webnovel

Luo Feng

編集者: EndlessFantasy Translation

Langit biru terlihat seperti sebongkah batu zamrud raksasa yang berwarna biru, matahari pertengahan musim panas pun tampak menyerupai bola api besar yang menggantung tepat di atas batu zamrud raksasa itu. Jika dilihat dari posisi mataharinya, kemungkinan ini sekitar pukul 3 sore.

Kawasan Sekolah Tinggi Ketiga Zhi-An

[DING DING DING]

Seiring bunyi bel yang terdengar di seluruh gedung sekolah, seketika sekolah pun dipenuhi dengan suara riuh. Para siswa berhamburan dari setiap gedungnya, saling bercengkrama sambil menuju gerbang sekolah.

"Kakak Luo Feng! Kakak Luo Feng!*" seru seseorang dengan suara beratnya.

*Panggilan kakak dimaksudkan untuk orang yang dihormati (bukan hubungan saudara)

"Feng, ada yang mencarimu"

Di tengah kerumunan para siswa, ada seorang remaja yang sedang berjalan dengan memegang pembatas buku. Ia mengenakan kaos olahraga berwarna biru, tingginya sekitar 175 cm dan agak sedikit kurus. Ia menolehkan kepalanya dengan ragu-ragu. Seseorang yang memanggilnya adalah laki-laki dengan tinggi 190 cm, memiliki bahu seperti harimau dan pinggang seperti beruang. Otot bisepnya bahkan terlihat lebih kekar dan menakjubkan.

"Kamu siapa ya?" Luo Feng melihat dengan ragu saat orang itu mendekat, merasa tidak mengenalinya.

Kedua orang ini: satunya terlihat kokoh seperti beruang coklat, sedangkan Kakak Luo Feng terlihat seperti remaja pada umumnya.

Dan tingginya..

Perbedaannya sungguh mencolok. Meskipun demikian, pria dengan bahu bidang dan pinggang yang lebar menunjukkan rasa hormatnya, melihat Kakak Luo Feng yang ia kagumi.

"Sepertinya rumor yang beredar benar. Kakak Luo Feng orang yang ramah"

"Kakak Luo Feng, Aku.. aku punya suatu hal yang memerlukan bantuanmu"

"Memerlukan bantuan ku?" Luo Feng tertawa.

"Saat aku berlatih tinju, aku merasa ada sesuatu yang salah ketika aku meninju. Apakah kakak punya waktu untuk memberiku petunjuk?"

Pria kekar itu melanjutkan pembicaraannya..

 "Menurut pelatih dojo, dengan kekuatanku, seharusnya aku dapat menghasilkan tinju dengan kekuatan 50%. Pada kenyataannya, aku tidak pernah bisa mencapainya."

Pria kekar itu terlihat sangat berharap pada Luo Feng.

"Oh..aku mengerti" Luo Feng menyela sesaat, menganggukan kepalanya.

"Baiklah, Jumat sore ini, temui aku di tempat latihan dojo."

"Terima kasih kakak. Terima kasih." pria kekar itu mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Luo Feng tertawa, lalu pergi bersama teman-temannya.

Melihat Luo Feng pergi, pria kekar itu menunjukkan kegembiraannya. Ia mengepalkan tangannya, dan otot bisepnya terlihat seolah ingin meledak, dengan semangat ia berteriak :

"SUKSES!"

"Wow! Kakak Luo Feng dengan mudah menyetujuinya?!" celetuk seorang pria berseragam sekolah.

"Kalau begitu rumor itu benar; Kakak Luo Feng orang yang ramah dan baik" kata pria kekar itu sambil menyeringai.

"Tetapi ku rasa itu tidak benar.... Di sekolah tinggi ketiga* ini, diantara 5000 siswa, hanya ada 3 orang yang berhasil meraih gelar "Siswa Elit Seni Bela Diri". Dari tiga orang tersebut, dua diantaranya ialah 'Zhang Hao Bai' dan 'Liu Ting', namun mereka terlalu angkuh dan tidak mau meluangkan waktunya untuk kita." ucap pria yang berseragam sekolah dengan ragu.

"Tapi Kakak Luo Feng bisa sebaik ini?"

*Tiga hanya merupakan jumlah sekolah nya, bukan peringkat atau sejenisnya.

Saat ini, hampir di seluruh dunia di setiap wilayah negaranya, khususnya para siswa sekolah tinggi, selain menempuh pendidikan dasar, juga mengikuti seni bela diri dojo untuk membangunkan bakat terpendam setiap manusia.

