webnovel

Aku memilihmu

Tangan Rangga saat ini memegang tanganku.. Wajahnya menatapku, terlihat sangat cemas... Dia sangat mengkhawatirkanku..

"Kenapa Aku bisa diculik??", Tanyaku penuh emosi dan Aku masih menangis.

"Maafkan Aku.. Ini semua salahku, mempercayaimu dengan para bodyguards itu.. Aku lengah sehingga ada orang yang berhasil berbuat jahat padamu..", Rangga terlihat begitu menyesal.

"Kamu jahaaat!!", Kini Aku menangis semakin kencang.

"Maafkan Aku.. Vina, Aku...", Rangga tidak menyelesaikan kata-katanya.. Dan hanya menatapku yang menangis..

Aku menangis.. Cukup lama, Aku mencoba meluapkan semua perasaanku.. Aku ga tahu kenapa Aku juga menangis.. Apa karena rasa takutku karena diculik, dan Apa jadinya Aku kalau Kak Doni ga melihat dan menolongku? Atau Aku menangis karena lukaku dan hatiku? Karena sakitku melihat hubunganku yang kini.. Hanya tinggal masa lalu dengan Kak Doni.. Setelah mengetahui kenyataan retaknya hubungan Kami akibat perbuatan orang lain.. Dan seperti yang dikatakannya.. Kami hanya cerita masa lalu tanpa bisa memperbaiki apapun, padahal Kami masih saling mencintai? Apa itu yang membuatku sesakit ini? Atau karena Aku mencintai Rangga? Dan rasa ini begitu sakit karena rasa rinduku padanya.. Membuatku begitu nyaman menangis dan meluapkan emosiku didepannya.. Atau karena semua hal itu, Aku menangis saat ini? Aku ga tau jawabannya.. Aku ingin menangis.. Hanya itu yang ingin kulakukan..

"Sayang...", Setelah sekian lama Aku menangis.. Ranga memanggilku. Dan Aku baru kembali menyadari.. Mobil kami saat ini masih ditempat yang sama. Kami belum kemana-kemana.. Padahal tadi, mobil ambulance sudah kembali ke Jakarta. Tapi mobil Kak Doni yang ditumpangi oleh Sandy dan Dennis bergerak ke arah berlawanan tadi.. dengan satu mobil jeep yang mengikuti dibelakangnya.

"Sayang... apa Kamu sudah lega setelah menangis?", Rangga menanyakan lagi, setelah tangisanku berkurang.

Aku menatapnya..

"Yang...", Panggilku sambil menatapnya

"Iya sayang.."

"Lakukan sesuatu padaku .."

"Apa maksudmu?", Rangga terlihat bingung.

"Lakukan sesuatu.. Aku mohon.. Aku.. Ingin merasakan Kalau Aku adalah milikmu.. Lakukan apapun padaku..", Aku memasang wajah sangat memohon padanya.. Aku ingin.. Rangga menyadarkanku.. Kalau Aku masih Istrinya.. Aku masih wanitanya.. Sehingga Aku bisa melupakan sedikit rasa kecewaku dan sakitku sekarang.. Aku.. Butuh.. Pelampiasan??? Apa betul seperti itu???

"Vina..", Rangga menatapku.. Dan Aku pun sama.. Kami terhalang oleh persenealing mobil, saat ini.. Dan Rangga, dengan cepat bergerak melumat bibirku.. Aku pun melakukan hal yang sama membalasnya.. Sampai kami hampir kehabisan napas. Tangannya sudah bergerilya kemana-mana, entah bagaimana Rangga melakukannya, Tapi Aku sudha topless..

Ada rasa berdenyut sakit dibekas operasiku.. Tapi tak kuhiraukan.. Rangga bermain cukup halus dan tak menyakitkan.. Bahkan saat miliknya masuk dan menekan kedalam tubuhku, Dia melakukannya cukup pelan dan menjaga kepalaku dalam posisi yang nyaman. Sehingga Aku sangat menikmati permainannya.. Entah beberapa lama ini berlangsung, Aku juga sudah mendapatkan beberapa kali pelepasan sebelum akhirnya Kami mengakhiri dengan pelepasan bersama. Dan Rangga memelukku.

