webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Erfly minta maaf

Alfa menghentikan mobilnya tepat didepan rumahnya. "Udah mau jalan ko...?", Erfly bertanya pelan sambil menggosok matanya.

"Udah nyampe dek...", Alfa bicara pelan, kemudian memberi isyarat agar Erfly melihat keluar kaca mobil.

"Erfly minta maaf, Erfly ketiduran....", Erfly bicara pelan. Kemudian mengikuti Alfa turun dari mobil. "Siapa yang nganter motor Erfly kesini ko...?", Erfly bertanya bingung karena motornya sudah ada dihalaman rumah Alfa.

"Tadi koko minta satpam yang bawa", Alfa menjawab sekenanya, kemudian masuk kedalam rumah.

Erfly langsung menuju arah dapur, kemudian membuka kulkas, mencari apa yang bisa dimasak untuk makan siang.

"Koko mau dimasakin apa...?", Erfly bertanya pelan, matanya tertuju pada Alfa yang melangkah menuju arah kamar.

"Apa aja dek, koko mau mandi dulu terus langsung istirahat dikamar. Jangan bangunin koko buat makan siang, koko masih kenyang", Alfa memberi ultimatum kepada Erfly.

"Siap komandan", Erfly nyengir kuda, meletakkan tangannya posisi hormat bendera.

"Makasih dek", Alfa tersenyum sebelum menghilang dibalik daun pintu kamarnya.

Erfly memilih untuk membersihkan rumah Alfa, bahkan Erfly mencuci semua kain Alfa yang menumpuk di keranjang cucian, Erfly bahkan menyetrika semua kain yang telah kering. Bahkan cucian piring kotor tidak luput dari jamahan Erfly, kemudian membuang sampah.

Jam menunjukkan pukul 06.10 Wib. Erfly bahkan telah selesai menata makan malam diatas meja makan. Dia bahkan telah selesai mandi dan duduk diatas sajadah menunggu azan maghrib.

Walaupun Alfa non muslim, dia sengaja menyediakan satu petakan berukuran 2x3 meter disudut rumahnya untuk tempat sholat. Bahkan dia meletakkan sarung, mukena dan sajadah bersih didalam sebuah lemari kaca kecil. Alfa juga meletakkan Al Qur'an dan tasbih dengan rapi didalam lemari.

Walaupun tidak pernah memakainya, tetapi teman-teman Alfa banyak yang muslim. Kalau mampir kerumah mereka sering numpang sholat disana.

Saat azan berkumandang, Erfly sudah siap menghadap kiblat. Erfly sholat dengan khusuk, setelah salam kedua. Dia baru sadar kalau Alfa sudah ada dibelakangnya.

"Udah lama ko...?", Erfly bertanya pelan, kemudian kembali merapikan mukena dan sejadahnya, mengembalikannya ketempat semula.

"G'ak juga"

"Kirain masih tidur ko..."

"Tadinya mau lanjut tidur lagi, tapi... Perut g'ak bisa diajak kompromi dek", Alfa nyengir sembari menggosok perutnya yang lapar.

"Kita makan sekarang, Erfly udah masak tadi. Habisnya koko tidur udah kayak orang pingsan", Erfly menuju ruang makan bersama Alfa.

Tidak perlu banyak basa-basi mereka segera menyantap makanan dengan lahap. Setelah makan, Erfly membersihkan peralatan makan, kemudian Erfly langsung izin pulang karena takut kemalaman.

"Makasih loh dek. Tau gini, koko sering-sering traktir kamu makan. Lumayan dapat paket lengkap. Rumah bersih, g'ak perlu ngelondri cucian kotor, plus dimasakin pula...", Alfa bicara setengah berteriak saat Erfly sudah menghidupkan motornya.

"Enak aja", Erfly pura-pura memasang wajah kesal. "Balik ko...", Erfly berteriak sebelum pergi.

"Hati-hati dek!!!", Alfa membalas dengan berteriak mengingatkan Erfly.

Erfly tidak menjawab, dia malah mengacungkan jempol tangan kirinya kelangit sebagai jawaban.

"Dasar tu anak, kepala batu", Alfa geleng-geleng sendiri mengingat kelakuan Erfly yang tidak pernah bisa dilarang.

***

Erfly berhenti saat melihat penjual pisang molen mini, dia memutuskan membeli untuk cemilannya saat nonton drama korea yang sempat tertunda. Erfly sudah jauh lebih tenang, karena tadi pagi sebelum pulang dia tahu kalau Cakya akan pulang hari ini. Jadi dia tidak perlu kerumah sakit lagi.

Setelah mendapatkan apa yang dia mau, plus membeli jus stroberi. Erfly melaju menuju rumahnya.

Setelah sholat isya, Erfly langsung ambil posisi stanbye duduk diatas tempat tidur, dengan laptop yang sudah distel kelanjutan episode film korea yang kemarin ditontonnya.

