"Apa kamu menyesal telah meninggalkan Rafka Nin? apa kamu menyesal kita telah menikah di saat Rafka ternyata tidak pernah meninggalkanmu?" tanya Hasta dengan suara bergetar.
Hanin terdiam menatap wajah Hasta dengan tatapan rumit.
"Kenapa mas tanyakan itu? apa aku perlu menjawabnya mas?" tanya Hanin dengan sebuah penyesalan karena telah menyakiti hati Rafka, bukan menyesal karena telah meninggalkan Rafka demi perasaannya ke Hasta.
"Apa aku tidak boleh bertanya Nin? kalau kamu tidak ingin menjawabnya tidak apa-apa mungkin itu akan membuatku ikut merasa bersalah pada Rafka karena telah menikahimu tanpa meminta Izin pada Rafka yang masih menjadi kekasihmu." ucap Hasta dengan tatapan berkabut.
"Mas, jangan jadikan semua ini suatu beban pikiran..aku tidak mau mas Hasta sakit lagi. Sungguh apa yang mas pikirkan tidaklah benar. Aku tidak pernah menyesal telah meninggalkan Rafka demi mas Hasta. Apalagi dengan pernikahan kita, aku tidak pernah menyesalinya." ucap Hanin seraya mengusap lembut wajah Hasta.
Hasta memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut tangan Hanin yang menyentuh kulit wajahnya.
"Terimakasih Nin, tapi kamu sangat merasa bersalah bukan?" tanya Hasta masih ingin suatu kepastian pada Hanin.
"Rasa bersalah itu pasti ada mas, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena pada kenyataannya aku lebih mencintaimu mas. Sekarang Mas Hasta istirahat ya? jangan berpikir lagi tentang hal ini, aku dan Rafka sudah berakhir." ucap Hanin dengan penuh perhatian.
"Derrrtt.. Drrrrt... Drrrrt"
"Ponselmu berbunyi Nin, mungkin itu dari Rafka." ucap Hasta dengan wajah serius.
"Bukan mas, tidak ada namanya." jawab Hanin sambil menerima panggilan yang tidak ada namanya.
"Hallo.... dengan Hanin?" tanya seseorang di sana yang Hanin tidak kenal.
"Ya aku Hanin, ini dengan siapa?" tanya Hanin dengan rasa penasaran.
"Aku Candra, sahabat Rafka. Rafka barusan mengalami kecelakaan dan sekarang masih di rumah sakit. Aku hanya memberitahumu saja, aku sebagai sahabat Rafka tidak rela melihat Rafka tersakiti karena dia benar-benar tulus padamu." ucap Candra sedikit emosi kemudian menutup panggilannya.
Tangan Hanin gemetar, sungguh berita tentang Rafka semakin membuatnya merasa bersalah.
"Ada apa Nin? siapa yang meneleponmu?" Tanya Hasta dengan rasa kuatir.
"Tidak ada apa-apa mas, aku rasa ada orang yang salah sambung. Aku tidak paham dengan maksudnya." ucap Hanin berusaha menghilangkan rasa cemasnya.
"Kalau ada sesuatu yang membuatmu sedih atau masalah? kamu bisa bercerita padaku Nin, siapa tahu aku bisa membantumu." ucap Hasta dengan penuh perhatian.
"Tidak ada apa-apa mas, jangan kuatirkan aku. Sekarang yang penting kesehatan kamu mas, kamu harus cepat sembuh agar kita bisa pulang." ucap Hanin tidak ingin membuat Hasta menjadi berpikir berat jika tahu Rafka kecelakaan setelah putus darinya.
Hasta meraih tangan Hanin, dan menggenggamnya dengan erat.
"Aku tidak ingin melihatmu bersedih Nin, aku hanya ingin melihatmu bahagia." ucap Hasta menatap penuh wajah Hanin yang terlihat sedih dan seperti ada sesuatu yang di pikirkan.
"Ya mas, jangan kuatir lagi ya mas... sungguh aku tidak apa-apa." ucap Hanin tersenyum seraya mengecup punggung tangan Hasta yang sedang menggenggam tangannya.
Hasta terdiam, tidak tahu lagi harus bicara apa pada Hanin. Ada sesuatu perasaan yang ikut merasakan kesedihan Hanin. Hasta tahu ada sesuatu yang di sembunyikan Hanin darinya, dan itu semakin membuatnya ikut bersedih.
"Hanin." panggil Hasta setelah sekian lama tidak ada suara selain helaan nafas panjang Hasta.
"Ya mas, apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Hanin mengangkat wajahnya menatap Hasta setelah sekian lama menundukkan wajahnya sambil memikirkan sesuatu.
"Aku ingin pulang hari ini, bisakah kamu mengurus ke administrasi agar kita bisa pulang hari ini Nin?" tanya Hasta yang sudah bosan dengan keadaan di rumah sakit yang membuatnya tidak bisa leluasa bergerak.
