webnovel

BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

"Jangan menangis Hanin, kalau kamu menangis cantikmu akan hilang. Lihat aku! aku berjanji padamu untuk segera kembali dan akan membalas tiap tetes airmatamu ini." (Rafka Arsha Fathan) "Aku mencintaimu dengan segala niat tulusku yang tanpa ada batas, memilihmu karena aku yakin kamu adalah takdirku, tidak perduli dengan jarak usia, atau rentang waktu." (Hasta Narendra) Hanin Humairah (21 th) seorang gadis cantik yang sudah tidak mempunyai orang tua selain tinggal dengan Dina ibu tirinya dan kedua saudara tirinya Amelia dan Jonathan. Rafka Arsha (21 th) sahabat sekaligus kekasih Hanin, terpaksa berhubungan jarak jauh dengan Hanin karena mengikuti orang tuanya yang pindah tugas di kota A. Hasta Narendra (35 th) seorang duda sahabat ayah Hanin mencintai Hanin dengan tulus dan berusaha membantu Hanin lepas dari siksaan Dina dengan bersandiwara menikahi Hanin. Karena cinta tulus Hasta, perasaan dan cinta Hanin berpaling dari Rafka dan beralih pada Hasta dan mereka menikah secara sah. Dalam pernikahannya selama satu tahun, Rafka kembali dalam kehidupan Hanin dan kembali mengejar cinta Hanin. Akankah cinta Hanin tetap bertahan untuk Hasta setelah tahu Rafka amnesia karena kecelakaan akibat putus cinta dengannya? Apakah cinta Hanin akan berpaling pada Rafka setelah Hasta meninggalkannya karena Hasta tidak bisa mempunyai keturunan??

NicksCart · 若者
レビュー数が足りません
43 Chs

JALAN KELUAR TERBAIK

Di tempat Dokter Husin....

Bersama Dokter Lely, Hanin keluar dari mobil dan di sambut oleh Jonathan dan Dokter Husin sahabatnya Hasta.

"Selamat pagi Dokter Husin," ucap Hanin menghampiri Dokter Husin dan menyalaminya.

"Selamat pagi juga Hanin, ayo masuk," ucap Dokter Husin mempersilahkan Hanin dan Dokter Lely masuk ke tempat kerjanya.

"Maafkan aku Dokter, sudah merepotkan dengan membuat janji pagi ini," ucap Hanin setelah duduk berhadapan.

"Tidak merepotkan Hanin, apalagi kamu melakukan ini demi Hasta. Hasta adalah sahabat baikku, aku juga ingin Hasta bahagia," ucap Dokter Husin dengan wajah serius.

Hanin menganggukkan kepalanya, kemudian menegakkan punggungnya setelah memikirkan apa yang ingin dia lakukan.

"Jadi Dokter Husin, Dokter Lely, seperti yang sudah saya jelaskan kemarin, saya ingin tetap mendapatkan anak dari suami saya. Entah itu nanti gagal atau tidak, saya serahkan semuanya pada Tuhan. Yang terpenting saya sudah berusaha, tidak ingin suami saya menyesal karena keinginannya itu," ucap Hanin dengan wajah serius.

Dokter Husin menganggukkan kepalanya sangat mengerti dengan keinginan Hanin.

"Jangan kuatir Hanin, aku pasti akan membantumu. Dengan bantuanku dan Dokter Lely, semoga kamu cepat hamil," ucap Dokter Husin dengan tersenyum memberikan semangat pada Hanin.

"Terimakasih Dokter Husin, Dokter Laly," sahut Hanin dengan perasaan lega setelah mendapatkan mendapat dukungan sepenuhnya dari Dokter Husin dan Dokter Lely, juga Jonathan saudaranya.

"Kamu tidak berterimakasih padaku Nin?" ucap Jonathan dengan senyum terkulum.

"Tentu saja Jo, aku sangat berterima kasih padamu. Kalau bukan kamu yang bercerita tentang keinginan Mas Hasta, mungkin aku tidak akan tahu apa yang terjadi nanti," ucap Hanin dengan sungguh-sungguh.

"Ahh, aku hanya bercanda Nin. Kita saudara kan? tentu saja, aku harus menjagamu," ucap Jonathan seraya menepuk pelan bahu Hanin.

"Baiklah Dokter, karena saya takut Mas Hasta datang ke tempat Dokter Lely, kita permisi dulu. Dan saya berharap, kalau ada sesuatu terjadi, dokter bisa menghubungi saya," ucap Hanin seraya bangun dari duduknya dan mengulurkan tangannya menyalami Dokter Husin.

Dokter Husin menganggukkan kepalanya, kemudian mengantar Hanin dan yang lainnya sampai depan pintu.

Setelah berpamitan lagi dengan Dokter Husin, Hanin masuk kedalam mobil di susul Dokter Lely dan Jonathan.

"Hanin, nanti kita berpisah di tempat Dokter Lely saja ya," ucap Jonathan setelah menjalankan mobilnya dengan pelan.

"Em, apa sebaiknya kamu turun di lapangan sepakbola saja Jo? Kalau di Dokter Lely, takutnya ada Mas Hasta di sana," ucap Hanin tidak ingin Hasta salah paham atas kedekatannya dengan Jonathan.

