Mereka kini sedang bercandaan di tempat santainya, Rasya memilih salah satu tempat ngopi, tempat biasa orang-orang nongkrong.
Mereka sudah memesan beberapa minunan yang diinginkannya, Aileen masih saja sibuk dengan ponselnya karena harus membalas pesan dari Arsenio.
Rasya sebenarnya keberatan dengan kesibukan Aileen dengan ponselnya, dengan kesibukan itu Aileen jadi mengabaikan Rasya disana, padahal Rasya ikut bersama mereka untuk bisa bersama Aileen.
"Gimana Leen, udah ada ?"
"Sebentar lagi katanya, tapi gak tahu juga udah sampai mana"
"Ya udahlah, tapi dia tahu kan tempatnya ?"
"Ya tahulah, tempat ini kan pasti masuk maps kalau pun dia gak tahu"
"Benar juga"
Aileen menggeleng mendengar kalimat Nadya, sekarang tidak perlu sulit untuk mencapai satu tempat, karena meski tidak tahu tempatnya sudah ada petunjuk jalan yang akan bisa mengantarnya.
Rasya meneguk minumannya, ingin sekali Rasya tahu apa yang akan dibicarakan mereka nanti, tapi Rasya takut kalau Aileen justru akan tersinggung.
Banyak orang yang kadang keberatang jika masalah pribadinya diganggu orang lain, mungkin saja Aileen termasuk yang seperti itu juga.
Aileen mengangkat kedua alisnya saat sadar kalau Rasya sedang memperhatikannya, sesaat kemudian keduanya sama-sama tersenyum meski tak ada kata apa pun dari mulutnya.
Aileen memang sengaja lebih diam, fikiranya terus memaksa Aileen untuk bisa menjaga jarak, agar tidak sampai membuat Marsya kesal.
Aileen masih saja mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri, bagi Aileen persahabatan mereka lebih dari segalanya.
Aileen pernah kehilangan sahabat dan tidak ingin kalau sampai hal itu terulang lagi, Aileen akan menjaga persahabatannya sebisa mungkin.
Ponselnya berdering dan tentu saja itu adalah panggilan dari Arsenio, Aileen melihat mereka semua bergangtian, lantas pamit untuk menemui Arsenio terlebih dahulu.
Tidak ada yang keberatan untuk itu, termasuk juga Rasya yang mengiyakannya, Aileen pergi dari mereka semua seraya menjawab panggilannya.
Marsya tampak tersenyum melihat ekspresi Rasya ketika Aileen pergi, Marsya yakin meski Rasya mengatakan tidak bermasalah dengan itu, tapi dalam hatinya Rasya pasti keberatan juga.
Sebenarnya Marsya penasaran, untuk apa sahabat Aileen meminta bertemu, bukankah mereka pernah bertemu dan Aileen sudah sangat menolaknya.
Marsya menggeleng, biarkan saja itu bukan urusannya, lagi pula Marsya tidak mengenalnya sama sekali.
Mungkin memang sahabat Aileen di masa lalu itu masih menginginkan persahabatannya, meski Aileen menolaknya tapi mereka masih saja memaksanya sampai sekarang.
"Rasya"
Rasya menoleh dengan mengangkat satu alisnya.
"Gimana sama Aileen udah sejauh mana perkembangannya ?"
Rasya tersenyum mendengar pertanyaan Putri, apa mereka tidak bisa melihat jika Aileen masih bersikap biasa saja terhadap Rasya.
"Aileen mau kan ?"
Tambah Putri, entah apa yang menjadi tujuannya bertanya seperti itu, karena terlihat seseka Putri melirik Marsya dimana.
"Gimana, kenapa diam saja ?"
"Ya gimana Put, Aileen masih gitu saja, gak ada perubahan yang berarti"
"Maksudnya ?"
"Ya Maksudnya, Aileen biasa saja menanggapi aku, ya kaya teman biasa sajak
Putri mengangguk dan kembali melirik Marsya, wanita itu terlihat berpaling dengan sedikit senyuman di bibirnya.
Putri menggeleng, menepis apa yang ada dalan fikirannya saat ini, mereka sahabatan dan jangan sampai semua rusak hanya karena sosok Rasya saja.
Mereka harus saling mengerti satu sama lain tentang hal-hal yang mungkin akan memecahkan mereka, termasuk juga perihal laki-laki seperti itu.
