webnovel

Bukan Membeli Tapi Menyewa

Pria tampan yang masih menggunakan pakaian bengkelnya itu berlari melalui lobi rumah sakit di pusat kota Pearl Santos. Di belakangnya, sang sang sahabat, Nic setia mengikutinya. Noah Grant yang sebenarnya memiliki nama belakang Spencer yang disembunyikan dari publik dan tidak ia sadari merasakan kekhawatiran dalam hati saat membayangkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja akan terjadi.

"Apakah ibu saya sudah dioperasi, Suster?"

Menatap penuh kecemasan, Noah bertanya kepada seorang wanita muda yang duduk di ruang perawat tempat ibunya sebelumnya dirawat tetapi saat ini sosok itu tidak terlihat di sana.

"Atas nama siapa, Tuan?" sahut wanita yang sempat menatap pria tampan dengan setelan bengkel di hadapannya.

"Alice Grant. Ibu saya mengalami kecelakaan beberapa hari lalu dan dibawa ke rumah sakit ini." Ketegangan terlihat di wajah tampan Noah. Sementara di ujung koridor, Samantha bersedekap tangan di depan dada ketika berbicara dengan seorang dokter.

"Nyonya Alice Grant memang sudah dibawa ke ruang operasi setengah jam lalu. Maaf, kami sudah berkali-kali menghubungi nomor ponsel Anda tetapi tidak tersambung."

"Apakah sudah akan dioperasi?" Pria itu memastikan. Ada rasa khawatir saat membayangkan jumlah uang yang harus ia dapatkan karena dokter sudah pernah mengatakan hal tersebut. Jumlah yang sangat besar. Gajinya sebagai pekerja bengkel selama satu tahun tidak akan cukup untuk membayar biaya operasi.

"Silakan Anda bertanya kepada petugas administrasi, Tuan."

Tidak ingin membuang waktu, Noah segera berjalan menuju ruang administrasi. Beberapa menit kemudian pria itu ke luar dari ruangan dengan wajah pias. Tergambar jelas ekspresi tidak percaya lewat netranya yang berkaca-kaca. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebesar itu?

"Tuan Noah!'' panggil seseorang dari arah belakang. Seorang pria berpakaian dokter menghampiri dirinya. Bukan kehadiran dokter itu yang membuat Noah terkejut, tetapi gadis yang berada di samping dokter itu. Gadis yang semalam bertemu dengannya, gadis yang tadi pagi datang ke bengkel tempat ia bekerja dan membuat semua pekerja di bengkel kehilangan konsentrasi karena melihat tampilan seksinya.

"Ada apa, Dok? Maaf. Apakah bisa operasi ibu saya dilakukan secepatnya sementara saya akan mencari uangnya?"

Noah mengatupkan kedua tangan, memohon, sementara Samantha menyunggingkan senyum. Ia bukannya bahagia melihat penderitaan pria tampan ini tetapi hal ini jelas menciptakan peluang untuknya.

"Maaf, Tuan Noah. Kami tidak bisa menunggu.Tetapi Nona Samantha bersedia membayar semua biaya operasi dan seluruh biaya rumah sakit."

Pandangan Noah teralihkan pada sosok seksi di samping dokter itu. Pria itu tahu jika senyum yang tersungging di bibir gadis yang terlihat liar itu menyimpan sebuah maksud. Dan ketika dokter itu kemudian memasuki ruang operasi, Noah hanya bisa mematung.

"Ibu Anda akan dioperasi sekarang juga, Tuan Noah," ucap Samantha dengan ekspresi penuh kemenangan.

"Apa yang sebenarnya Anda inginkan. Apakah sebenarnya Anda merencanakan semua ini? Ingin memanfaatkan ketidakberdayaan saya demi sebuah tujuan yang menguntungkan Anda?''

Nada tinggi dari ucapan pria di hadapannya nyatanya ditanggapi gadis itu dengan sangat santai. Samantha menunjuk ke atas, pada lampu di ruang operasi yang menyala menandakan operasi sedang berlangsung.

"Saya memang memiliki tujuan dengan memanfaatkan kesusahan Anda, tetapi hal ini nantinya akan menguntungkan Anda. Sementara dokter menjalankan kewajiban mereka, mari kita bicara di kedai kopi rumah sakit. Dokter membutuhkan waktu satu jam melakukan proses operasi pada Nyonya Alicia. Saya sudah bertanya.''

Sangat santai, nyaris tanpa perasaan ketika gadis itu melenggang dengan senyum lebar yang sialnya terlihat sangat memikat di mata Noah. Pria itu menghela napas sesaat sebelum akhirnya mengikuti wanita itu berjalan.

Sebuah kedai kopi sederhana di kawasan rumah sakit menjadi tempat mereka duduk di meja yang sama, saling berhadapan. Noah beberapa kali harus mendesis saat netranya menatap keseksian yang terlihat di balik gaun berpotongan leher rendah itu.