"Apa kini Kamu sudah yakin kalau Kamu adalah milikku?", Rangga bertanya saat Aku masih dipelukannya.. Kami duduk dikursi penumpang, dengan posisi Rangga memangkuku.. Kami berdua duduk berpangkuan dalam mobil tanpa sehelai benangpun.

"Aku... Ingin terus bersamamu seperti ini.. Aku mohon.. Jangan biarkan seseorang melakukan ini lagi padaku..", Kini Aku menatapnya.

Dan Rangga menyenderkan Aku didadanya.. Sebelum akhirnya Dia memakaikan kembali pakaianku, dan memakai pakaiannya sendiri.. Lalu kembali duduk dikursi pengemudi.

"Tiiiiiin!!"

Mobil dari arah depan kami mengklakson. Berhenti diseberang jalan.. Aku kenal mobil itu.. Evoque dan jeep dibelakangnya. Dua orang dari Evoque keluar menghampiri mobil kami, Rangga membukan jendela mobil Kami.

"Kenapa belum membawa adikku ke rumah sakit?", Dennis terlihat kesal pada Rangga.

"Dennis.. Aku memintanya untuk tinggal sebentar disini!", Aku coba membuat mereka tidak adu mulut.. Karena Aku yang memaksa Rangga untuk.. Ehm.. Melakukan sesuatu yang menenangkanku.

"Kamu baiik-baik saja?", Dennis melihatku dan terlihat khawatir. Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Agak aneh melihatnya ikut mencariku.. Apa Rangga mendatangi rumah sewaannya dan menuduhnya menculikku? Sehingga Ia jadi ikut mencariku seperti ini?

"Kami sudah menangkapnya! Untung Doni mengikatnya dan menaruhnya dalam bagasi mobil! Akan ku interogasi wanita itu di kantor polisi untuk tahu motifnya! Huff.. Kau berhutang nyawa Istrimu pada Doni, Rangga!", Kali ini giliran Sandy berbicara, sambil menatap Rangga.

"Si..siapa maksudmu? Wanita? Penculikku? Yang menculikku, wanita?", Aku bertanya dan Sandy mengangguk.

"Siapa Dia?", Tanyaku lagi

"Aurel.. Wanita ini!", Sandy memberikan foto dari kantongnya.. Yah.. Foto Aurel memberikan bunga pada Airin didepan apartemenku..

Suaraku tak dapat keluar.. Sekarang Aku paham..

"Aku ingin bertemu dengannya sekarang.. Rangga bawa Aku turuuuuun! Aku harus bicara dengannya sekarang!!", Kini Aku mulai menangis lagi..

"Cepaaat..!!", Aku melihat mereka bertiga.. Rangga hanya menatapku, tapi Dennis sudah berlari kepintuku, membuka dan menggendongku keluar menuju jeep. Tanpa menghiraukan teriakan Rangga yang menyuruhnya menurunkanku.

Pintu jeep terbuka, Aku melihat Aurel yang dikelilingi bodyguard Rangga. Aurel menatapku.. Yah, betul.. Aku mengenalnya.. Aurel Temanku.. Teman sekamarku di England yang juga selalu membantuku membuat foto untuk product yang akan Aku jual.. Yang begitu baik dan.. Huff.. Aku mengerti semuanya sekarang!

"Dennis turunkan Aku.. Aku ingin berdiri!", pintaku.

Rangga memegangku kali ini. Dia mengusir Dennis.. Tapi Aku tidak lagi memperdulikan mereka.. Tatapanku hanya fokus ke Aurel.

"Kau.. Kau yang melakukannya? Kau yang mengirimkan pesan padanya dengan handphoneku? Kau yang membuat Kak Doni mengira Aku memutuskan hubungan dengannya dan meninggalkannya dengan pria lain di England? Kau yang membuatku berpisah dan menderita karena kehilangan tunanganku selama sepuluh tahuuuuun! Betul Apa kataku??? Jawaaaaaab!!", Aku berteriak penuh kemarahan padanya.

Aurel hanya tertawa

"Kau bodoh! Kau tahu, betapa Aku memendam rasa cintaku padamu? Aku juga merana selama sepuluh tahun! Aku gila karena obsesiku padamu! Dan Aku kembali untuk membuatmu memilih, belajar mencintaiku atau membunuhmu!!"

"aapaaaaa?"

"Ya, Aku memang Lesbi.. Aku pecinta sesama jenis, dan Aku terobsesi padamu!", Aurel tertawa.

