webnovel

Awal Hubungan Terlarang

"Ayo Bara, kita pulang!" seru Hilda pada Bara yang masih menunggu jawaban dari Mila. Namun wanita itu tetap tak menjawab pertanyaannya, akhirnya ia memilih untuk pergi dan pulang bersama Hilda kembali ke rumahnya.

"Terima kasih untuk waktunya, udah mau menerima kami buat makan bersama di sini," ucap Hilda sambil pamit sebelum akhirnya mereka benar-benar meninggalkan rumah Vian.

Mila hanya memandangi punggung Bara dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa dia menanyakan hal seperti itu ke ku?" batin Mila.

"Kamu mau berangkat ke kafe?" tanya Vian membuyarkan lamunan Mila.

"Ah iya, sebentar lagi," jawab wanita itu. Dia lalu pergi menuju kamar untuk bersiap pergi ke kafe.

***

Sesampainya di sana ia bertemu kembali dengan Bara. Padahal jam kerja lelaki itu hanya di malam hari tapi dia selalu datang setiap pagi seperti yang lainnya. Terkadang dia akan sedikit membantu pekerjaan Sinta dan Jaehyuk, jika tidak dia akan duduk seharian dengan memainkan gitarnya.

Mungkin hanya perasaan Mila saja, jika Bara sepertinya tidak ingin berada lama-lama di rumahnya, jadi ia memilih untuk datang ke kafe setiap pagi dan pulang tengah malam.

***

Mila sedang membuat sebuah pesanan kopi saat tidak sengaja tangannya terkena air panas dari kopi itu.

"Akhhh!!!!" cicit Mila sambil membungkus tangan kanannya menggunakan celemek yang ia pakai. Sungguh banyak yang dipikirkannya mulai dari sikap Vian yang belum berubah padanya dan juga sikap Bara yang sepertinya menyimpan sesuatu yang membuat Mila penasaran.

"Kamu gak apa-apa noona?" tanya Jaehyuk yang lalu menghampiri Mila yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Sepertinya noona harus ke rumah sakit," tambahnya.

"Iya Mil, mau aku temenin?" tawar Sinta ikut khawatir.

"Gak usah, biar aku sendiri aja. Kalian lebih baik tetap di sini karena banyak pelanggan menunggu. Bakalan repot kalau cuma satu orang yang berjaga," jawab Mila.

"Biar aku yang nemenin," ucap Bara yang tiba-tiba datang.

"Oh iya bener! Lebih baik kamu pergi sama Bara, Mil. Biar aku yang menghubungi suami kamu nanti," kata Sinta sebelum akhirnya Mila mau pergi dengan Bara.

"Tolong cepet sedikit pak!" seru Bara pada sopir taksi. Dia terus memegangi tangan Mila yang terbungkus kain. Dia khawatir karena luka bakar pada tangannya memang lumayan parah.

Sedangkan Mila hanya diam memandangi wajah lelaki yang ada di sebelahnya itu. Dia terlihat begitu cemas, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan dari Vian. Yaitu rasa perhatian.

Bara menunggu di luar kamar sembari Mila mendapat penanganan medis. Hingga beberapa saat kemudian dokter keluar dan sudah mengizinkan Bara untuk masuk. Di sana ia melihat tangan Mila yang sedang digips. Itu menandakan memang luka bakarnya cukup serius.

"Aku gak apa-apa. Beberapa minggu lagi juga sembuh," kata Mila saat ia menagkap kecemasan pada wajah Bara. Ia lalu melirik cincin pernikahan yang berada di atas nakas. Tadi dokter meminta izin untuk melepasnya saat akan memasang gips pada tangannya.

Mila lalu mengambil cincin itu.

"Maaf, bisa tolong bantu aku melepas ini?" tanya Mila sambil mencoba membuka kaitan pada kalung yang ia pakai.

"Oh, iya tunggu," jawab Bara.

Mila lalu menarik rambut panjangnya ke depan agar Bara tidak kesulitan melepas kalung itu. Dan Mila seperti merasakan ada aliran listrik yang mengalir ketika tangan Bara tidak sengaja menyentuh lehernya. Namun anehnya hal itu membuat Mila merasa nyaman dan menginginkan sentuhan itu lagi.

Setelah Bara berhasil melepasnya, Mila lalu menaruh cincin pernikahannya pada kalung tersebut agar tidak hilang.

