Pagi-pagi sekali Tati sudah menggedor pintu kontrakan Ranti, waktu menuju jam 5 shubuh.
"Siapa sih Bu pagi-pagi gini sudah gedor pintu?"
"Gak tahu pak, ibu buka dulu pintunya ya." jawab Ranti.
Ranti kemudian memakai daster lusuh, walaupun Ranti bekerja di pabrik tapi dia harus hemat karena memiliki dua buah hati yang harus dia urus.
"Oh mbak Tati, ada apa mbak?" tanya Ranti.
"Biasanya sudah bangun buat kerja, tumben Bu Ranti baru bangun?" tanya Tati.
"Ah kamu ini mbak." jawab Ranti dengan dewasa.
"Pasti habis main sama pak Dadang semalam ya, punya pak Dadang pasti gede ya Bu?" kembali Tati menggoda.
"Sudah jangan dibahas, ada apa mbak Tati pagi-pagi kesini?" tanya Ranti.
"Begini lho Bu, mungkin Bu Ranti bakalan tertarik. Lagipula lumayan juga buat tambah-tambah." ujar Tati.
"Memang apa?" Ranti penasaran.
Kemudian Tati bercerita akan apa yang ditawarkan kepadanya Ranti, sementara itu Ranti sendiri nampak ragu-ragu. Hal itu terlihat dari mimik mukanya, tapi Tati yang pandai bicara berhasil meyakinkan Ranti untuk mau.
"Nah, Bu Ranti sekarang tinggal bilang sama pak Dadang. Semoga saja dia setuju." ujar Tati.
"Ya sudah kalau begitu mbak, nanti saya bilang sama bapak." jawab Ranti.
Usia Tati pergi dari Kontrakan, Ranti segera masuk ke kamarnya. Dia melihat suaminya sudah terbangun, tapi dia terlihat malas untuk bangun.
"Apa apa bu?" tanya Dadang.
"Gini pak.." jawab Ranti.
Kemudian Ranti mendekati Dadang yang ada di kasur beraroma keringat, sebelum Ranti bercerita tiba-tiba saja Dadang mencium bibir Ranti penuh nafsu. Pertukaran air ludah nampak begitu bergelora diantara mereka berdua, tangan kanan Dadang mulai meremas payudara Ranti yang sudah cukup keras.
"Bapak sama ibu lagi ngapain?"
Kegiatan mereka berdua terhenti ketika Dafi terbangun dan melihat apa yang mereka lakukan, dengan segera Ranti melepaskan ciumannya terhadap Dadang.
"Kamu sudah bangun sayang, hmmm bentar ya ibu ambilkan minum dulu buat kamu." ujar Ranti.
Ranti segera menuju dapur untuk mengambil minuman yang disukai oleh Dafi yaitu teh manis, tiba-tiba dia merasakan daster yang dia pakai ada yang mengangkat. Rupanya Dadang ikut ke dapur, sarung yang dia pakai sudah terlepas dan kini penis yang sudah berdiri tegak siap untuk masuk ke sarangnya.
"ahh.."
Ranti mendesah tak kala penis Dadang masuk ke dalam lubang vaginanya,
"Nanti Dafi lihat pak." ujar Ranti.
"Alah, bapak sudah gak tahan." timbal Dadang dengan egoisnya.
Sampai 10 menit berselang Dadang berejakulasi di dalam rahim Ranti, ketika melihat ke belakang disana sudah ada Dafi melihat apa yang sudah mereka lakukan.
Ranti yang panik segera memakai celana dalam yang terlepas, sementara Dadang dengan cuek berjalan melewati Dafi menuju kamar tanpa memakai sarung yang sebelumnya dia pakai.
"Kamu gak lihat apa-apa kan nak? Ini teh manis kesukaan kamu." ujar Ranti.
Jelas pandangan Dafi berbeda, segala yang dilakukan oleh orang tuanya dapat dia ingat semuanya. Mungkin dari mereka berciuman sampai melihat ibu dan ayahnya saling mengerang penuh kenikmatan.
"Oh ya, tadi kamu mau bicara apa Bu?" tanya Dadang yang sudah memakai pakaian kuli miliknya.
"Kamu gak mandi dulu pak?" tanya Ranti.
"Nanti sore saja." jawab Dadang.
Kemudian Ranti memberitahu apa yang diberitahu oleh Tati sebelumnya,.
"Memang kamu kuat, terus Dafi sama Desi gimana?" tanya Dadang.
"Kata mbak Tati, saya boleh bawa mereka berdua. Lagipula yang punya rumah jarang di rumahnya, jadi gak apa-apa kalau bawa mereka berdua." jawab Ranti.