"Aaah.. Sh****t!!!!! Kau menghancurkan hubunganku dengan tunanganku, karenamu Kami saling menyakiti dan saling menderita!!! Sepuluh tahun.. Aku sakit karena kehilangannya.. Dan Kauuuuuu.. Kauuu penyebabnya!!!! Arrghhhhhh Aku akan membunuhmuuuuu!!!", Entah Aku punya tenaga darimana, Aku sudah naik kedalam jeep, memukulinya, menampar, menonjok, aku benar benar kehilangan kewarasanku!

"Vina.. Vina..!!!", Rangga memeluk pinggangku dan menurunkanku dari jeep.

"Lepaskaaaan.. Aaaaargghhhh Aku akan membunuhmuuuu!! Lepaskaaaaaan Akuu!!!", Tapi Rangga tak melepaskanku.. Malah menggendongku kembali ke mobilnya.

Jeep ditutup, Dennis dan Sandy masuk kembali ke dalam mobil Evoque milik Kak Doni dan kedua mobil itu melaju.. Meninggalkanku yang masih sangat emosi... Aku masih berteriak, hingga Rangga menaruhku duduk kembali di jok mobil, lalu Aku menangis, berteriak, meluapkan semuanya.. Dia masih memandangiku.. Hanya melihat, tanpa mengatakan apapun.. Tanpa mendiamkanku.. Membiarkanku meluapkan semua emosiku. Hingga Aku mereda dengan sendirinya..

"Apa perasaanmu sudah lebih baik?", Rangga yang melihat tangisan dan kemarahanku sudah berkurang, memberikanku sebuah pertanyaan.

Aku menatapnya..

Lelaki ini.. Aku tak akan bertemu dengannya kalau Aurel ga melakukan kejahatan itu.. Aku saat ini akan hidup dengan Kak Doni.. Dan ga ada the succes business woman, Vina Ariescha.. Kalau Aurel ga melakukan itu.. Aku ga akan pernah mendapatkan cinta yang besar dari Rangga.. Aku pasti berada dalam pelukan Kak Doni.. Hidup senyaman yang seperti yang kami lewati sebelumnya.. Tapi Aku ga akan bersama orang ini.. Rangga Pranata yang membuatku tergila-gila dengannya. Apa memang ini yang dinamakan takdir dan jalan hidup seseorang?

Apa ini yang dinamakan Cinta tak harus memiliki? Dan memang Aku ditakdirkan untuk lelaki disampingku ini? Apa ini yang dinamakan kehendak yang Maha Kuasa? Jalan hidupku? Jalan hidupku yang hanya sebatas kenangan masa lalu dengan Kak Doni.. Dan jalan hidupku masa ini dan masa depan bersama Rangga?

"Vina, Apa kini kamu merasa lebih baik?", Rangga terlihat cemas, dan entah apa yang dipikirkannya setelah melihatku tadi.

"Aku.. Bisa Kita pergi dari sini?", Pintaku.

Rangga mengangguk, menutup pintuku dan berjalan ke arah kursi pengemudi. Membuka pintu, duduk, dan kembali menatapku.

"Mau kemana Kita?", Rangga menanyakan tujuan Kami.

Sejujurnya.. Aku ingin menjawab Rumah Sakit. Aku ingin bertemu Kak Doni. Tapi.. Kali ini Aku memakai logikaku.. Terlalu banyak kenanganku dengan Kak Doni.. Dan Itu akan menyakiti Rangga.. Apa kenanganku dengannya? Diperkosa di apartemennya? Huff.. Kenangan buruk.. Dia menjadi perawat pribadiku.. Ini terlalu memalukan.. Makan soto? Terlalu biasa.. Banyak pengalaman makan dengan Kak Doni.. Pernikahanku dengannya? Tapi diakhiri dengan keributan keluarga.. Masakannya yang enak? Tapi awal merasakannya memalukan.. Kondisiku masih membencinya di kamar apartemennya. Hanya cincin dijariku ini yang merupakan kenangan terbaik dari suamiku.. Aku harus membuat lebih banyak kenangan manis untuk Kami kenang bersama sebelum kembali ke Rumah Sakit..

"Vina, kenapa menatapku tanpa menjawab, sayang?", Rangga mrnyadarkan lamunanku.