"Bisa tolong bantu aku lagi," pinta Mila untuk memasangkan kalung itu kembali pada lehernya. Sungguh sesuatu yang hampir membuat pertahanan Bara runtuh saat ia melihat leher jenjang Mila. Ia sangat menginginkan wanita itu tidak peduli lagi dengan suaminya.

"Kenapa? Kenapa harus kamu?" gumam Bara.

"Kenapa apanya?" tanya Mila tidak mengerti. Dia lalu memutar tubuhnya dan memandang Bara yang berdiri di depannya. Hingga pada akhirnya tangan Bara menangkup wajah Mila dan ia mencium bibirnya saat itu juga.

Mila sempat blank dengan perlakuan tiba-tiba dari Bara. Awalnya dia merasa jika lelaki yang di depannya itu adalah Vian karena itu Mila diam saja. Tapi beberapa detik kemudian ia tersadar dan mencoba melepaskan diri dari Bara.

"Apa yang kamu lakuin?!" seru Mila saat ia berhasil melepas tangan Bara yang menahan wajahnya. Tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu Mila langsung turun dari brankar dan pergi meninggalkan kamar. Ia berlari menuju toilet, membasuh wajahnya yang sudah memerah.

"Kenapa dia melakukan hal itu?" gumam Mila. Dia memandang pantulan wajahnya pada cermin. Tidak menyangka jika akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari Bara.

Setelah menenangkan diri cukup lama, ia berniat kembali ke kamar dan menanyakan maksud Bara melakukan hal ini padanya. Tapi saat dia membuka pintu ia tidak melihat lelaki itu di sana. Dia hanya menemukan sebuah kertas dan serangkai bunga yang tergeletak di atas brankarnya. Dia lalu mengambil bunga itu.

"Kapan dia membelinya?" tanya Mila pada dirinya sendiri. Ia lalu membuka kertas itu dan terdapat tulisan Bara di sana.

"Maaf atas perlakuan gak sopanku. Aku menyukaimu, dan itu udah lama. Kamu gak berhak melarangku karena ini perasaanku. Untuk hal tadi tolong lupain aja, biar aku yang mengingatnya selama hidupku. Yang perlu kamu tahu aku gak akan berhenti menyukaimu. Aku hanya akan menahannya seperti selama ini. Oh iya, Aku udah memesankan taksi buat kamu di depan, jadi cepatlah pulang, kalau gak ongkosnya akan mahal karena argonya terus berjalan."

_Bara_

Mila menyunggingkan senyumnya membaca kalimat terakhir dari Bara.

"Kenapa aku tersenyum. Seharusnya aku marah sama dia," gumam wanita itu

***

"Kamu udah kembali Mil?" tanya Sinta seraya menghampiri temannya itu. Dia melihat tangan Mila yang terbalut gips.

"Kenapa gak pulang ke rumah aja?" tambahnya.

"Ke mana orang itu?" tanya Mila.

"Orang? Siapa yang kamu maksud?" tanya Sinta tidak mengerti.

"Bara, ke mana dia?"

"Dia... Tadi ada. Mana ya? Aku juga gak tahu," jawab Sinta sambil celingukan.

Jaehyuk ikut menghampiri Mila dan Sinta setelah keluar dari toilet.

"Noona udah kembali?" tanya Jaehyuk.

"Iya. Apa kamu tahu di mana Bara?" tanya Mila kembali.

"Bara? Tadi aku lihat dia di dalam toilet. Memangnya ada apa?"

Tanpa menunggu lebih lama Mila berjalan menuju toilet pria yang ada di ujung kafe. Dia membuka pintu seakan tidak peduli jika itu adalah toilet pria. Beberapa lelaki di sana terkejut melihat kedatangan Mila.

"Hei, ini toilet pria. Kamu salah masuk!" ucap salah seorang lelaki di sana, lalu segera keluar karena terganggu dengan kedatangan Mila. Tapi Mila sepertinya tidak peduli, apalagi saat dia menemukan Bara yang berada di pojok toilet. Lelaki itu juga tampak terkejut dengan kedatangan Mila ke tempat itu.

"Ini toilet pria. Apa yang mau kamu lakuin?" tanya Bara. Dia sedikit waspada jika Mila akan murka dengannya apalagi jika sampai memecatnya.

Bara menelan salivanya saat Mila berjalan mendekatinya.