***

Alfa meraih HPnya, ada banyak telpon dan wa yang masuk. Alfa membaca dengan teliti, hampir semua dari UGD rumah sakit tempat dia bekerja. Alfa sudah tahu, ini pasti kepala UGD yang punya kerjaan.

Alfa berniat membuang HPnya kembali keatas meja, tetapi panggilan masuk ke HPnya. Dengan malas Alfa mengangkat telepon.

"Ya"

"Kamu dari mana saja, dari kemaren, dihubungi tidak pernah nyambung?"

"Maaf, Alfa ada tugas mendesak yang tidak bisa ditinggalkan"

"Istrinya pak Walikota semalam mengalami kecelakaan, tapi... UGD malah kosong...!!!! "

"Sejak kapan dokter spesialis syaraf dan jantung, jadi dokter utama UGD?"

"Kamu..."

"Anda kalau mau marah kesaya karena kejadian semalam, seharusnya anda lebih perhatikan bawahan anda di UGD. Kenapa UGD bisa kosong, bukan hanya semalam saja. Kemarin-kemarin anda beruntung karena saya tugas malam. Bukan berarti saya siap membantu tanpa protes, anda bisa seenaknya dengan saya..."

"O...sekarang dokter baru, mau hitung-hitungan sama dokter senior...?"

"Maaf dokter, ini bukan masalah hitung-hitungan atau masalah anda yang lebih tua dari saya. Ini soal tanggung jawab departemen anda, terhadap tugas yang anda emban"

"Kamu... "

"Kalau tidak ada lagi yang penting, saya tutup sekarang", Alfa langsung mengakhiri percakapan. Alfa memutuskan untuk mematikan HPnya.

Alfa langsung bersiap kerumah sakit, karena dia ingat dia punya pasien yang harus kontrol malam ini pasca operasi dua hari yang lalu.

***

Cakya masih berusaha menghubungi nomor Erfly, akan tetapi masih tetap sama saja. HPnya tidak aktif sejak tadi pagi.

Ibu Cakya hanya mampu menatap anaknya dengan wajah khawatir dari daun pintu kamar. "Abang belum tidur...?", ibu Cakya bertanya pelan, mencoba mengalihkan pikiran Cakya.

Cakya hanya menggelang lemah. "Abang juga belum minum obat, kan...?", ibu Cakya kembali menimpali.

Kemudian ibu Cakya membuka obat Cakya, menyerahkan kenangan Cakya. Tanpa protes Cakya menelan obat yang diberikan oleh ibunya.

"Mungkin Erfly ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, abang jangan terlalu khawatir", ibu Cakya berusaha membesarkan hati putranya.

"Gama katanya mau mampir kerumah Erfly sebelum pulang, kita tunggu saja kabar dari Gama", ibu Cakya menghibur putra sulungnya yang sedari tadi risau.

***

"Malam dok", suster penjaga menyapa Alfa.

"Malam suster", Alfa menjawab pelan. "Ah... Hampir lupa", Alfa langsung menghampiri suster tersebut. "Saya minta data pasien saya, saya mau berkeliling", Alfa bicara pelan melemparkan senyumnya.

Suster tersebut langsung menyerahkan data yang diinginkan Alfa. "Em... Satu lagi. Kalau ada yang cari saya, bilang saya tidak masuk hari ini", Alfa membuat gerakan isyarat agar suster tersebut menutup rapat-rapat mulutnya.

"Baik dok", suster itu menjawab dengan berat hati. Karena dia sudah mendapat amanah sebelumnya dari kepala UGD, kalau dokter Alfa datang, langsung hubungi beliau.

"Terima kasih cantik", Alfa bicara manis, kemudian berlalu menuju ruang rawat pasien-pasiennya.

***

Erfly menghentikan tontonannya karena mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya. "Siapa yang datang malam-malam begini...?", Erfly bicara bingung.

Erfly membuka pintu, Gama malah sudah duduk diteras rumahnya. "Kamu Gama, kirain siapa...?", Erfly malah ikutan duduk diteras.

"Masih hidup kamu...?", Gama bertanya kesal.

"Sialan", Erfly menjawab kesal.

"Ha...ha...ha...", Gama tertawa puas. "Kemana aja neng, seharian menghilang...?", Gama bertanya lagi.

"Erfly kerumah teman, yang sudah Erfly anggap saudara. Dia sedang sakit, makanya Erfly disana seharian"

"Terus... Segitu sibuknya, sampai HP dimatikan?"

"Lha... HP Erfly dimana ya...?", Erfly spontan berlari kemar mencari Hpnya. Erfly menemukan HPnya ada didalam kantong tas, dan layarnya hitam kehabisan baterai. Erfly langsung mengecas HPnya, kemudian keluar dengan sebotol minuman dingin.

Erfly menyerahkan minuman dingin ketangan Gama, kemudian duduk kembali keatas kursi. "Mati, lupa di cas", Erfly bicara santai.

"Kamu tau g'ak, Cakya seharian senewen nyariin kamu"

"Ya maaf... "

"Salah, kamu harusnya minta maaf ke Cakya, bukan Gama "