webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · 現実
レビュー数が足りません
17 Chs

Chapter 5 : Friends - F.R.I.E.N.D.S (2)

Jeffrey, Clarissa, dan Dion pergi ke Bar, tempat yang disarankan oleh Jeffrey. Begitu sampai mereka berada di meja VIP yang jauh dari keramaian. Mereka memesan minum dan menikmatinya bersama. Jika yang lain memiliki kadar alkohol dalam minumannya, Dion memilih untuk tidak terlalu banyak minum. Ia yang membawa mobil dan dia yang akan bertanggung jawab atas Clarissa nanti.

"Pasti deh kalau Jeffrey itu selalu tau tempat bermain yang menyenangkan" ucap Clarissa menikmati minumnya sambil mengedarkan mata melihat banyak orang-orang terkenal dan penting di sini. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam bar ini.

"Lo gak pernah pergi ke bar waktu di Jepang?" Jeffrey bertanya dan Clarissa menolehkan kepalanya. "Gak, aku gak punya teman yang bisa aku ajak ke bar atau klub malam" ucap Clarissa.

"Kalau lo mau jadi teman gue, gue akan ajak lo ke tempat seperti ini lebih sering"

"Gak boleh, jangan mengenalkan Clarissa sama teman-teman lo" ucap Dion menatap Jeffrey. "Kenapa? Teman-teman gue juga kaya raya dan orang terpandang ya, mereka memiliki jabatan tinggi di perusahaan" ucap Jeffrey.

"Kamu menyebalkan Jeffrey, udah tau aku suka sama kamu, masih aja ingin memperkenalkan aku dengan teman-temanmu. Apa sulit menerima perjodohan?" Clarissa berujar dengan tatapannya tertuju pada Jeffrey.

"Iya"

"Kenapa?"

"Gue gak mau menjelaskannya lagi. Kenapa lo gak meminta Ayah lo buat menjodohkan lo sama Dion aja? Dia juga putra pemilik J Corp."

Merasa terpanggil Dion menolehkan kepalanya dan menatap kesal pada Jeffrey. Dia tidak menyangka kalau Jeffrey akan mengatakan itu pada Clarissa secara to-the-point.

"Aku juga menyukai Kak Dion" ucap Clarissa melingkarkan tangannya pada lengan Dion yang ada di sampingnya. Oh, andai Clarissa dapat mendengar detak jantung Dion yang berpacu cepat.

"Kak Dion juga melindungi aku sejak dulu dan Dion lebih baik dari dirimu" ucap Clarissa menjulurkan lidahnya pada Jeffrey.

"Ya makanya, gue bilang lo nikah aja sama Dion" ucap Jeffrey meneguk minumnya. "Mana mungkin kami bisa bersama, kecuali lo menghilang" balas Dion dengan maksud bercanda, meski ucapannya itu benar. Jeffrey tertawa menanggapinya, Ia tau Dion sedang bercanda.

"Hari minggu aku ingin mengunjungi rumah kalian, boleh ya?" ucap Clarissa mengganti topik pembicaraan.

"Gue udah gak tinggal sama mereka" ucap Jeffrey memainkan ponselnya.

"Begitu ya, hmm, kalau gitu kita kerumah Papa sama Mama kalian besok, gak peduli pokoknya besok harus bermain bersama lagi" ucap Clarissa. "Iya okay, aku akan bilang sama Papa dan Mama" ucapan Dion menimbulkan senyuman di wajah Clarissa.

Ting!

Ponsel Jeffrey yang ada di atas meja berbunyi, menandakan adanya pesan masuk. Tangan Jeffrey bergerak mengambil ponsel dan melihat layar ponselnya—

[Aretta]

Holy crap! Gue lagi di sini bareng Daniel!!

Setelah mendapatkan pesan dari Zoey, Jeffrey mulai mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Zoey. Perhatiannya pun berhenti pada meja yang berada cukup jauh di sebelah kiri, sekitar 3 meja di sampingnya. Dia menemukan Zoey sedang duduk bersama dengan beberapa pria dan wanita. Salah satunya Daniel yang duduk bersebelahan dengan Zoey.

[Jeffyy]

Hm, gue liat lo.

Zoey mengangkat kepalanya untuk menoleh ke Jeffrey yang duduk di meja jauh di samping kanannya. "Zoey," panggil Daniel dan Zoey langsung menolehkan kepalanya.

[Jeffyy]

Aretta, hari minggu gue ketemu lagi sama Clarissa.

Di rumah orang tua gue.

"Kenapa? Kamu gak nyaman ya di sini?" tanya Daniel. Zoey menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, Aku senang banget di sini, ketemu sama teman-temanmu" ucap Zoey tersenyum manis.

[Jeffyy]

Deleted Message.

Zoey terheran memendang layarnya saat membaca isi pesan lanjutan apa yang dikirim oleh Jeffrey dan kenapa langsung dihapus begitu sebelum dia bisa membacanya.