Sekolah Tinggi Ketiga Wilayah Zhi-An, dengan tiga tingkatan dan 5000 siswa.

Sebagian besar, semuanya adalah pemula dalam bela diri dojo. Hanya sedikit sekali yang masuk kategori menengah/intermediet. Dan hanya ada tiga orang yang mampu meraih gelar "Anggota Elit".

"Dengan melihatnya sendiri, kita bisa percaya. Heh heh. Lihat kan? Kakak Luo Feng berbeda dengan keduanya." kata pria kekar itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Zhang Hao Bai dan Liu Ting, keluarga mereka merupakan orang-orang kaya. Sejak kecil, keluarga mereka menghabiskan banyak uang untuk membesarkan dan merawat mereka, itulah mengapa mereka sekarang begitu kuat. Bagaimanapun, Luo Feng sangat berbeda dengan mereka!"

Pria berseragam sekolah mengangguk tanda setuju. "Aku juga mendengar bahwa Kakak Luo Feng berasal dari keluarga yang biasa saja. Bahkan ia tinggal di rumah sewaan yang sederhana."

"Yap, untuk menjadi dirinya saat ini, Kakak Luo Feng telah melalui latihan yang berat. Bertumpu pada tinju dan kakinya. Sangat berbeda dengan Zhang Hao Bai dan Liu Ting."

Pria kekar itu mengepalkan tinjunya sambil menghela nafas dalam-dalam. "Targetku ialah menjadi seperti Kakak Luo Feng, dan sebelum aku lulus, dalam empat tahun ini, aku akan berhasil dalam ujian bela diri dojo dan meraih gelar "Anggota Elit"!".

Saat ini, Kakak Luo Feng yang mereka bicarakan, seperti siswa lain pada umumnya, sedang menuju gerbang ketiga bersama temannya yang mengenakan seragam olahraga.

"Feng, tahu kah kamu, Si Bodoh berbadan besar yang minta tolong kepadamu, dia memuji-muji mu." Pria berseragam olahraga itu tertawa.

"Dia memuji betapa hebat dan ramahnya dirimu."

Luo Feng ikut tertawa. "Kenapa, kamu iri ya Wei Wen?"

"Aku? Iri pada mu?" kata Wei Wen sambil tertawa dan menyentuh hidungnya.

"Dalam mimpimu. Aku berbisik, Si Bodoh itu pasti tidak tahu Kakak Luo Feng yang sebenarnya. Tapi aku mengingatnya dengan jelas, waktu itu di arena pertandingan dojo, Kakak Luo Feng yang ia puji-puji mengalahkan tiga orang sekaligus. Bahkan tiga orang itu tak sanggup bangun lagi."

Luo Feng tertawa.

Memang benar, pertandingan itu adalah awal kejayaannya.

Luo Feng meninju bahu Wei Wen, "Ayo kita pulang."

Bahu Wei Wen berguncang berlebihan, "Feng, bisa lebih pelan sedikit. Dengan tinju mu itu, bahu ku hampir patah!".

"Lagi nih!"

Wei Wen adalah teman baik Luo Feng sejak mereka masih kecil. Meskipun mereka bukan saudara kandung, mereka cukup dekat.

Sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas.

Jika melihat ke belakang, dua orang ini memiliki hubungan yang cukup kuat.

"Eh?"

Wei Wen tiba-tiba melihat ke depan.

"Feng, lihat, itu gadis yang kau suka!"

"Hmm?" Luo Feng menoleh, dan hanya melihat seorang gadis dengan rambut kuncir kuda mengenakan celana jins dan kaos putih di kerumunan.

Hati Luo Feng berdegup kencang.

Sebuah nama tersirat dalam benaknya – Xu Xin!

Hanya sedikit sekali yang mengetahui rahasia ini, namun Wei Wen telah mengetahuinya sejak lama.

Selama tahun pertama di SMA, Luo Feng dan Xu Xin merupakan teman sekelas. Pertama kali Luo Feng melihat Xu Xin, dia merasa ada sesuatu yang bercahaya di depannya.

Katanya, selama jam pelajaran, Luo Feng yang duduk di belakang Xu Xin tak bisa menahan dirinya : dia suka tanpa sadar memandangi Xu Xin dari belakang. Hanya melihatnya diam-diam.

Dia sudah cukup senang walaupun hanya memandanginya dari belakang.

Karena pembagian kelas diacak, maka di tingkat kedua, Luo Feng dan Xu Xin tidak lagi berada di kelas yang sama. Meskipun begitu, tiap kali Luo Feng melihat Xu Xin, dia tidak bisa memalingkan matanya dari Xu Xin.