"Mau memesan kopi, mungkin?''

Samantha menawarkan. Gadis itu tahu jika saat ini Noah sangat tegang, juga khawatir.

"Tidak, terima kasih. Saya tidak suka basa-basi. Cepat katakan apa maksud Anda melakukan semua ini!"

Samantha tersenyum.

"Saya sedang bingung dengan permasalahan yang saya hadapi. Menerima warisan dari kakek dengan jumlah yang fantastis tapi harus dengan sebuah syarat sulit yang tidak bisa saya lakukan dalam waktu dekat."

"Jangan bertele-tele!"

Untuk sesaat gadis itu terpaku. Pekerja bengkel ini tidak seperti pria lain di luar sana yang akan mudah tergoda ketika melihat keseksian dan kecantikan wajahnya. Dia berbeda. Ada aura kuat yang seakan melingkupi sosok Noah Grant, menjadikan pria tampan ini terlihat berwibawa, hot dan jantan.

"Menikah lah dengan saya, Tuan Noah. Maka---"

"Gila!" potong pria itu dengan ekspresi kesalnya. Briana hanya tersenyum. Luar biasa. Ia dikatakan gila oleh pria pekerja bengkel? Sayangnya Noah sangat tampan dan katagori pas untuk suami bayaran.

"Sayangnya Anda tidak punya pilihan. Hanya sampai satu tahun saja kemudian kita akan berpisah. Saya akan memberi Anda sejumlah uang yang banyak hingga tidak akan habis selama sepuluh tahun. Ingat, kondisi ibu Anda tidak akan membaik dengan mudah bahkan setelah operasi. Mungkin butuh waktu lama untuk pengobatan hingga sembuh. Jadi pikirkan.''

"Saya tidak perlu memikirkan apapun. Meskipun saya miskin, pantang bagi saya menjadi boneka wanita gila seperti Anda, Nona."

Samantha tersenyum menyeringai.

"Saya akan menghancurkan bengkel tempat Anda bekerja jika Anda menolak permintaan saya," ucapnya sambil mengeringkan mata, menghina. Noah mengepalkan tangannya di atas meja, menatap wanita cantik dan muda di hadapannya. Wanita ini memiliki kuasa. Dari sorot matanya tidak terlihat main-main.

"Satu tahun?"

"Ya, satu tahun." Samantha menjawab yakin. Saya baru akan mendapatkan warisan itu setelah menikah setahun.

"Pernikahan sesungguhnya?"

"Hem ... bagaimana menjelaskannya, ya. Kita menikah di depan pastor, tentu saja. Mengucap janji pernikahan. Tetapi tidak ada hubungan sex di antara kita."

Noah mendesah lirih.

"Aku juga tidak menginginkan itu denganmu, Nona."

Samantha terkekeh. Gadis itu tahu jika pria tampan itu tidak menginginkannya. Dan dirinya pun tidak menginginkan hubungan sejauh itu. Tidak untuk saat ini. Ia masih menyukai hidup bebas dan menikmati kekayaan orang tua dan kakeknya.

"Baiklah. Jadi Anda setuju, bukan?" Memastikan.

"Dengan hitam di atas putih jika Anda akan menjamin biaya pengobatan ibu saya hingga sembuh, tidak menuntut apapun dari saya termasuk sex karena saya yakin Anda akan menginginkan itu nantinya. Satu lagi. Jangan ikut campur masalah pribadi saya. Dengan siapa saya berhubungan dan lain-lain."

Untuk sesaat Samantha terdiam. Pria ini hanya seorang pekerja bengkel tetapi sorot matanya memancarkan aura kepemimpinan. Dia juga terlalu maskulin dan hot. Jika tubuhnya dibalut dengan pakaian formal, Noah pasti lebih segalanya dari pria-pria petinggi perusahaan yang sering datang untuk melamar namun ia tolak.

"Saya akan menyuruh pengacara membuat surat perjanjiannya. Bought One Husband, membeli suami. Ku harap istilah itu tidak menyakitkan hati Anda."

Haruskah Noah memotong lidah wanita ini? Sialan. Wanita ini mengatakan membeli suami. Dan sayangnya itu benar. Atau lebih tepatnya bukan membeli tapi menyewa karena akan ada masa ketika nanti kontrak kerja sama berakhir.

"Tidak masalah. Hanya satu tahun. Saya yakin sebelum satu tahun Anda akan jatuh cinta pada saya dan sayangnya saya tidak akan peduli masalah perasaan Anda."

"Tidak akan!" Samantha meninggikan nada bicaranya. Ketika kemudian pria itu berdiri meninggalkannya, gadis itu menyentuh dadanya, merasakan degup jantungnya yang menggila. Noah sempat berhenti melangkah, bukan untuk menoleh tetapi untuk mengedikkan bahu kokohnya, mengejek.

"Sial. Sepertinya aku tertarik padanya."