webnovel

Cakya kenapa...?

Cakya tidak pernah mengeluarkan suaranya setelah kejadian istirahat jam pertama. Erfly merasa bingung dengan sikap Cakya yang berubah dingin.

Saat bel pulang bernyanyi nyaring, seperti biasa Erfly menjadi orang yang paling terakhir keluar dari kelas. Erfly menuju arah gerbang sekolah.

"Erfly tuh, samperin gih", Gama yang berjalan menuju gerbang bersama Cakya menyikut lengan Cakya pelan.

Cakya mempercepat langkahnya.

"Dek...!", Alfa keluar dari mobil yang berjarak hanya 1 meter dari gerbang sekolah Erfly.

Erfly langsung tersenyum dan masuk kedalam mobil Alfa.

Cakya langsung menghentikan langkahnya, padahal hanya tinggal beberapa langkah lagi mendekati Erfly. "Cowok itu lagi", Cakya membatin.

"Kenapa...?", Gama bertanya heran saat melihat Cakya menghentikan langkahnya.

Cakya hanya menggeleng pelan, kemudian menuju parkiran mengambil motornya. Gama duduk diboncengan Cakya. Cakya mengantarkan Gama pulang, baru kemudian kembali kerumahnya.

"Abang, mau langsung makan...?", ibu Cakya bertanya saat melihat Cakya muncul dari daun pintu.

Cakya menggeleng pelan, kemudian langsung masuk kedalam kamar. Cakya melempar asal gitar dan tas keatas tempat tidur. Cakya kemudian duduk diatas tempat tidur bersandar dikepala tempat tidur. Cakya menggenggam HPnya, menatap kosong kelayar HP yang hitam.

***

Alfa mengantarkan Erfly pulang kerumahnya, kemudian duduk menghidupkan TV. Menunggu Erfly mandi dan bersiap-siap didalam kamarnya.

30 menit kemudian Erfly keluar dengan membawa tas sandangnya. "Koko mau minum dulu atau langsung pergi saja...?", Erfly bertanya basa-basi.

"Kita langsung pergi saja ya, koko laper belum makan siang", Alfa menjawab sambil menggosok perutnya.

"Oke", Erfly mengangguk pelan, kemudian mengikuti Alfa.

"Pintunya jangan lupa di kunci", Alfa mengingatkan Erfly saat keluar rumah.

"Siap ko", Erfly menjawab malas, kemudian mengunci pintu rumahnya.

Mobil Alfa merayap dengan pelan menuju tempat tujuan. Setelah mendapat tempat duduk makanan segera dihidangkan, Erfly makan dengan lahapnya. Alfa tersenyum menatap Erfly.

"Gimana...? Enak...?", Alfa bertanya pelan.

Erfly membuat tanda ok dengan tangannya, Alfa kembali tersenyum melihat respon Erfly.

Setelah makan, HP Alfa berbunyi.

"Halo... "

"Maaf, dokter dimana...?"

" Saya lagi makan diluar, ada apa suster...?"

"Ada pasien yang harus segera dioperasi dok"

"Em... 15 menit lagi saya kesana"

Alfa memasukkan HP kembali kesaku celananya. "Dek...", Alfa menatap Erfly dengan rasa bersalah.

"Koko pergi saja"

"Koko antar kamu dulu"

"G'ak perlu ko, Erfly mau kerumah teman dulu dekat sini kok rumahnya"

"Ya sudah, kamu hati-hati dek"

"Koko juga"

"Koko duluan ya"

Alfa menuju kasir dan membayar makanan, kemudian hanya dengan isyarat pamit kepada Erfly.

Erfly kembali memakai tasnya. Kemudian menghentikan ojek menuju kerumah Cakya.

"Assalamualaikum", Erfly setengah berteriak.

"Wa'alaikumsalam", ibu Cakya muncul dari arah dapur. "Sayang... Kamu apa kabar...?", ibu Cakya langsung memeluk Erfly.

Erfly menyalami punggung tangan ibu Cakya dengan santun, ibu Cakya kemudian mencium pipi kiri dan kanan Erfly kemudian ditutup dengan ciuman dikening.

"Masuk sayang", ibu Cakya menarik tangan Erfly untuk duduk diruang tamu.

"Kamu kemana saja sayang...?", ibu Cakya bertanya pelan.

"Maaf ma, Erfly ke Sukabumi. Pengasuh Erfly dari kecil meninggal. Maaf tidak kasih kabar, membuat mama khawatir", Erfly bicara dengan rasa bersalahnya.

Ibu Cakya langsung menarik Erfly kedalam pelukannya, "Yang penting kamu baik-baik saja sekarang", ibu Cakya bicara lega.

"Erfly kesini mau mengembalikan jaket Cakya, Cakyanya ada ma...?", Erfly bertanya setelah ibu Cakya melepaskan pelukannya.

"Abang didalam. Kamu masuk saja, mama lagi masak di belakang", ibu Cakya bicara pelan.