"Hanya tersisa satu bulan sebelum ujian." Luo Feng berbisik pada dirinya sendiri. Aku tidak punya keberanian dan tidak ada waktu untuk urusan percintaan.

"Pada masa ujian, semua siswa terlihat sangat sibuk meninjau kembali pelajaran, dan Xu Xin ingin melakukannya lebih baik. Bagaimana mungkin dia dapat memikirkan masalah percintaan? Begitu juga denganku, aku tidak mau kehilangan konsentrasiku, atau aku akan menyesalinya seumur hidup."

"Bagaimana pun, perasaan ini... hanya akan menjadi kenangan."

Cinta itu...

Pahit. Bahkan bunganya belum sempat mekar, tapi sudah layu duluan.

Luo Feng hanya ingin memendamnya dalam hati saja.

"Dulu kamu punya kesempatan menemuinya. Tapi sekarang tinggal satu bulan." Wei Wen menggelengkan kepalanya. "Aku takut kamu tidak akan pernah bisa menemuinya lagi. Nantinya, untuk menyesal pun rasanya sudah terlambat."

"Wei Wen" kali ini gantian Luo Feng yang menggelengkan kepalanya. "Hentikan. Tanpa meraih gelar "Petarung", aku tidak akan mengganggu pikiranku dengan masalah percintaan."

"Kakak, kamu terlalu kejam."

Wei Wen mengangkat ibu jarinya. "Petarung? Diantara 5000 siswa sekolah ini, tidak satupun dapat meraih gelar itu. Lantas kamu berani bilang jika kamu tidak dapat meraihnya, kamu tidak akan memikirkan soal percintaan?""Dasar pengecut!"

"Hmm?" Luo Feng melirik lima orang yang sedang berkumpul di luar gerbang sekolah. "Zhang Hao Bai?"

Dalam kerumunan itu, ada lima orang yang sangat menarik perhatian, pemimpinnya dengan tinggi kira-kira 180 cm, memakai kaos putih lengan pendek, celana panjang putih dan dada yang bidang. Empat orang yang mengelilinginya, entah itu guratan keberanian atau bekas luka yang terlihat di wajah mereka, tampak mengerikan. Dan seseorang yang mengenakan kaos putih lengan pendek itu merupakan satu dari tiga orang "Anggota Elit" di Kawasan Sekolah Menengah Ketiga Zhi-An — Zhang Hao Bai.

"Luo Feng" Zhang Hao Bai mendengus.

Jika kamu bertanya pada Zhang Hao Bai siapa yang paling ia benci di sekolah, jawabannya jelas adalah Luo Feng!

Dikarenakan satu dari tiga orang "Anggota Elit" ialah seorang wanita, maka pemegang gelar "Anggota Elit" pria nya adalah mereka berdua.

Terlebih lagi, Zhang Hao Bai berasal dari keluarga yang kaya raya, sedangkan Luo Feng hanya orang biasa, yang tinggal di rumah sewaan yang murah.

Secara level nya – Luo Feng jauh di atas Zhang Hao Bai!

Secara kekuatan – Baik Luo Feng dan Zhang Hao Bai telah mendapat gelar "Anggota Elit", tapi Luo Feng pernah ditantang tiga orang sekaligus dan berhasil mengalahkan mereka sampai mereka tidak sanggup bangun lagi. Dan satu diantara ketiga orang itu, ialah Zhang Hao Bai. Saat itu bahkan dia mendapat pukulan di giginya!

Dan secara kondisi, jelas Zhang Hao Bai punya uang!

Berasal dari latar belakang yang kuat, namun jika membandingkan level dan kekuatan, Luo Feng jauh lebih unggul. Jika ada orang yang memuji Zhang Hao Bai di sekolah, sudah pasti ada yang membandingkannya dengan Luo Feng!

Benci!

Kebencian Zhang Hao Bai terhadap Luo Feng sangat kuat.

"Ayo" kata Zhang Hao Bai sambil menjilat giginya, yang masih terasa ngilu. Saat itu dia mendapatkan perlawanan sampai mulutnya berdarah dan giginya tanggal.

"Zhang Hao Bai yang sekarang jauh lebih berhati-hati dalam bertindak, sejak kalah dari pertandingan dojo saat itu. Dia tidak mau berurusan lagi dengan mu." kata Wen Wei kepada Luo Feng saat melihat lima orang itu berjalan semakin menjauh.

Zhang Hao Bai?

Luo Feng tidak pernah peduli dengan orang macam itu.

"Aku lebih suka berurusan dengan sedikit orang" kata Luo Feng sambil berjalan bersama Wei Wen.

