.

" Erfly juga g'ak tau kapan pastinya, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu",Erfly kembali terlihat berpikir keras. "Em... Apa orang yang menerima donor jantung, bisa merubah kebiasaan seseorang...?", Erfly melemparkan pertanyaan serius kearah Alfa.

"Sejauh ini belum ada penelitian tentang itu"

"Oh iya ko, bagaimana dengan biodata pendonor itu, koko sudah dapat informasi tentang malaikat penolong Erfly...? "

" Ternyata dia anak yatim piatu. Dia masih punya seorang kakak laki-laki. Ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu karena sudah cukup tua, terus... Ibunya meninggal setahun lalu karena gagal ginjal. Dia termasuk dalam daftar tunggu untuk donor ginjal, tapi... Keburu meninggal. Mungkin itu yang memutuskan dia untuk mendaftarkan diri sebagai pendonor organ"

"Koko tau dia dimakamkan dimana...? "

" Dari kabar yang koko dapat, dia dikuburkan di Muara Bulian, ada tanah keluarga mereka. Dan rumah peninggalan ayah dan ibunya"

"Koko bisa antar Erfly kesana...? "

"Sepertinya koko bakalan sibuk bulan ini. Bulan depan, koko usahakan ambil cuti kita kesana", Alfa memberi pertimbangan.

"Oke", Erfly sedikit kecewa.

"Koko udah sewa orang buat bantu-bantu kamu dirumah"

"G'ak perlu ko"

"Koko g'ak mau ambil resiko kamu akan pingsan lagi seperti kemarin ", Alfa tetap dengan keputusannya.

***

Wulan masuk kekamar Cakya," Bang, dipanggil mama sarapan, nanti telat ke sekolahnya", hanya anggukan kepala yang menjadi jawaban.

***

Cakya berjalan perlahan menyusuri lorong kelas, "Assalamualaikum", Erfly berlari kecil mendahului langkah Cakya, kemudian langsung berbalik berada tepat dihadapan Cakya dan berjalan mundur. "Wa'alaikumsalam", Cakya menjawab pelan kemudian melemparkan senyuman terindahnya.

"Cakya sarapan apa pagi ini...? ", Erfly bertanya dengan wajah serius.

" Hanya minum susu segelas ", Cakya menjawab bingung.

" Pantes senyumnya manis pagi ini", Erfly mulai beraksi dengan gombalannya, kemudian berlari kecil menuju kelas. Meninggalkan Cakya yang tersenyum kecil, dan hanya geleng-geleng kepala.

"Gadis yang satu ini memang luar biasa ajaib", batin Cakya.

***

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Cakya malah menggotong tasnya kelapangan basket. Cakya meletakkan tas di sudut lapangan, kemudian asik bermain dengan bola berlari kesana kemari.

Erfly menghampiri Cakya, merebut bola dari tangan Cakya kemudian memasukkan kedalam ring. "Yes...!!!",Erfly berteriak puas. Erfly langsung merebahkan dirinya menatap langit. Cakya menuju kantin, kemudian menyerahkan sebotol minum yang sudah dibuka kearah Erfly. Erfly duduk, menerima pemberian Cakya, dengan perlahan meminum air tersebut.

" Karna Cakya kalah, Cakya harus ngajakin Erfly naik gunung besok", Erfly bicara santai.

"Kalau hanya mau ngajakin Cakya ndaki doang, g'ak perlu curang gini juga kali", Cakya menyendir pelan.

"Enak aja curang, Cakya aja yang kurang pinter mainnya ", Erfly bicara kesal.

" Iya-iya, Erfly yang lebih jago", Cakya mengalah tidak mau berdebat lagi.

Cakya berbaring disamping Erfly, "Besok ba'da subuh Cakya jemput, biar g'ak terlalu kemalaman pulangnya", Cakya bicara pelan.

***

Erfly masih mondar-mandir seperti setrikaan, berkali-kali dia menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Tidak ada kabar dari Cakya, bahkan beberapa kali Erfly menelepon Cakya tidak tersambung. Pikirannya mulai berkeliaran kemana-mana, bahkan Erfly berusaha menelepon Gama. Hasilnya sama saja.