webnovel

Blue Diamond Ring

Berawal dari kegagalan hubungan sebelumnya, Vina akhirnya tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat tangguh, mandiri dan memiliki kerajaan bisnis yang besar. keluarganya mencoba untuk membantunya melupakan masa lalunya dengan menjodohkan Vina pada beberapa eksekutif muda. tetapi, semua ditolak oleh Vina yang belum bisa melupakan pria di masa lalunya. setelah sepuluh tahun perpisahan, tanpa sengaja, Vina bertemu kembali dengan seseorang yang telah dirindukannya selama 10 tahun. akankah mereka kembali bersama? Atau dapatkah Vina menghindarinya, sehingga Ia tidak akan jatuh pada luka yang sama sepuluh tahun lalu? ikuti kisah vina dalam blue diamond ring..

Ri_Chi_Rich · 都市
レビュー数が足りません
44 Chs

Titik Balik Kesalahpahaman

Vina Plot -

"Ehmm..."

"Vivi, Kamu sudah sadar??"

Suara itu... Hmmm.. Merdu sekali.. Bagaikan mimpi.. Aku mendengarnya begitu dekat.. Begitu nyaring.. Suara itu... Owh.. Aku mimpi Indah, sepertinya..

"Vivi..?"

Ehmm tunggu sebentar.. Kenapa kakiku menginjak karpet? Kasar seperti karpet mobil.. Dan.. Posisiku saat ini, bukan posisi tiduran di kasur..

"Vivi???"

DEG

Aku.. Bukan mimpi.. Suara itu.. Huff.. Aku.. Aku bukan di rumah sakit... Kuberanikan diri membuka mataku.. Dan yang pertama kulihat.. Dashboard mobil!! Sudah gelap.. Ini sudah malam!

"Vi?"

Suara dari samping kananku.. Aku menoleh pelan... Awhhhh.. Aku tahu betul siapa lelaki disampingku ini.. Tapi suaraku seakan ga bisa keluar, melihatnya penuh dengan darah, memar, dan.. Oh Tuhan, ada apa ini??

"A..apa Kau menculikku?", Kuberanikan diri untuk bertanya.. Apa Dia berkelahi dengan Rangga untuk menculikku sampai seperti ini..

"Apa Kau begitu membenciku dengan memfitnahku seperti itu, Vi?", Kak Doni tersenyum, tapi Dia terlihat menahan sakit.

"Ehm... ", Aku ingin bertanya.. Tapi kata-kata itu ga bisa keluar.. Sudah lama Kami tak sedekat ini.. Dia ga berubah.. Hanya.. Semakin terlihat dewasa.. Hihi..

"Kamu harus kembali ke rumah sakit, Vivi.. Biar Aku pikirkan bagaimana caranya.. ", Kak Doni menatap lurus kedepan.

"Kenapa?"

"Ehm.. Maksudmu, Vi?"

"Kenapa cincin itu.. Masih..", Aku tak melanjutkan kata-kataku.. Ah, betapa bodohnya Aku.. Sepertinya memang ada sarafku yang putus atau bergeser saat operasi... Hufff.. Ga seharusnya Aku bertanya tentang hal itu disaat seperti ini dan disaat Dia terluka seperti itu!

"Cincin ini maksudmu, kan.. Aku memang tidak pernah melepasnya. Lihatlah... bahkan sampai kekecilan di jariku dan sudah tidak bisa kucabut!", Kak Doni menunjukkan cincinnya, dan tidak menatapku.. Hanya menatap kedepan, sambil mukanya menahan sakit.

"k..kenapa???", Aku menaikkan intonasi suara.. Dan sakit sekali hatiku.. Kenapa Dia seperti itu??? Ada apa sebenarnya?

"Karena.. Sejak Kamu memintaku meninggalkanmu.. "

"Aa..apaaaa???"

Kak Doni menatapku sekarang.. Dia tidak berbicara dengan menatap lurus kedepan lagi.

"Kau memintaku meninggalkanmu.. Karena seseorang di England. Apa orang itu, Dia yang menjadi suamimu sekarang?", Kak Doni bertanya dengan sangat sopan dan suaranya juga ga berubah.. Sangat merdu. Sangat menenangkan hatiku.. Masih sama seperti dulu.

"Vivi??"

"Ehm.. Apa katamu?", Aku gelagapan, ketahuan mencuri pandang..

"Kamu melamun, Vi.. Jangan suka mencuri pandang seperti itu, nanti bintitan!", Kak Doni tersenyum..