"Ehmm.. Aku punya pilihan? Maksudku.. Aku boleh memilih Kita mau kemana?", Aku bertanya kepada suamiku.. Dan masih menatapnya.

Rangga tersenyum..

"Tentu saja, sayang.. Kemanapun.. Selama itu tidak membahayakanmu!!", Rangga menatapku dan tersenyum sangat manis.

"Aku.. Ingin ke puncak.. Aku ingin lihat sunrise..", Aku tersenyum pada Rangga.

Rangga melirik jam tangannya, lalu menatapku kembali.

"Baiklah kalau itu maumu.. Aku akan membawamu ke sana!", Rangga memegang wajahku dengan tangan kirinya. Dan kembali menatap stir kemudinya, berbalik arah, dan melajukan mobil ke tujuan kami.

"Yang..",

"hemmm.. Ada apa sayang?", Tanyanya.

"Apa lagu tentang kita?", Tanyaku kembali.

Rangga melirikku sebentar, sebelum kembali matanya menatap ke jalan.

"Maksudmu?", Rangga bertanya balik kepadaku.

"Ehm.. Maksudku.. Aku sedang mencari lagu tentang kita.. Yang bakalan jadi lagu kenangan kita berdua..", Aku menatapnya dan tersenyum.. Walaupun Rangga tak menatap balik.. Tapi dia melepaskan tangan kirinya dari kemudi, lalu memegang tanganku.

"Hm... Begini aja.. Kita nyalakan radio, dan lagu yang Kita dengar pertama.. Adalah lagu kenangan Kita.. Gimana Sayang?", Tanya Rangga balik.. Sambil tangan kirinya mengelus tanganku.

"Boleh juga! Hihi..", Aku mengangguk setuju..

Lalu Rangga melepas pegangan tangannya pada tanganku, dan menyalakan Audio. Dan entah kebetulan atau bagaimana.. Yang kami dengar..

I want to hold you close

Under the rain

I want to kiss your smile

And feel the pain

I know what's beautiful

Looking at you

In a world of lies

You are the truth

Lagu itu sedang diputar disaluran yang Rangga pilih.. Dan Dia ikut menyenandungkan lirik itu.. Suaranya sangat sexy.. Sangat merdu.. Untuk seseorang yang tidak suka bahasa asing.. Rangga melafalkan liriknya tanpa ada salah, seperti memang Dia hapal..

Aku ikut bergabung dengannya saat di course

And baby

Every time you touch me

I become a hero

I'll make you safe

No matter where you are

And give you

Everything you ask for

Nothing is above me

I'm shining like a candle in the dark

When you tell me that you love me

Kami menyanyikan bersama lirik itu.. Rangga memegang tanganku semakin erat dengan tangan kirinya. Aku juga mengelus punggung tangannya yang memegang tangan kananku, dengan tangan kiriku. Lalu Aku menaruh jari telunjuk tangan kananku dibibirnya, menyuruhnya untuk diam.. Dan Aku menyenandungkan lirik selanjutnya

I want to make you see

Just what I was

Show you the loneliness

And what it does

You walked into my life

To stop my tears

Everything's easy now

I have you here

Selanjutnya akhirnya Kami menyanyikan course bersama-sama lagi...

And baby

Every time you touch me

I become a hero

I'll make you safe

No matter where you are

And give you

Everything you ask for

Nothing is above me

I'm shining like a candle in the dark

When you tell me that you love me

Dini hari ini.. Adalah hari terindah dalam hidupku.. Ini moment Kami.. Aku akan mengingat memori ini.. Lagu ini.. Adalah lagu Kami..

"Yang.. Kamu jangan lupakan lagu ini ya.. Ini tentang Kita!", Kataku setelah lagu itu telah selesai.

"Iya Sayang.. Tentu saja!!", Rangga mengeratkan pegangan tangannya pada tanganku.. Tanda bahwa Dia setuju.

"Aku.. Aku sangat bahagia sekarang, yang.. Makasih ya...", Sekali lagi Aku menatapnya.. Menyatakan rasa bahagiaku..

"Aku juga bahagia, sayang.. Terima kasih..", Rangga mengelus tanganku.