Menuju jalan pulang.

[drip, drip] di jalanan. Suara klakson terdengar. Sekarang, seluruh mobil menggunakan listrik, setidaknya tidak akan tercium bau asap kendaran di jalan.

"Wei Wen, masih tersisa satu bulan lagi sebelum ujian. Selama masa ujian, ayo kita berusaha yang terbaik." Luo Feng dan Wei Wen melanjutkan perjalanan.

"Di tempat latihan dojo, kita bisa santai sejenak. Melakukan latihan pemulihan setiap hari, sambil fokus pada studi budaya. 12 tahun yang kita kerjakan disini adalah untuk ujian ini."

"Yea, 12 tahun mempelajari studi budaya. Ujian ini menentukan nasib kita." Wei Wen menghela nafas. "Ujian, Ujian. Rasanya seperti seorang prajurit yang sedang mengendalikan sepuluh ribu kuda untuk menyeberangi sebuah jembatan kayu*".

*Alias sesuatu yang menyusahkan.

"Yup." Luo Feng mengangguk setuju.

Kondisi rumahnya tidak begitu baik, meskipun dia menyandang gelar "Elit". Seburuk apapun nilai nya nanti dalam ujian studi budaya, dia dapat mencari pekerjaan "Pengawal Elit" dan dengan mudah mendapatkan gaji tahunan mencapai 20-30 ribu dolar. Namun demikian, akankah Luo Feng puas dengan pekerjaannya sebagai pengawal?

------------

Saat ini, berada di ketinggian sekitar ribuan meter di atas wilayah Zhi-An.

Seekor burung elang berwarna emas yang sangat besar dengan mahkota hitam di kepalanya, terbang, melintasi kota. Panjang tubuhnya mencapai 20 meter, terlihat seperti pesawat tempur, bulunya mengkilap seperti perak; bulu pada kepalanya berwarna hitam, seperti mahkota. Cakarnya yang besar juga berwarna keemasan.

Sepasang mata yang biru, tajam dan berkilau melihat ke arah kota, menyembunyikan insting membunuhnya.

"BOOM!"

Burung elang berwarna emas bermahkota hitam tersebut tiba-tiba menambah kecepatan terbangnya, menembus dinding penghalang dengan seketika, mencapai kecepatan yang mengerikan. Saat yang bersamaan, sebuah suara dengan nada yang sangat tinggi keluar dari mulut sang elang. Sebuah gelombang menakutkan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang, menjalar dengan sangat cepat ke bawah.

Di persimpangan jalan Zi-Tian, wilayah Zhi-An, Luo Feng sedang menunggu lampu merah bersama Wei Wen.

Tiba-tiba ---

[AHN]

Tiba-tiba terdengar suara lolongan yang sangat menusuk telinga, tapi bukan seperti petir. Bunyi petir besar dan memekakkan telinga. Namun suara ini menusuk telinga, Luo Feng merasakan sedikit sakit pada gendang telinganya, disertai dengan kerutan tanda tak nyaman di dahinya. Orang-orang di jalan terlihat menutupi telinga mereka.

"Itu adalah suara lolongan seekor burung." kata Luo Feng sambil melihat ke langit.

"Hm?" Luo Feng terkejut.

Masih dalam guncangan suara lolongan yang menusuk telinga, sebongkah kaca di gedung pencakar langit di seberang jalan mengeluarkan bunyi [KA~~~KA~~~].

Kaca-kaca tiba-tiba pecah, dan serpihan kaca jatuh dari langit. Ada yang hancur menabrak jalur pejalan kaki, atau mengenai orang-orang, bahkan ada yang menabrak lampu jalan.

[PA!] [PENG!] [PIPA (seperti suara sesuatu yang berderak)!]...

Lalu terdengar suara bising seperti ledakan.

Dan ada salah satu pecahan kaca yang jatuh menabrak lampu jalan tepat di sebelah Luo Feng.

"Wah!" Wei Wen mundur dua langkah dengan cepat, menghindari pecahan kaca.

Salah satu pecahan kaca tersebut hancur menghantam tanah, dan ada serpihan kaca lainnya melesat ke arah Luo Feng seperti pisau.

"Hm?" Luo Feng melihatnya dari sudut matanya.

Namun, dia tak bisa menghindar. Dia hanya berdiri disitu dengan tenang. Dalam sekejap, tangan kanannya, bagaikan kilat, menangkap serpihan kaca yang melesat ke arahnya.