"Oh, Aku...", Owh... Malunya Aku.. Kebiasaanku dari dulu ga berubah.. Aku sering kepergok olehnya sedang mencuri pandang.. Hufff...

"Apa.. Kau meninggalkanku karena bertemu suamimu itu di England?", Kak Doni mengulangi pertanyaannya, tapi kali ini tersenyum dan menatapku.

"Aa... Aapaaaa? Meninggalkanmu? Apa Aku ga salah dengar? Kau meninggalkanku karena menghamili Nindy!!!", Kini emosiku sudah meluap-luap.. Dia menuduhku selingkuh???

"Kau mengirim pesan padaku, Vi... Kau ingin Aku meninggalkanmu dan membebaskanmu. Aku.. Menerima pesan itu dari ponselmu.", Kini wajah Kak Doni terlihat bingung. Begitupun Aku.. Aku mengirim pesan??? Kapan???

"Aku.. Ga pernah kirim pesan itu.. ", Aku menatap kak Doni.. Dan Dia juga menatapku..

"Tapi, Kau menghamili Nindy! Kau mengirim pesan itu padaku!!", Aku mencoba mengingatkannya.

"Bukan Aku, Vi.. Itu Nindy mengirimnya. Dan itu bukan anakku. Aku sudah melakukan test DNA tanpa sepengetahuannya, hasilnya .. Dia bukan anakku.", Kak Doni menjelaskan. Raut wajahnya terlihat sedih..

"bb..bagaimana mungkin??", Tanyaku.

"Saat Kau mengatakan ingin berpisah dariku, Aku sangat patah hati. Kerjaku mabuk-mabukan. Dan Nindy menjebakku. Dia membawaku ke kamar hotel, dan saat Aku bangun, kami berdua sudah tanpa busana. Aku.. Sebenarnya ga merasa melakukan apapun.. Tapi saat itu Aku belum curiga padanya. Aku coba berbuat baik dengannya.. Dan tiga bulan kemudian, Dia bilang padaku kalau hamil anakku. Aku percaya Nindy adalah wanita baik-baik, Aku menikahinya karena rasa bersalahku. Tapi, Dia yang menghubungi dan mengirimimu pesan. Dia mengancam akan menggugurkan Kandungannya kalau Aku masih menerima pesanmu. Setelah bayi itu lahir, Aku mendengar Nindy menelepon seseorang, dan akan mentransfer sejumlah tertentu asal Dia mau pergi. Aku telusuri nomor rekening itu. Dan Aku bertemu ayah si bayi. Sayangnya, Dia tidak mau mengurus anak itu. saat Aku ingin meninggalkan Nindy.. Dokter memberitahuku, bayi mungil itu mengidap thallasemia. Aku ga tega meninggalkannya. Sampai saat ini.. Aku hanya berusaha menjaga anak itu. Aku ga pernah menyentuh Nindy layaknya suami istri."

"Ga mungkin.. Bb..bagaimana bisa?" Aku mencerna semua yang dikatakan Kak Doni..

"ssi..apa yang mengirim dari handphoneku?", Aku bertanya lagi.. Dan Aku kebingungan... Karena bukan Aku yang melakukannya!!!

"Tiga bulan setelah Kau di England, Kau mengirimi ku pesan.", Kak Doni menatapku.

"Aku masih ingat tanggalnya, delapan belas September."

Tiga bulan? Ah.... Tiga bulan setelah kepergianku ke England. Kak Doni ga pernah mengirimiku pesan lagi. Aku mau mulai mengiriminya pesan, tapi aku sangat malu.. Dan waktu itu, Aku memang selalu menunggu karena Aku ga ingin mengganggunya. Setelah tiga bulan, Aku memberanikan diri bertanya tentang kabarnya.. Dan mendapat pesan bahwa Dia akan menikah.. Tanpa meminta maaf padaku!! Oh Tuhan.. Siapa yang berbuat ini padaku dan Kak Doni???

"Vivi.."

"A.. Aku.... Aku ga pernah kirim pesan itu!", Kini Aku mulai menangis.. Jadi.. Sepuluh tahun ini??? Kak Doni ga mengkhianatiku? Tapi Dia menuduhku mengkhianatinya???

"Vivi.. Apa Kau serius?"

Aku mengangguk.

"Jadi maksudmu.. Kamu.. Ga menyuruhku meninggalkanmu??"

Aku mengangguk.

Kak Doni menghampiri dan memelukku.. Sangat erat.. Sejujurnya, belum pernah selama Kami bertunangan, Dia memelukku seperti ini.

