Kini Alexy dan Kai berada di restoran Jepang populer yang ada di New York. Alexy sedang menyantap sushi tuna, sedang Kai hanya melihat kekasihnya yang sedang makan dengan lahapnya.
"Kamu makan pelan-pelan Lex, tidak ada yang mengambil makananmu." Kai tertawa geli melihat Palestina dengan lahapnya memakan makanannya tanpa ada malu sedikitpun.
"Kamu tidak takut gendut?" Goda Kai.
"Memang kalau aku gendut kamu tidak mau lagi denganku?" Balas Alexy.
"Gendut atau pun kurus, aku tetap mau sama kamu." Kai mengacak-acak rambut Alexy gemas.
"Dasar tukang rayu!! Sudah berapa banyak wanita yang kamu rayu Kai?" Ejeknya.
"Kamu tahu betul kalau aku menyukai kamu dari dulu." Kai memutar bola matanya malas.
"Aku tahu, tapi bagaimana dengan Lucy? Grace? Anna? Jennie? Mereka kan mantan kekasihmu." Cibir Alexy.
"Hehe.. Itu kan hanya mantan, Lex. Kamu tetap di hati aku." Kai memajukan bibirnya ingin mencium Alexy, tapi dengan cepat ditahan dengan tempura yang dimasukan kedalam mulut Kai.
"Bulshit." Ucapnya.
"Kamu cemburu aku punya mantan kekasih banyak, Lex?" Tanya Kai.
Alexy tidak menjawab. Karena dia pikir pertanyaan Kai tidak bermutu.
"Kalau kau cemburu, berati kamu juga menyukaiku dari dulu?" Tanya Kai antusias. Jika memang seperti itu, berati cintanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan.
Alexy hanya mengangkat bahunya tidak tahu. Jika boleh jujur, sampai saat ini pun Alexy tidak memiliki perasaan apapun terhadap Kai. Alexy menerima permintaan daddynya semata-mata ingin membuat mereka senang.
"Tapi Lex, apa kamu tidak curiga dengan permintaan mendadak Daddy kamu yang mendadak ini?" Kai sebenarnya merasa aneh dengan permintaan Dominic secara tiba-tiba, tapi dia enggan bertanya lebih jauh.
Alexy lagi-lagi hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
"Kamu tidak takut jika dengan permintaan tiba-tiba Daddy kamu ini ada sesuatu yang direncanakan dibelakang kita?" Kai berpikir jauh.
"Diam Kai, kau mengganggu selera makanku." Kesal Alexy karena Kai terus berceloteh tanpa henti.
"Lagi pula, kalaupun Daddy merencanakan sesuatu, aku yakin Daddy sudah mempersiapkan nya matang-matang. Aku menerima permintaan Daddy karena yang menjadi pendamping aku itu kamu, bukan orang lain. Jadi stop berpikir yang tidak-tidak." Alexy berbicara serius.
"Sekarang kau hanya perlu pikirkan bagaimana malam pertama kita nanti." Seperti biasa, Alexy selalu berbicara semaunya meskipun berada di tempat umum.
"Kau ini." Kai selalu bereaksi malu-malu saat Alexy menggodanya.
"Kau lucu saat blushing." Alexy mencium cepat bibir Kai.
"Apa si Lex, ini di tempat umum tahu." Kai melihat sekeliling yang memang cukup ramai dengan pengunjung.
"Kenapa? Kau kan calon suamiku, memang salah mencium calon ku." Alexy dengan cuek memakan makanannya meskipun ada pengunjung yang memperhatikannya.
Kai hanya tersenyum mendengar ucapan Alexy. Kai banyak berharap tentang hubungannya. Dapat bersama dengan cinta pertamanya adalah impiannya. Menjadi pendamping Alexy adalah salah satu impiannya. Dan sekarang sudah terwujud, tidak, maksud Kai hampir terwujud. Sekarang Kai hanya akan berfokus agar impiannya benar-benar terwujud.