Yah, Aku memang sangat bahagia.. Bersamanya saat ini.. Mencintainya.. Menemukannya.. Walau.. Aku harus merelakan satu hatiku dimasa lalu.. Biarlah.. Rasa sakit ini.. Hanya Aku yang merasakan.. Aku akan menyimpan rasa perih dan luka ini.. juga semua kebahagiaanku dimasa lalu.. Sebagai kenangan terindah dalam bagian hidupku.. Hari ini dan selanjutnya.. Cinta dan hidupku.. Hanya untuk suamiku.. Kami sudah memiliki lagu Kami.. Cerita tentang Kami.. Aku.. Punya sisi dihatiku untuk menyimpan cntaku dimasa lalu.. Dan sisi hati lain.. Yang akan Aku jaga untuk Suamiku saat ini.

"Kita mau berhenti dimana, sayang?"

"Hmm.. Maksudnya?"

"Dimana Kamu mau melihat matahari terbit?"

"Hm... Puncak pas!", Kataku.. "Aku mau lihat dari tempat paling atas. Hehe", Aku melanjutkan kalimatku.

"Baiklah, sayang...Your wish... My Comment!", Rangga menatapku dan tersenyum. Tumben Dia berbicara bahasa Inggris lagi, hihi..

"Yang.. Tapi Aku kedinginan.. Mau beli sekoteng dulu..",

"Baik sayang!", Rangga menepikan mobilnya, mengambil jaket dikursi belakang. Jaket sweater berwarna putih, milik seorang wanita..

"Yang.. Ini..."

"Punya Airin.. Jangan berpikir macam-macam! Pakai ini.. Biar ga terlalu dingin.. Nanti Aku berhenti di tukang sekoteng!", Rangga tersenyum padaku dan mencubit hidungku seperti yang akhir-akhir ini sering dilakukannya.

Rangga kembali mengendarai mobilnya. Saat ini sudah hampir jam lima pagi. Kami sudah melewati perbatasan polisi, lurus ke arah puncak, belok kanan ke arah ciawi - bogor.

Aku menikmati pemandangan indah ini.. Sungguh.. Sangat indah.. Jalanan pagi ini sepi, mobil Rangga melaju sangat hening.. Terus ke atas.. Suasananya jauh dari kebisingan kota.. Dan beberapa warga sudah melakukan rutinitas kembali.

Kami masuk kawasan Cisarua. Dan Aku melihat plang Taman Safari..

"Yang..."

"Hemm.. Iya sayang?",

"Aku mau ke Taman Safari pulangnya..", Rengekku.

"Ga boleh!! Nanti kalau kamu sudah sembuh, Kita baru kesana! Airin sudah menunggumu di rumah sakit.. Kita akan kembali ke sana setelah lihat matahari terbit."

"Hmm.. Mau apa kesana lagi? Aku mau pulaaang.. Aku udah sembuh, yang...", Rengekku lagi.

"Kamu harus menjalani terapi, sayang..", Rangga menjawab, tapi memelankan suaranya. Dia menghindari melihatku, dengan tetap menatap jalan. Tapi.. Aku tahu apa maksudnya.. Terapi itu..

"Apa Aku masih punya kesempatan untuk hidup? Aku bisa hidup?", Tanyaku.. Dengan mata yang sudah berair..

"Kamu akan hidup, sayang.. Kamu akan sembuh.. Kita akan punya banyak anak-anak.. Membesarkan mereka sampai besar, punya cucu.. Aku akan memeluk seorang nenek-nenek yang sudah menemani hidupku lebih dari setengah abad.. Dan Aku akan berbagi kebahagiaan dengan wanita tua itu.. Wanita bernama Vina Ariescha Pranata, Istriku..", Rangga mengatakan semua itu tanpa memandangku.. Dia justru menatap ke kanan. Ke arah pintu jendelanya, sebagai selingan, mengusap tangannya ke matanya, sebelum kembali menatap kedepan.

Aku tahu.. Racun itu sangat berbahaya.. Dari sikap Rangga seperti ini.. Tapi.. Kalaupun Aku memang ditakdirkan tetap harus mati karena racun itu... Toh sekarang Aku masih hidup. Aku masih punya waktu untuk berbagi dengan Rangga.. Menghabiskan sisa umurku dengannya. Aku ingin membuat moment bahagia dan kenangan tentang Kami setiap harinya... Bukan kenangan menyakitkan untuk menangisi sisa umurku.. Kenangan yang Akan membuatnya bahagia.. Pernah hidup bersamaku.