webnovel

Bukan Pangeran Berkuda

Aisyah gadis pecinta dongeng yang sangat menyukai pangeran berkuda putih tanpa sengaja dipertemukan dengan pria bernama Bear dan mulai lah awal dari kisah mereka.

Ri_za_1213 · 都市
レビュー数が足りません
6 Chs

Papa Egois

"Aisyah kamu tidak boleh berkata seperti itu, kasihan Siska dia adalah wanita yang baik, ayo minta maaf sayang," suruh papa dengan lembut. 

"Ciuh! Buat apa aku minta maaf dengan wanita hina sepertinya, sampai mati pun aku tak akan pernah memanggilnya mama, haram bagiku menyebut wanita sok suci ini dengan sebutan mama."

Aku sangat marah, pikiranku kacau. Sebagai seorang anak, pasti ingin orang tuanya bersatu sepertu dulu bukannya kedatangan seorang pelakor. Aku tidak pernah membayangkan bahkan mengharapkan secuil pun papa bermain cinta dengan wanita lain selain mamaku, mama kandungku. 

Plakkkk!

"Aisyahrani Lathifa! " bentak Papa membalas tamparanku akan wanita itu dengan tamparan yang tak kalah keras. Tampak dari raut muka lelaki itu jika ia amat marah kepadaku, wajar sih jika ia marah karena calon istri yang sangat dicintai malah diinjak-injak tapi tak ingatkah ia jika aku ini putrinya? Aku putri yang masih mengharapkan dekapan hangat dari ibu kandung yang melahirkanku. 

Aku terdiam mematung sembari memegang pipiku yang sudah berwarna merah, tamparan papa amat keras hingga terasa nyeri dan perih di pipi, dan air mata mengalir deras dari pelupuk mataku karena tak menyangka jika posisiku sebagai kesayangan papa sudah tergantikan oleh wanita cantik itu. 

"Papa berani menamparku ... aku ini anak kandung Papa, sedangkan wanita ini bukan siapa-siapa kita Pah," ucapku dengan suara serak sembari menunjuk dengan lurus kearah wanita itu. 

"Nak bukan itu maksud Papa, maaf sayang papa tidak sengaja, papa terbawa suasana," ucap Papa meminta maaf dengan mata berkaca-kaca, mungkin papa menyesal sudah menampar dan membentakku demi wanita asing pelakor itu. 

"Papa jahat," ucapku berlari menuju kamar dengan air mata yang terus menetes dengan deras tanpa memperdulikan kakiku yang masih sangat sakit setelah diinjak dengan tidak manusiawi oleh Olivia, karena sakitnya kakiku tak seberapa dengan sakit yang sudah diberi oleh papa dan wanita pelakor itu. 

Papa mengejarku dan berhasil menghentikan langkah kaki mungilku karena kakinya begitu panjang dan kuat sedangkan kaki aku sekarang tengah terluka jadi sangat mustahil diriku bisa berlari dengan kencang.

"Sayang dengarkan papa nak, papa dan mama sudah tidak mungkin bersatu karena jalan kami sudah berbeda, kami tahu kamu adalah korban akibat perpisahan kami tapi kami sudah tidak bisa mempertahankan pernikahan itu, setiap hari kami hanya bertengkar dan bertengkar saja, jika kami tetap bertahan itu sangat tidak baik untuk tumbuh kembang putrinya papa. Dan lagian sayang papa menjalin hubungan dengan Siska jauh setelah papa cerai dari mama kamu, kamu kan tahu papa dan mama cerai waktu kamu kecil sedangkan papa baru menjalankan rencana pernikahan dengan Siska saat kamu udah SMA, papa harap kamu mengerti maksud papa," ucap Papa menjelaskan panjang kali lebar berharap aku bisa menelan omongannya baik-baik agar tak lagi terjadi kesalapahaman seperti ini. 

"Bagiku papa jahat, papa sudah menghancurkanku, aku benci Papa, papa tak pernah tahu perasaanku dan papa selalu menyakiti hatiku, aku benci papa."