Satu teman Daniel baru saja datang dan ingin ikut bergabung duduk di sofa. Zoey yang masih fokus pada ponselnya bingung saat Daniel merengkuh pinggangnya dan membuatnya bergeser lebih dekat dengan Daniel. Melihat ada orang baru yang datang, Zoey meletakkan ponselnya di atas meja dan memberikan senyum sapa.

"Dia temanku, Marvin" ucap Daniel memperkenalkan Marvin yang duduk di samping Zoey. "Oh. Halo Marvin, Gue Zoey" sapa Zoey meletakkan ponselnya tanpa membalas pesan Jeffrey, Ia mengulurkan tangannya pada Marvin. "Salam kenal" ujar Marvin mengambil jabatan tangan Zoey.

Sebelumnya, Zoey sudah dikenalkan pada kedua teman Daniel yang ada di sini, Joe dan Henry. Mereka pun berbincang dengan membicarakan beberapa hal, sesekali Daniel berbisik pada Zoey, bertanya apakah Zoey baik-baik saja, meminta Zoey untuk tidak terlalu banyak minum sampai mabuk dan mengatakan pada Zoey jika membutuhkan sesuatu, seperti ingin pulang katakan saja pada Daniel.

Jeffrey memasukan ponselnya pada saku celana. Ia melihat bagaimana Zoey bercanda tawa dengan Daniel, serta teman-temannya. Jeffrey sudah yakin malam ini Zoey tidak akan membalas pesannya lagi.

"Jeff?" Clarissa memanggil. "Hm?" Jeffrey menolehkan kepalanya pada Clarissa. "Sepertinya aku sudah mabuk deh, aku ngantuk" ucap Clarissa meletakkan kepalanya di bahu Jeffrey.

"Hm, paham. Tidur aja sebentar, kalau udah membaik Dion akan mengantarmu pulang" ucap Jeffrey menyentuh kepala Clarissa dan mendekatkan pada bahunya agar lebih nyaman lagi.

"Jeff" Dion memanggil dan Jeffrey menolehkan kepalanya. "Lo gak bisa menerima perjodohan?"

"Dion, lo mau gue pukul gak? Kesal gue ditanyain itu mulu"

"Gak usah nanya juga lo biasanya langsung pukul" ucap Dion meneguk minumnya.

"Gini, sekarang gue tanya sama lo, kenapa kayaknya lo maksa supaya gue menerima perjodohan? Lo kan bisa berusaha mendekati Clarissa dan membuat kedua orang tua Clarissa percaya sama lo, kasih bukti kalau lo pantas buat Clarissa" ucap Jeffrey.

Dion hanya menghela nafasnya, Jeffrey sudah tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. Dion bukanlah tidak mau memperjuangkan itu, tetapi jika hati Clarissa saja bukan padanya apa yang perlu dia perjuangkan?.

"Coba lo pikirin deh gimana Clarissa dan orang tua lo, Jeff. Lo itu udah dewasa, jadi gue tau lo bijak dalam memilih jalan hidup lo. Jangan bikin banyak orang kecewa apalagi sakit hati" ucap Dion. Diakhiri dengan menghabiskan tegukan terakhir dari minumannya, Dion beranjak dari sofa. Sedangkan Jeffrey masih di tempat dengan pandangan pada gelas di tangannya yang masih terisi minuman beralkohol.

"Gue mau antar Clarissa pulang," ucap Dion meraih lengan Clarissa dengan pelan. "Clarissa, kita pulang ya" Dion berkata pada Clarissa yang ia bantu untuk berdiri. "Hm" balas Clarissa yang sudah pusing dan ingin segera bertemu tempat tidurnya, tak begitu peduli dengan sekitar. Dion meraih bahu Clarissa untuk dirangkul, kemudian membawanya berjalan keluar dari bar.

Jeffrey menolehkan kepalanya kepada meja Zoey. Di sana Zoey masih asik berbincang dengan teman-temannya.

"Ternyata Zoey asik juga ya, gue biasa liat lo di tv aja. Gila sih aura lo tuh kalo jadi aktris kayak dingin gitu, You're untouchable tapi, aslinya ramah banget" ucap Marvin.

"Bisa aja lo Marvin, gue juga asik sama orang yang asik juga. Beruntung kalian pada seru-seru ya orangnya. Sering-sering kita meet-up party ya" balas Zoey dengan mengangkat gelasnya meminta yang lain untuk bersulang.

"Of course, pretty. You're in" Daniel lebih dulu menyatukan gelas dengan Zoey. Senyuman lebar tergores di wajah cantik milik Zoey.

"I'm in! Yeay!" Zoey lanjut menyatukan gelas dengan ketiga teman Daniel hingga berbunyi dentingan. Matanya teralihkan pada meja Jeffrey yang sudah sepi.

Jeffrey memilih untuk keluar dari bar meski sebelumnya dia berniat untuk mengajak Zoey pulang. Tetapi, melihat sahabatnya itu bahagia di sana Jeffrey memilih pergi.