"Tapi kamu belum sehat mas?" tanya Hanin yang ikut merasakan kegelisahan Hasta.
"Aku sudah sehat Nin, dan aku akan lebih sehat kalau sudah ada di rumah. Di sini aku semakin tidak bisa bernafas Nin." ucap Hasta yang sudah merindukan masakan Mbok Minah.
"Baiklah mas, aku tinggal sebentar ya mas." ucap Hanin dengan suara pelan keluar dari kamar Hasta untuk mengurus kepulangan Hasta.
Dengan melihat kondisi Hasta yang sudah terlihat baik-baik saja, Dokter yang melihat hasil laporan lab Hasta yang terakhir akhirnya menyetujui atas permintaan Hasta yang ingin pulang.
Rencana kepulangan Hasta, membuat senang Mbok Minah dan pak Rahmat. Hanin hanya tersenyum saat mendengar kegembiraan mereka berdua di telepon. Mbok Minah dan Pak Rahmat berpikir kepulangan Hasta kali ini sudah berstatus sebagai suami Hanin, yang berarti Hasta sudah tidak tidur sendirian lagi tapi sudah satu kamar dengan Hanin.
Hanin membantu Hasta berbaring setelah sampai di kamar.
"Mas, apa kamu ingin ganti pakaian?" tanya Hanin yang sedikit canggung harus melakukan apa.
"Ya Nin, bisa ambilkan pakaianku di dalam almari?" tanya Hasta bangun dari tidurnya untuk duduk bersandar.
Dengan canggung Hanin membuka almari Hasta dan memilih kaos yang hangat agar Hasta tidak merasa kedinginan jika malam.
"Ini mas." ucap Hanin memberikan pakaian Hasta dan ikut membantu melepas dan memakaikan pakaian Hasta yang bersih.
"Terimakasih Nin." ucap Hasta setelah selesai memakai bajunya.
"Nin, duduklah di sini." ucap Hasta yang masih melihat kesedihan di wajah Hanin walau Hanin menutupinya dengan senyuman.
"Ya mas, ada apa?" tanya Hanin duduk di samping Hasta.
"Katakan, ada apa? apa ada sesuatu yang terjadi pada Rafka?" tanya Hasta yang sedikit mendengar ucapan orang yang menelepon Hanin walau tidak terlalu jelas.
Hanin menatap wajah Hasta dengan wajah yang sedikit terkejut.
"Tidak ada apa-apa mas, tidak ada yang terjadi apa-apa pada Rafka." ucap Hanin berusaha untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa kamu sudah tidak mempercayaiku lagi Nin? aku sudah menanyakan padamu beberapa kali tapi kamu selalu bilang tidak ada apa-apa. Tapi terlihat dengan jelas kesedihan di wajahmu, dan aku sangat yakin semua itu karena ada sesuatu yang terjadi pada Rafka. Aku mendengar apa yang di katakan teman Rafka walau tidak terlalu jelas, untuk itu aku bertanya padamu." ucap Hasta dengan tatapan sedih.
Hanin menatap wajah Hasta dengan perasaan bersalah, kedua mata Hanin berkaca-kaca kemudian memeluk Hasta dengan sangat erat dan menangis terisak-isak melepas semua kesedihannya.
"Maafkan aku mas, bukan karena aku tidak percaya padamu...aku hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa mas. Aku lebih memikirkan kesehatanmu dan tidak ingin sesuatu terjadi padamu, kamu sangat berarti bagiku mas." ucap Hanin menenggelamkan kepalanya pada dada Hasta.
Hati Hasta merasa terharu sekaligus merasakan kesedihan yang mendalam, karena Hanin menyembunyikan masalahnya hanya karena ingin menjaga dirinya.
"Ceritakan Nin, apa yang terjadi. Aku tidak akan apa-apa Nin, aku tidak bisa melihatmu bersedih seperti ini." bisik Hasta sambil mengusap punggung Hanin dengan penuh perasaan.
Happy reading KK,
please utk GIFT, PS, RIVIEW bintang 5, dan komentarnya ya
ingin tahu spoiler semua novel Nickscart bisa kontak :
FB : NicksCart
IG : NicksCart
GROUP WA : 0888-4072-222
MY NOVEL RECOMMENDED :
BUKAN SALAHNYA CINTA
KEMBALIKAN JASADKU
KEKASIH BAYANGAN
BIBIR CANDU MRS.DEALOVA
CAN YOU LOVE ME AGAIN
THE BELOVED ONE
FALLING IN LOVE
MY UNCLE MY HUSBAND
THE DARK LOVE OF THE ABIMANYU
LOVE THE OLD MAN (BUKU CETAK) order disc 10%
CINTA SUCI WANITA BERCADAR (BUKU CETAK) order disc 10%