"Sayang Aisyahrani anaknya papa, putri kecil permata hatinya papa dengarkan papa sayang. Papa memutuskan untuk menikah bukan hanya demi memuaskan nafsu papa ataupun ingin di layani oleh seorang istri saja tetapi papa sangat ingin memberi keluarga yang lengkap untuk kamu sayang, papa ingin kamu merasakan semua yang dirasakan oleh teman-teman sebaya kamu, di siapin makan, di anter ke sekolah, di peluk dengan hangat dan penuh kasih sayang, dan masih banyak lagi sayang. Kamu ingin kan merasakan itu kembali? Kamu juga inginkan papa dan kamu putri kesayangannya papa hidup bahagia seperti dulu?" Papa menghapus air mataku yang terjatuh dari pelupuk mata dengan lembut dan penuh kasih sayang, terasa dari sentuhan tangannya ada kehangatan dan perhatian seorang ayah, ayahku dan hanya akan menjadi milikku selamanya.  

"Iya Pa, aku ingin kita seperti dulu, aku rindu dekapan hangat mama," sahutku mengeluarkan semua isi hatiku dan membiarkan papa menghapus air mataku dengan lembut. 

"Kamu akan mendapatkannya sayang, secepatnya senyum dan tawa akan terukir dengan indah di bibir merah delima princess kecil permata hatinya papa," seru Papa tersenyum manis dengan wajah yang terus memancarkan aura kebahagiaan tetapi air matanya terus mengalir, arghhh aku tahu itu hanya lah harapan palsu. 

Aku sangat yakin jika nanti aku punya ibu tiri maka hidupku akan sangat menderita. Sudah cukup aku di bully di sekolah, aku tak mau hidupku juga menderita di rumahku sendiri, rumah yang banyak menyimpan kenangan kebahagiaan keluargaku dulu, bukan kenangan dengan wanita pelakor. 

"Benarkah? Tapi .... Jangan kira dengan papa mengatakan itu semua maka aku akan terbujuk rayunya papa, dengarkan ini baik-baik Pah! Dan kau juga wanita pelakor!" suruhku sembari menatap tajam. 

"Apa yang mau kamu katakan Nak?" tanya Papa penasaran.

"AKU AISYAHRANI LATHIFA TIDAK AKAN MENERIMA WANITA PELAKOR MURAHAN INI SEBAGAI MAMA AKU SAMPAI KAPANPUN ITU KARENA MAMA AKU ITU HANYA LAH MAMA KANDUNGKU YANG SUDAH MELAHIRKAN AKU BUKAN WANITA YANG DENGAN SEENAKNYA MASUK DAN INGIN MENJADI MAMAKU." amarahku semakin bergejolak karena ketidak ikhlasan pada diriku dalam menerima keinginan papa yang ingin menikah dengan wanita asing yang baru pertama kali aku lihat dan dengan tiba-tiba papa malah mengenalkannya sebagai pengganti mama. 

Anak siapa yang tidak syok akan semua ini, tidak akan ada anak yang membiarkan ibu kandung yang sangat di sayangi dicampakkan demi wanita lain yang bukan siapa-siapa bagiku. 

"Sudah berapa kali papa bilang ke kamu lupakan mama kamu nak, kami sudah lama berpisah dan tak akan lagi bersatu, dia tidak pantas jadi mama kamu karena dia itu selalu sibuk kerja dan tak pernah ada waktu untuk mengurus kamu jadi buat apa kamu masih mengharapkan wanita itu? Kamu tahu nak yang lebih parahnya lagi dia bahkan yang lebih parahnya dia mengatakan bahwa dia belum menikah, dia tidak mengganggap kita nak, papa tidak masalah jika dia tidak mengakui papa sebagai suaminya tetapi kamu ... dia juga tidak mengakui jika dia sudah punya anak yaitu kamu nak, Aisyah putrinya papa."

"Mamaku tidak seperti itu!" tolakku tak percaya.

"Itu lah kenyataanya, dia ibu yang tak pantas untukmu. maaf papa tidak bisa menerima jika dia bersikap seperti itu, apakah setelah mendengar ini semua apa kamu masih mengharapkan wanita yang tak pantas kamu sebut ibu, Aisyah sayang?" tanya Papa menatapku dengan mata sayu. 

Aku mengalihkan pandangan ke arah wanita pelakor yang masih saja memegang pipinya yang memerah lalu kembali menatap wajah pria yang sangat kusayangi.