Putri seketika berpaling saat Marsya ternyata melihat kearahnya, Putri tidak boleh berlebihan bersikap meski telah mendengar beberapa kalimat dari Aileen.
Mereka berbincang dengan asyiknya untuk menjaga suasana baiknya, seraya menunggu Aileen kembali mereka mengisinya dengan hal-hal yang menghibur.
----
Aileen mengernyit ketika Arsenio datang dan memeluknya begitu saja, Aileen memang tidak melihat sosok Afra disana bersama Arsenio.
Aileen melepaskan pelukannya begitu saja, apa yang dilakukan Arsenio, bisa-bisanya lelaki itu memeluk Aileen seperti itu.
"Kita sudah bukan anak kecil lagi, jangan asal peluk saja"
Ucap Aileen dengan sedikit kesal, Arsenio mengangkat kedua alisnya, kenapa Aileen seperti itu sekarang.
Apa Aileen tidak merindukan Arsenio, setelah sekian lama mereka tidak bertemu dan tidak bersama untuk sekedar menghabiskan waktu luang.
"Mana Afra, kanapa kamu hanya sendirian saja ?"
"Dia lagi ada kerjaan, jadi tidak bisa ikut sekarang"
"Lalu untuk apa sekarang ?"
Arsenio diam, apa yang harus dikatakannya untuk jadi pembuka pembicaraan mereka bedua.
"Apa, datang kesini hanya untuk diam saja seperti itu, buang-buang waktu saja"
"Kenapa masih saja sinis seperti itu ?"
"Lalu harus seperti apa, aku sudah bilang kan aku gak mau lagi seperti ini"
"Ya kenapa, aku hanya minta bertemu saja, apa masalahnya ?"
"Masalahnya, karena ternyata kamu hanya diam saja kan sekarang, apa gunanya pertemuan ini ?"
"Ya kamu juga jangan dulu marah-marah, aku kan belum melakukan apa-apa, belum juga mengatakan apa-apa"
Aileen mengangkat kedua alisnya lalu berpaling, malas sekali dengan lelaki di hadapannya saat ini.
Aileen sudah menolak pertemuan ini, kenapa masih harus memaksa, seperti ini jadinya Aileen jadi kesal sendiri.
"Bisa kita duduk terlebih dahulu ?"
"Ya udah tinggal duduk"
Arsenio mengangguk lantas duduk, begitu juga sengan Aileen, Aileen hanya ingin sebentar saja karena harus kembali pada yang lainnya disana.
Harusnya Arsenio tidak membuang waktu, dan langsung saja mengatakan apa yang menjadi maksudnya mengajak Aileen bertemu sekarang ini, bahkan sampai memaksanya seperti itu.
"Lalu apa ?"
"Aku mau minta maaf untuk semuanya, kamu bisa kan memaafkan aku dan mau baik lagi sama aku ?"
"Aku sidah bilang, aku sudah memaafkan dan aku juga sudah melupakan semuanya, aku sudah bilang jangan lagi membahasnya, kenapa masihsaja dipertanyakan sekarang ?"
"Ya karena aku merasa hubungan kita tetap tidak baik Leen"
"Ya memang tidak baik, kamu fikir segala sesuatu yang diawali dengan ketidak baikan bisa menghasilkan sesuatu yang baik ?"
"Ya tapi kita bisa berusaha memperbaikinya sekarang, aku bisa jelaskan semuanya"
"Untuk apa, aku sudah bilang kalau aku membutuhkan penjelasan itu dulu, sekarang aku sudah tidak peduli dengan semua itu, terserah kalian saja itu hak kalian dan itu pilihan kalian, aku tidak akan ikut campur"
"Aku terpaksa menerima perjodohan dengan Afra"
Aileen mengernyit, bisa sekali kekaki itu berkata demikian, setelah apa yang terjadi antara mereka berdua, Arsenio berani mengatakan kalimat seperti itu.
"Aileen, aku tidak pernah mau bersama Afra"
"Masa ?"
"Semua karena paksaan"
Aileen hanya mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi, lalu urusannya dengan Aileen apa sekarang.
Perjodohan itu sudah sejak mereka SMA, kalau memang tidak setuju, untuk apa mereka melakukan semuanya.
"Aileen"
"Bicarakan dengan Afra, bukan dengan aku, yang dijodohkan kamu dan Afra bukan dengan aku, karena salah kamu bilang ini sama aku"