"Kalau bapak sih gak apa-apa kalau ibu masih kuat." ujar Dadang.
"Lumayan pak buat tambahan, lagian cuma 2 jam. Jadi ibu masih sempet masak buat bapak." ujar Ranti.
Dadang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ranti, sementara itu Ranti sendiri harus siap tenaga dengan keputusan yang telah dia buat.
----
Adam nampak sudah bersiap untuk kembali bekerja setelah tangannya sudah sembuh, Risa sudah mempersiapkan sarapan untuk suaminya yang terlihat tampan.
"Assalamualaikum."
Terdengar suara orang yang ada diluar, Risa segera membuka pintu dan dia tahu kalau itu siapa.
"Waalikum salam, sehat Bu?" tanya Risa.
"Iya beginilah ibu sudah tua." jawab Wati.
Wati adalah nama dari mertua Risa, dia merupakan ibu tiri dari Adam. Kebiasaannya berfoya-foya membuat Risa risih, pasalnya setelah ayah kandung Adam meninggal dunia Wati selalu berpindah-pindah rumah untuk ikut tinggal. Saudara Adam hampir tiap bulan direpotkan dengan keberadaan mereka Wati, walaupun dia ibu tiri tapi dia pintar mengambil hati dari saudara kandung Adam.
"Eh ibu, masuk Bu! Risa sudah buat sarapan, sebaiknya kita sarapan bersama-sama." seru Adam.
"Ibu sudah makan tadi di rumah kakak kamu, ibu ingin kencing daritadi ditahan-tahan." ujar Wati.
Wati yang baru pertama kali ke kontrakan Adam lantas meminta antar kepada Risa untuk mengantarnya.
Ketika dia hendak masuk ke kamar mandi, rupanya di dalam sudah ada Eko yang sedang cuci muka.
"Siapa di dalam?" tanya Risa.
"Ini Eko." jawab Eko.
"Mas masih lama gak, mertua saya mau kencing?" tanya Risa.
"Lagi cuci muka, di sebelah saja Ris!" seru Eko.
Kemudian Risa meninggalkan Wati yang hendak kencing, karena ada celah antara kamar mandi dan WC itu dimanfaatkan oleh Eko untuk mengintip mertua Risa.
Ketika Wati kencing, Eko dapat melihat dari sisi bagian tubuh Wati.
"Sudah tua, masih jauh dari Lina." gumam Eko.
Tak lama berselang rupanya Risa sudah menunggu ibu mertuanya di luar, rupanya dia sendiri sudah tidak tahan untuk berak.
"Kamu mau ngapain Ris?" tanya Wati.
"Mau berak dulu Bu, sakit perut soalnya " jawab Risa.
Usai Wati pergi maka Risa dengan segera masuk ke WC yang beraroma tidak sedap.
"Mau berak atau mau cium celana dalam saya lagi?"
Tiba-tiba saja Eko menyapa dari arah samping, jelas Risa merasa risih karena dia sedang dalam posisi jongkok.
"Apaan sih mas?" tanya Risa.
Risa kaget bukan main ketika Eko melemparkan celana dalamnya dari arah atas, karena satu atap maka itu bisa dilakukan.
Risa enggan memegang celana dalam Eko yang terlihat kucel dan tidak di cuci itu
"Mas apaan sih, ini jorok tahu?" bentak Risa.
"Saya pingin cium celana dalam kamu, boleh dong lemparkan celana dalam kamu. kita bisa tuker celana dalam biar saling suka saja." ujar Eko.
Risa risih dengan apa yang dikatakan oleh Eko barusan, karena menurutnya itu tidak mungkin dilakukan. Tapi Eko berpikiran lain, dia tahu kalau Risa akan melakukan itu semua. Senyuman licik terlihat dari bibir Eko, karena sampai Risa keluar tidak ada celana dalam yang di kembalikan oleh Risa.
Kemudian dia mengecek WC yang baru Risa pakai, disana sudah tergantung celana dalam Risa yang bermotif bunga-bunga. Eko nampak senang dengan hal itu, dengan cepat di pakai celana dalam Risa yang kurang muat untuk ukuran tubuhnya.
Risa nampak kecewa ketika dirinya masuk ke dalam rumah karena Adam sudah pergi bekerja tanpa pamit kepadanya.
"Bu, mas Adam sudah pergi?" tanya Risa.
"Sudah, oh ya nanti jam 10 ada teman ibu yang kesini. Katanya rumahnya dekat darisini, boleh ya?" tanya Wati.
"Bo....boleh Bu." jawab Risa.
Senyuman penuh rencana terlihat dari bibir Wati yang melihat Risa memakai pakaian yang seksi dengan memperlihatkan seluk beluk tubuhnya
Bersambung