"A..aku.. Merindukanmu, Vivi.. Setiap malam, setiap Tahun, Aku selalu datang ke pohon cinta kita.. Aku habiskan malam-malamku menangis mengingat kenangan kita.."

"aa..apaaaa?", Aku melepas pelukan Kak Doni dan menatapnya.

"Kau masih kembali ke pohon tua itu?", tanyaku tak percaya.

Dia tersenyum mengangguk.

"Dan lihat ini..", Kak Doni mengambil handphonenya.. Dia menunjukkan sebuah gambar padaku.. Sebuah ayunan..

"kkk...kau membuatnya?"

Kak Doni memgangguk.

Kini airmataku jatuh tak tertahan.. Ayunan itu.. Itu adalah janji Kami.. Akan membawa anak-anak kembali ke pohon tua itu, membuat ayunan, dan kami akan bermain ayunan dengan anak-anak kami.. Oh Tuhan... Kenapa seperti ini??? Kenapa Aku tahu segalanya setelah semua seperti ini.. Setelah semua berbeda???

Kak Doni memegang tanganku

"Wait.. ", Aku berusaha menghindari tangannya..

"Kak.. Ehm.. Aku..."

"Maafkan Aku, Vivi... Aku lupa kau sudah menikah..", Ada penyesalan dimatanya saat mengatakan itu.. Ehm.. Dan jujur, Aku ga ngerti perasaanku. Aku memang sedih karena ternyata ada orang yang mempermainkan Kami.. Tapi, Aku juga ga bisa kembali padanya, karena Rangga.. awhhhh.. Suamiku.. Dia pasti sangat panik mencariku.. Oh Tuhan.. Aku harus menghubunginya!!!

"bb..bagaimana Kita bisa ada disini?", tanyaku.

"Seorang wanita berpakaian perawat menculikmu!"

"Apa??? Bagaimana bisa Dia melewati penjaga?", tanyaku.

"Dia memberikan obat tidur, ke penjagamu. Waktu itu Aku menuju meja perawat untuk mengambil cairan infus. Aku melihatnya membagikan minuman ke penjaga didepan kamarmu. Tapi Aku belum curiga dan terus ke meja perawat Sayangnya, ga ada perawat satupun disana. Aku menunggu sekitar lima menitan, tetap ga ada perawat yang kembali. Lalu Aku teringat perawat didepan kamarmu. Aku segera kesana. Tapi aneh. Penjaga semua hilang dari depan kamarmu. Dan perawat itu menarikmu keluar. Aku curiga dan mengikutinya. Dia mengganti bajumu dan menaruhmu dikursi roda. Aku mengikutinya, sampai ke sebuah rumah. Dia membawamu turun, dan Aku berusaha mengambilmu. Kami sempat berkelahi. Aku pikir, karena Dia wanita akan mudah. Tapi Dia cukup kuat. Sampai Aku seperti ini.. Hehe.. ", Kak Doni menjelaskan..

"Siapa Dia?", tanyaku..

"Aku ga kenal. Dia banyak berbicara bahasa Inggris. Sepertinya gaya bahasa Inggrisnya dari England dan Dia cantik. Makanya, Aku ga percaya bela dirinya sekuat ini!", Kak Doni geleng-geleng kepala.

Aku pun ikut tertawa melihatnya.

"Dimana, Kita, Kak?", Tanyaku.

"Di Sentul!"

"Apaaa?"

"fuiiih.. Kita harus lewat tol ke Jakarta, Vi.. Tapi, Aku ga kuat nyetir.", Kak Doni meringis dan mukanya semakin pucat!

"Oh no... Can You please lend Me Your Phone?", Aku mulai panik dengan wajahnya yang semakin pucat

Kak Doni tersenyum dan memberikan teleponnya padaku

"Ini...", Aku kaget melihat Wallpapernya.. Foto kami, saat dihari ulang tahunku ke lima belas.

"Kak.. Kamu..."

"Sudah, telepon Suamimu. Dia pasti panik! Kau juga harus cepat mendapatkan perawatan!", Dia tersenyum padaku. Tak ada wajah marah dan emosi sama sekali..

"ssh... Ehmmm..!", Kak Doni masih menahan sakit..

Owh.. Aku harus cepat menghubungi Rangga.. Tapi.. Berapa nomor teleponnya?

"Kenapa, Vi?", tanya Kak Doni yang melihatku kebingungan.

"A.. Aku... Ga tau nomor Suamiku..!!", Kataku malu-malu

"Apaaa?"