"Erfly masuk ya ma", Erfly meminta izin, dibalas dengan anggukan pelan ibunya Cakya.

Erfly mengetuk pintu kamar Cakya, kemudian membukanya perlahan. Cakya tidak bergeming, dia masih asik memetik gitarnya. Erfly menyisir tatapannya keseluruh penjuru kamar.

"Habis ada badai dimana ini...? Cakep amat ini kamar...?", Erfly bicara pelan.

Tidak ada respon dari Cakya.

Erfly meletakkan tasnya keatas meja kecil disamping tempat tidur Cakya, Erfly merapikan kamar Cakya yang berantakan. Erfly membawa baju kotor Cakya kearah dapur. Ibu Cakya langsung mengambil alih baju kotor Cakya.

Erfly kembali ke kamar Cakya, seperti biasa Erfly tidak menutup pintu kamar, agar orang diluar bisa lihat mereka sedang apa di kamar.

Erfly duduk dibangku kecil yang ada disamping tempat tidur Cakya, Erfly meneguk air minum yang dibawanya dari ruang makan.

"Lecek amat tu muka, udah kek cucian kotor", Erfly mulai dengan keisengannya.

"Oh ya, Erfly kesini mau balikin jaket Cakya", Erfly mengeluarkan jaket Cakya dari dalam tas. Kemudian meletakkan diatas meja disamping tempat tidur.

Cakya masih tidak menggubris ucapan Erfly.

"Cakya kenapa...?", Erfly bertanya bingung melihat tidak ada respon dari Cakya.

"Percuma Erfly ada disini, Erfly balik", Erfly berdiri dengan kesal kemudian menarik kasar tasnya.

Cakya menggenggam pergelangan tangan Erfly. "Jangan...", Cakya bicara pelan.

Erfly tersenyum puas dengan kemenangannya kali ini, tetapi Erfly tidak memperlihatkan wajah puasnya kepada Cakya. Erfly kembali duduk ketempat semula.

"Gimana penilaian Cakya tentang Mayang...?", Erfly kembali membuka topik pembicaraan baru.

"Dia lagi", Cakya bergumam pelan, saking pelannya bahkan Erfly tidak bisa mendengarkan ucapan Cakya.

"Cakya ngomong apa...?", Erfly bertanya bingung menatap Cakya, berharap Cakya mengulangi omongannya.

"G'ak...", Cakya membalas malas.

"Menurut Erfly, Cakya cocok lho sama Mayang. Dia anaknya manis, baik, terus... Kalem-kalem gimana. Satu tipe sama Cakya. Kalau kalian jadian kayaknya lucu deh"

"Lucu...?", Cakya bertanya menatap sinis kewajah Erfly. "Dia pikir Cakya ini apa...? Badut Ancol...? Buat mainan dia...?", Cakya membatin kesal.

"Em... Erfly mau keluar, laper...", Erfly nyelonong kabur keluar kamar Cakya, tidak sanggup menerima tatapan tajam Cakya, Erfly menghampiri ibu Cakya.

Erfly langsung memeluk ibu Cakya dari belakang. Ibu Cakya terkejut, menoleh kebelakang. "Erfly...?", ibu Cakya bicara heran.

"Kamu kenapa sayang...?", ibu Cakya bertanya bingung.

Erfly langsung duduk di tangga menatap ibu Cakya yang kembali konsentrasi memasak.

"Anak sulung mama itu"

"Kenapa...?"

"Aneh"

"Aneh gimana...?"

"Kayak mau makan Erfly saja"

"Ha...ha...ha... Emangnya kenapa...?", ibu Cakya tertawa renyah, kemudian melanjutkan memasak.

"Itu ma, ada temen sekelas yang naksir Cakya. Udah dari SMP gitu, dia minta tolong Erfly buat deketin dia sama Cakya. E... Cakyanya malah sewot setiap Erfly ngomongin Mayang"

"Mayang...?"

"Ya itu nama cewek yang naksir Cakya ma"

"Cakyanya g'ak suka sama Mayang"

"Kalau belum kenal, Cakya belum coba dekat sama Mayang. Maksud Erfly, Cakya coba kenal dia lebih dekat dulu. Ntar baru kasih pendapat, Erfly g'ak akan maksa kok. Kalau emang Cakya g'ak suka Mayang"

"Kalau saran mama, mending g'ak usah"

"Kenapa...?"

"Ya karna... ", ucapan ibu Cakya langsung terputus. "Cakya naksir kamu sayang", ibu Cakya membatin.

"Kenapa ma...?"

"G'ak apa-apa. Mama minta tolong makanan yang udah matang taro dimeja ya nak", ibu Cakya menghindari pertanyaan Erfly selanjutnya.

Erfly tidak protes melainkan melakukan perintah ibu Cakya. "Masa harus diperjelas sih, dasar anak muda zaman sekarang g'ak peka", ibu Cakya bergumam pelan saat Erfly meninggalkan dapur.