Serpihan kaca tersebut merefleksikan bayangan dirinya. Dia mengetuknya dua kali, lalu melemparkannya. Bagaikan senjata rahasia, serpihan kaca itu kemudian melesat jauh ke tempat sampah dan masuk tepat ke dalamnya.

Kondisi di jalanan, mobil-mobil kembali normal seperti sebelumnya. Dan orang-orang saling membicarakan kejadian ini. Beberapa yang kurang beruntung terluka, tetapi lebih banyak yang tidak terluka.

"Kekuatan apa ini." Luo Feng melihat ke atas langit.

"Terlalu kuat untuk suatu lolongan. Ini pasti makhluk yang sangat kuat. Wei Wen, bukankah kamu tahu banyak mengenai makhluk-makhluk mengerikan itu? Apakah kamu tahu makhluk apa ini?"

Wei Wen memicingkan matanya; cahaya kegembiraan nampak dari celah matanya.

"Feng, 500 meter di atas kota ini terdapat sistem pertahanan. Makhluk itu pasti terbang lebih tinggi dari 500 meter di atas kota. Meskipun dengan jarak sejauh itu, lolongannya masih terasa sangat kuat. Dan makhluk biasa bahkan tidak akan berani melolong di atas pemukiman manusia!"

"Dilihat dari kekuatan dan sifat arogannya, juga suaranya...jika aku benar, makhluk ini merupakan salah satu jenis "elang bermahkota hitam" yang mengerikan!" jelas Wei Wen.

"Elang bermahkota hitam?" tanya Luo Feng sambil mengedipkan matanya.

Tentu saja dia telah mendengar tentang elang mahkota hitam yang mengerikan itu.

"Elang bermahkota hitam merupakan jenis monster Diao tingkat tiga." terang Wei Wen dengan mata berbinar.

"Panjang badannya sekitar 21 meter. Bentangan sayapnya sekitar 36 meter dan kecepatan terbangnya dapat mencapai 3,9 knot, yang 3,9 kali lebih cepat dari suara. Jika kita menggunakan 340 m/detik sebagai kecepatan suara, maka kecepatan terbangnya mencapai 1326 meter per detik, atau 4774 km per jam."

Luo Feng paham bahwa burung elang bermahkota hitam sangat kuat, namun ketika dia mendengar kecepatannya yang luar biasa itu, nafasnya tercekat.

Satu detik saja, dengan sekali kedipan, makhluk itu bisa terbang ribuan meter.

"Bulu elang bermahkota hitam itu bahkan lebih keras dari berlian. Kemungkinan setangguh logam Ke Lei level tiga." tambah Wei Wen dengan semangat.

"Ada video yang beredar, burung elang bermahkota hitam itu pernah suatu waktu mengikuti dan bertemu dengan pasukan. Burung tersebut ditembaki dengan senjata "20mm fire-god cannon". Senjata tersebut dapat menembakkan 7000 peluru per detik. Bayangkan 7000 peluru per detik adalah hujan peluru! Dan setiap butir peluru dapat menembus hingga 50mm lapisan baja. Namun dalam serangan senjata sehebat itu, tetap tidak dapat mengenai satu helai bulu elang berkepala hitam.

"Setelah itu, seorang seniman bela diri yang misterius, sang pemilik pedang logam Ke Lei, membuat kilauan cahaya dan berhasil memenggal elang mahkota hitam menjadi dua." kata Wen Wei penuh semangat.

Jantung Luo Feng berdegup kencang.

Video itu telah tersebar ke seluruh penjuru negeri, dia pun sudah menyaksikannya.

"Seorang petarung yang handal, aku pasti dapat meraihnya suatu hari nanti.. Aku ingin seperti dia*, memegang pedang pertempuran, dan mampu menaklukan monster seperti elang bermahkota hitam dan iblis gorila yang kuat itu." kata Luo Feng dalam hati. Setiap pemuda punya mimpi yang sama, begitu pula dengan Luo Feng!

*dia : seorang petarung handal, yang mampu menaklukan elang mahkota hitam.

Berdasarkan keterangan dari internet, petarung handal misterius yang mampu memenggal elang mahkota hitam menjadi dua tersebut, masuk dalam daftar 100 orang petarung terhebat internasional!

"Feng, Feng apa yang kamu lakukan? Kita sudah sampai di rumah" kata Wei Wen berteriak.

Kemudian Luo Feng tersadar dari alam bawah sadarnya, melihat ke sekelilingnya yang dipenuhi bangunan-bangunan yang berbentuk tabung. ---Sektor kecil di Pantai Selatan, yang dibangun oleh pemerintah sebagai hunian dengan harga murah. Dan Luo Feng telah tinggal disini selama 18 tahun.