"Ehm... Kami baru menikah hari Sabtu kemarin.. Dan Kami baru ketemu hari Rabu minggu lalu..", Kataku lagi, sambil tersenyum, absurb! Hehehe...

"Vivi???", Kak Doni melihatku ga percaya.

"Apa Kau menikahinya untuk menghindariku?"

Aku menggeleng

"Lalu kenapa ga pernah bales pesanku?", Tanyanya lagi..

"Pesan? Ah... Itu...", buru-buru ku ketik nomor teleponku dan menghubungi ponselku sendiri! Ya.. Ponselku.. Karena Rangga memegangnya!!

Satu menit berbunyi. Tak di angkat..

Aku coba lagi...

Satu menit berbunyi.. Tak di angkat juga.. Huffff.

Baiklah. Aku coba kali ini.. Sekali lagi

"Halo?", Suara wanita..

"Airiiin.. Airiiiiin..."

"Vina?"

"Tolong Aku cepat Aku mohon.. Tolong datang segera.. Kak Doni... Sudah terluka parah.. Tolonglah Airin..",

"Vina, tenangkan dirimu.. Dimana posisimu??"

"Aku ga tau.."

"Vivi, shareloc lewat pesan..", Kak Doni mengingatkan

"Airin.. Aku shareloc lewat pesan.. Cepatlah datang. Bawa ambulance. Aku mohon.. Cepatlah..."

Klik

Telepon mati. Dan Aku membuka pesan, mengirim Share Location dan Live Location pada handphoneku.

"Vivi.. Ehmm.. Tolong hubungi Vido.. Dia pasti panik mencariku."

"Baik.. Yang mana nomornya?"

"Scroll dipesan.", Kak Doni memanduku.

"bb...baik.!", Huff.. Betapa bodohnya Aku... Kenapa jadi gaptek gini?? Akhirnya, ketemu nama Vido..

"video call atau suara aja, kak?"

"Suara saja.."

Aku men-dial dan setelah tersambung, memberikannya pada Kak Doni.

"Halo Vido, Sayang.. Baik-baik dulu sama mama ya, papa akan segera menemuimu.."

(diam)

"Baiklah, sayang.. Papa janji ga akan lama.. Dan kita akan main bola hari minggu besok, oke?"

(diam)

"Papa juga sayang Vido.. Bye... Sayang!!"

Klik

Ada rasa iri melihat Kak Doni begitu lembut dengan Vido.. Ga terasa air mataku ikut mengalir.

"Vivi.. Jangan nangis.. Kamu jelek kaya badut kalau nagis gitu!", Kak Doni ga menatapku.. Pandangannya lurus ke depan.

Hwaaaaaa.. Justru Aku tambah nangis mendengar kata-katanya... Hwaaaaa... Dia selalu meledekku seperti itu saat kami dulu bersama, saat Aku menangis karena Mommy tak pernah bisa hadir ke acara disekolah. Dan Aku satu-satunya anak tanpa orang tua. Kak Doni selalu menghiburku seperti itu saat pulang sekolah ketika melihatku menangis.. Hwaaaa.. Bagaimana ini, hatiku carut marut..

"Vivi.. Sssstt....", Kali ini dia menatapku. Menempelkan jari telunjuk dibibirnya, sama seperti dulu..

Aku berusaha memegang tangannya..

"Kenapa, Vi? Sudahlah.. Jangan menangis lagi.. Aku sulit bergerak untuk menghapus air matamu! Ehmmm....ssshhh..", wajah kak Doni tampak kesakitan...

Aku segera mengambil handphonenya lagi. Menghubungi nomorku

"Vina??", kali ini suara Rangga

"Yang... Cepatlah.. Aku mohon.. Hwaaa.. Aku mohon, datanglah cepaaaaat!!", Aku menangis sejadi-jadinya ditelepon.. Aku sangat takut sekarang.. Takut sesuatu terjadi sama Kak Doni..

"Vina.. Vina.. Iya ini Aku cepat.. Jangan panik sayang... ", Rangga juga terdengar sangat panik d ujung sana.

"Tunggu Aku.. Dengarkan Aku.. Aku segera sampai.. Aku share locationku.. Kamu jangan panik!! Mengerti??"

"ii..iyaaa!!", jawabku..

Klik

Telepon dimatikan, dan masuk pesan baru. Share location.

Huff.. Mereka masih di gerbang tol taman mini.. Berapa lama lagi mereka sampai sini???

"Aku iri dengannya Vivi.."

"Ehmm apaaa?"