****
Alexy sudah berada di dalam kamarnya, memainkan ponsel untuk mengecek apa saja berita yang ada di internet. Tidak lama Alexy membanting ponsel disampingnya karena merasa bosan. Dia ingin sesuatu yang lebih menyenangkan. Sudut bibirnya terangkat. Alexy pun berlari menuju lemari pakaiannya. Memilih-milih pakaian yang pada untuk dia kenakan.
Dan dress hitam sebatas atas paha yang dipilihnya. "Time to party!!" Ucapnya semangat.
"Mau kemana kau Alex." Darren datang memergoki kakaknya yang sudah hampir siap pergi.
"Diam kamu Darren." Kesal Alexy karena Darren ini tipe yang bermulut bocor. Kalau tidak diberi sogokan dia akan mengadu kepada Jean dan Dominic.
"Tutup mulut?" Baru dibilangin, Darren sudah meminta jatah tutup mulutnya.
"Nanti aku kasih parfume limited edition dari BangKai." Alexy memutar bola mata malas.
"Itu saja? Aku bisa membeli semua parfume buatan kekasihmu." Tolak nya. Hal seperti itu memang mudah digapai oleh keluarga Archer mengingat mereka orang terkaya di dunia.
"Oke, fine!! Aku kasih kamu nomer model Victoria. Puas? Minggir, aku bosan." Alexy mendorong tubuh Darren yang menutupi jalannya.
Darren tiba-tiba mencekal lengan Alexy. Alexy yang diperlakukan seperti itu bingung. "Ada apa?" Tanya Darren.
"Jangan berkeliaran sendirian. Setidaknya minta temani BangKai mu." Darren memberitahu kakak nya untuk pergi sendirian.
"Kamu jangan ikut-ikutan kaya Dad dan Dimitri deh." Kesalnya. Tentu saja, Alexy merasa seperti terkekang.
"Spesies bodoh." Darren menyentil dahi Alexy.
Kesal karena adiknya sudah menyentil dahinya, Alexy pun tidak mau kalah. Dia menendang bokong Darren dengan kencang sampai sang empunya bokong mengaduh kesakitan.
"Awas saja sampai mengadu sama Dad dan Mom. Mati kau ditanganku." Ancam Alexy.
"Cih!! Barbar." Darren pun pergi keluar dari kamar Alexy sambil mengusap bokongnya yang berdenyut.
****
Alexy sudah sampai disalah satu club ternama di kota New York. Kini Alexy sedang duduk di table bar dengan sesekali menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama yang diciptakan DJ.
Kini Alexy sedang menyalakan pematiknya menyalakan satu batang rokok yang selalu ia bawa disakunya. Satu hisapan dengan sedikit kuat masuk kedalam tubuhnya membuat otaknya berhenti sejenak menikmatinya. Alexy merokok, tapi tidak addicted.
"Untuk wanita menggoda." Salah satu bartender memberikan segelas cairan bening ke Alexy.
"Aku ingin sesuatu yang spesial. Bisakah kau membawakannya untukku kesana, Tom?" Alexy menarik kerah bartender itu agar lebih mendekat padanya.
"Yes, ma'am." Bartender yang memang sudah mengenal siapa Alexy dengan cepat mengiyakan permintaannya.
Alexy pun berjalan menuju sofa yang terletak di ujung. Para pria melihat Alexy dengan tatapan lapar. Tinggi profesional, tubuh aduhai, siapapun akan menginginkan dekapan hangat dari wanita cantik bernama Alexy.
Kini Alexy sedang duduk dengan beberapa kali menengguk cairan pahit itu. Matanya suda mengaburkan akibat alkohol yang kini sudah menguasai otaknya.
Tiba-tiba datang seorang pria seumuran daddy nya menghampiri Alexy dan langsung memegang paha mulus Alexy dengan senyum tercetak dibibirnya.
Alexy membiarkan pria seumuran daddy nya berlama-lama bermain dengan pahanya. Sampai saat Alexy meneguk cairan terakhirnya. Alexy mencekal tangan pria itu.
"Kau menikmatinya?" Alexy kepada pria itu dengan suara dibuat segenit mungkin.