"Kamu benar juga. Baiklah, nanti aku berhenti di lapangan sepakbola saja," ucap Jonathan menyadari apa yang di katakan Hanin ada benarnya.

Dengan kecepatan tinggi, Jonathan menjalankan mobilnya melewati jalan yang berliku-liku.

Hampir satu jam perjalanan, akhirnya Jonathan menghentikan mobilnya tepat di depan lapangan sepakbola di mana tempat biasanya dia berlatih.

"Hanin, hati-hati saat menyetir," ucap Jonathan setelah keluar dari mobil dan Hanin masuk menggantikannya.

Hanin menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, kemudian menjalankan mobilnya dengan pelan menuju tempat kerja Dokter Lely.

Sampai di tempat Dokter Lely, Hanin menegakkan punggungnya saat melihat mobil Hasta ada di sana.

"Dokter, aku mohon Dokter bisa memberikan alasan yang terbaik untuk suami saya. Karena aku yakin, kalau Dokter yang bicara, Mas Hasta akan lebih percaya," ucap Hanin dengan tatapan memohon.

"Kamu jangan kuatir Hanin, serahkan semua padaku. Ayo, kita keluar," ucap Dokter Lely dengan tersenyum kemudian keluar dari mobil di ikuti Hanin.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Hanin mengikuti Dokter Lely yang berjalan cepat masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Tuan Hasta? sudah lama anda menunggu di sini?" tanya Dokter Lely saat melihat Hasta duduk di kursi tamu di dalam ruang kerjanya.

"Tidak begitu lama Dok, mungkin baru lima belas menit saya menunggu. Barusan saja, saya mau menghubungi Hanin," ucap Hasta sambil menatap Hanin, ia memasukkan ponselnya.

"Sudah aku bilang Mas, aku tidak ingin merepotkan kamu. Aku hanya ingin mengobrol dengan Dokter Lely saja," ucap Hanin dengan tatapan penuh.

"Tidak ada yang merepotkan aku, kalau semua itu berhubungan denganmu Nin," ucap Hasta membalas tatapan Hanin dengan wajah serius.

"Tuan Hasta jangan terlalu cemas. Saya tadi mengajak Hanin ke rumah sakit dan melihat beberapa bayi yang sukses lahir dari terapi yang anda jalani," ucap Dokter Lely memberikan alasan yang tepat pada Hasta.

"Benarkah itu Dok?" Tanya Hasta kembali dalam keraguan.

Dokter Lely menganggukkan kepalanya.

"Saya harap, Tuan Hasta tetap berusaha dan jangan putus asa. Saya yakin, anda dan Hanin pasti akan berhasil juga," ucap Dokter Lely memberikan semangat pada Hasta.

"Terimakasih supportnya Dokter," sahut Hanin merasa lega atas bantuan Dokter Lely padanya.

"Sama-sama Hanin. Sekarang, sebaiknya kamu pulang dan istirahat. Dan jangan lupa, obat penguat sperma untuk Tuan Hasta harus di konsumsi sebelum melakukannya," ucap Dokter Lely dengan senyuman penuh arti.

"Baik Dokter, terimakasih sekali lagi. Saya permisi pulang dulu," ucap Hanin seraya bangun dari duduknya.

Melihat Hanin buru-buru berdiri, Hasta ikut berdiri dan mengucapkan terima kasih pada Dokter Lely juga.

Setelah berpamitan, Hanin dan Hasta keluar dari tempat praktek Dokter Lely dengan pikiran masing-masing.

"Hanin, sebaiknya kamu pulang denganku. Biar Rahmat membawa pulang mobil kamu," ucap Hasta tidak ingin Hanin terlalu lelah.

Hanin menganggukkan kepalanya menurut saja dengan apa yang di katakan Hasta.

Tanpa berkata apa-apa, Hanin memberikan kunci mobilnya pada Rahmat yang sudah berdiri depan mobil Hasta.

"Rahmat, bawa pulang mobil Hanin ya. Biar Hanin bersamaku," ucap Hasta pada Rahmat sebelum masuk kedalam mobilnya.

"Iya Den, hati-hati di jalan," ucap Rahmat kemudian berlari kecil ke tempat mobil yang di pakai Hanin dan masuk kedalamnya.

"Hanin, masuklah," ucap Hasta seraya membuka pintu mobil untuk Hanin.

Hanin masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia dan sedih saat mengingat apa yang terjadi pada Hasta.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa? orang sebaik Mas Hasta, mendapat ujian seberat itu?" Ucap Hanin dalam hati dengan tatapan tak lepas pada Hasta yang sudah menjalankan mobilnya dengan pelan.

"Ada apa Nin? kenapa menatapku seperti itu?" tanya Hasta membalas tatapan Hanin walau sekilas.

"Tidak ada apa-apa Mas, aku sedang mengangumi ketampanan suamiku saja," ucap Hanin masih dengan tatapan penuh.

"Uhukk... uhukk," Hasta terbatuk-batuk saat mendengar jawaban spontan Hanin.

"Hati-hati Mas. Bagaimana kamu bisa tersedak?" Ucap Hanin seraya memberikan sebotol minuman.

"Tidak usah Nin, aku hanya sedikit terkejut dengan apa yang kamu katakan. Aku pikir hanya semalam saja kamu menggodaku. Ternyata sampai sekarang kamu masih saja menggodaku," ucap Hasta dengan wajah memerah.