Kak Doni tersenyum

"Dia bisa sangat mengkhawatirkanmu dan melindungimu.. Sedangkan Aku.. Hanya bayangan masa lalumu.", Kak Doni masih tersenyum, sama.. Tak ada perubahan dari senyum itu, sangat tulus..

Owh.. Maafkan Aku, Rangga.... Maafkan Istrimu, kali ini..

Aku mendekati Kak Doni.. Dan mungkin kewarasanku sudah hilang.

"Vivi.. Kamu ma.."

Belum sempat Kak Doni menyelesaikan kata-katanya.. Aku sudah menciumnya.. Ya.. Aku sudah gila.. Aku mencium bibirnya..hanya sebentar.. Tapi Aku sangat sakit melihatnya.. Aku hanya berusaha menghiburnya.. Apa sekarang Aku jadi egois? Ingin memiliki Rangga dan juga Kak Doni? Apa-apaan Aku ini???!!

Aku kembali ke tempat dudukku dengan wajah bersalah..

"mm..maa..afkan Aku, kak.. Aku.. "

"Gapapa Vi.. Makasih.. Aku juga merindukanmu.. Kita ga bisa lagi bersama, karena Kau sudah terikat.. Dan Aku sudah ada tanggungjawab, Vido.. Dia sangat membutuhkanku.. Ehmm..sshh.. "

"Diamlah, jangan banyak bicara!!", Aku refleks berkata seperti itu... Tapi.. Selama ini, Aku yang banyak mengajaknya bicara..

"Vivi.. Jangan menangis lagi.. Kamu sudah banyak menagis sepuluh tahun belakangan ini..!!"

Hwaaaaa.. Justru kata-katanya membuatku semakin menangis.. Hatiku sangat sakit sekali.. Kami saling mencintai.. Tapi Kami terhalang untuk bersatu..

"A.. Aku ... Hwaaawaa...", Aku ga bisa melanjutkan kata-kataku... Rasanya mengganjal di hatiku.. Sakiiit... Dan Aku ingin sekali memeluk Kak Doni, menjaganya sampai sembuh..

anyone who see us

knows whats going on between us

it doesn't take a genius

to read between the lines

and it's not just wishful thinking

or only me who's dreaming

i know what these are symptoms of..

we could be in love

"Ring tone ini..", Aku cuma bengong mendengarnya.

"Vivi, angkat Vi!"

"Eh iya....", Aku langsung mengangkat teleponnya

"Sayang.. kamu di mana?", Rangga yang menelepon.

"Aku dalem mobil yang.. Di share loc tadi.."

"Berikan padaku, Vi..", Pinta Kak Doni.

"B 1003 VV, plat nomornya Range roover evoque, warna putih!", Kak Doni memperjelas ke Rangga.

Klik

Rangga mematikan teleponnya..

"Kenapa kak??"

"Apalagi, Vi?", tanyanya masih tersenyum.

"Ring tone itu.. Plat nomor mobilmu...", Haaaah.. Aku semakin gila sekarang.. Pria disampingku.. Dia sama terlukanya denganku.. Siapa yang berani mempermainkan Kami seperti ini???

"Lagu favorite kita ring tone handphone ku.. Dan tanggal Aku menyatakan cinta padamu ada di plat nomorku.", Kak Doni tersenyum kembali.

"Kamu.. "

"Tiiiiiiiin!!",

Suara klakson dibelakang mobil ini mengagetkanku.. Dan suara ambulance dibelakangnya

TOK TOK TOK

Rangga mengetok pintuku, Dennis.. Mengetok pintu Kak Doni

Aku membukan pintu Kak Doni terlebih dahulu, karena Dia ga bisa bergerak. Lalu membuka pintuku. Rangga langsung menganggkatku.

"Ttu...ngguuu yang!", Aku menatap ke arah dennis.. "Dennis, tolong selamatkan Kak Doni.. Tolong, Dia kehilangan banyak darah.. Aku mohon...", Aku menatap dennis, dan kembali mengalungkan tanganku ke leher Rangga.

Rangga membopongku keluar, naik ke dalam mobilnya. Dennis, Sandy dan Airin menolong Kak Doni.. Ada yang mereka bicarakan. Tapi Aku ga dengar. kak Doni masuk ke ambulance dengan Airin. Sedangkan Dennis dan Sandy, mereka naik mobil yang tadi Aku naiki bersama Kak Doni.

"Apa Kamu baik-baik saja?", Rangga bertanya kepadaku yang tampak panik, gugup dan ketakutan..