"Aku sangat puas hanya dengan menyentuh saja. Jika kau bisa memuaskanku, aku akan memberikanmu uang yang banyak nona." Pria itu menyentuh dagu Alexy.
Alexy tertawa pelan. Mungkin sedang mentertawakan pria itu yang mengatakan ingin memberikannya uang banyak. Sebanyak apa? Sebanyak uang saku yang diberikan Dominic atau bagaimana?
"Begitukah?" Alexy berpura-pura tertarik.
"Tentu saja, aku pria kaya. Bahkan pria bernama Dominic Archer yang digadang-gadang sebagai pria terkaya pun tidak bisa mengalahkan kekayaanku." Ucapnya berbangga diri. Alexy hanya tertawa pelan mendengar ocehan pria itu.
Alexy berdiri dengan susah payah karena sudah mabuk. "Sebelum lebih jauh, apa kau ingin melihat ini?" Alexy sedikit menaikan dress nya keatas.
Pria itu meneguk salivanya melihat betapa seksinya Alexy. "Datanglah kepadaku." Satu kaki nya ia naikan ke pinggir sofa. Sontak pria itu berbinar dapat melihat warna hitam dalaman Alexy.
Pria itu semakin mendekat ke kaki Alexy dengan air liur menetes disudut bibirnya.
Tapi, saat pria itu hampir ingin menyentuh bagian intim, Alexy dengan cepat menendang wajah pria itu dengan hill nya. Sontak pria itu langsung berbaring di sofa. Alexy naik ke sofa dan langsung menginjak wajah pria hidung belang itu.
"Apa kau merasakan aroma tubuh ku? Dia sangat menggairahkan bukan?" Alexy menggosokkan hill nya dengan gemas ke wajah pria yang kini sedang berusaha menjauhkan kaki Alexy dari wajahnya. Tentu saja Alexy tidak membiarkan pria itu bebas. Bahkan kini hills berdiameter tiga belas centi dengan bentuk pensil itu masuk kedalam mulut pria hidung belang itu.
"Bahkan Daddy ku bisa membeli semua organ dalam mu untuk dijadikan makanan anjing penjaga ku." Alexy pun turun dari sofa itu melihat pria itu sedang ter batuk-batuk akibat sepatunya.
"Beruntung aku tidak memotong tangan kotor sialanmu itu." Alexy membenarkan dress nya dan pergi dari keramaian yang memperhatikan apa yang dia lakukan pada pria hidung belang itu.
Ada yang merasa kasihan pada pria itu, ada yang merasa terkagum dengan apa yang dilakukan Alexy, ada juga yang mencibir kelakuan Alexy yang kelewatan terhadap orang yang lebih tua.
"Kalian mau merasakan sepatuku?" Kata Alexy kepada beberapa grombolan wanita yang sedang mencibir nya.
Sontak para wanita itu langsung pergi tidak mau berhadapan dengan Alexy. Bayangkan jika Alexy sedang tidak mabuk, mungkin tenaga untuk melawan pria itu lebih besar.
Pria hidung belang itu berdiri dari sofa, dan mengambil satu botol kaca dan berlari kearah Alexy.
Seolah tahu jika dari arah belakang ada yang berlari kearahnya, Alexy berbalik saat pria hidung belang itu ingin memukul kepala Alexy dengan botol minuman itu.
Tapi sayang, gerakannya jauh lebih obat dari pada Alexy yang kini lebih cepat menangkap botol itu dan malah botoh itu ada di tangan Alexy.
"Kau kalah cepat-"
Praaang..
Alexy memukul kepala pria itu dengan botol minuman yang tadinya untuk memukul dirinya dan sekarang pria itu lah yang terkena pukulan dikepala dengan botol kaca dikepalanya.
Tanpa ada rasa kasihan Alexy meninggalkan pria hidung belang itu dengan kepala bersimbah darah.
Seolah tidak ada yang terjadi sesuatu, Alexy melanggang keluar dengan satu sudut bibir terangkat.
"Jangan membangunkan singa betina sedang tidur." Ucap Darren yang ternyata ada di club yang sama dengan Alexy.