webnovel

Mencari Pengantin Pengganti

-Maaf, aku tidak bisa menikah denganmu, Chiaki. Aku ingin mengejar mimpiku untuk menjadi supermodel terkenal.-

"Sial!"

Chiaki membanting surat yang baru saja didapatkan oleh anak buahnya di dalam kamar sebuah apartemen yang selama ini menjadi tempat tinggal Chloe- kekasih sekaligus calon istrinya.

"Pantas saja semalam dia sulit dihubungi, ternyata dia sudah pergi meninggalkanku!" desisnya.

Rahang pria itu tampak mengeras dengan tatapan tajamnya menatap lurus ke depan.

"Ben!" panggil pria itu dengan suara lantang.

Ben- asisten pribadi Chiaki berjalan tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruang kerja.

"Saya, Tuan."

"Apa aku sudah memberitahu orang tuaku bila lusa aku akan menikah?" tanya Chiaki.

Dengan perasaan takut Ben mengangguk lemah meski bosnya tak melihat anggukkan kepalanya.

"Su-sudah, Tuan. Me-mereka akan datang be-besok malam," jawabnya dengan terbata.

Bugh!

Chiaki melayangkan bogeman mentah pada meja di sampingnya, meluapkan emosi serta kekecewaannya akan keputusan Chloe yang meninggalkannya tanpa perasaan.

Waktu pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari, bahkan persiapan sudah mencapai 90%. Tidak mungkin Chiaki membatalkan pernikahannya begitu saja, ini akan menjadi berita paling heboh sepanjang masa.

Chiaki Night, pewaris tunggal kerajaan bisnis Night Group gagal menikah dan ditinggal pergi oleh calon istrinya.

"Mau ditaruh di mana mukaku bila semua itu sampai tercium media?

"Katakan padaku di mana aku bisa mencari pengantin wanita pengganti!"

"Em ... mungkin di tempat tuan Vero, Tuan." Ben tampak ragu, namun dia tetap mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.

Chiaki membalikkan badannya, menatap lurus pada Ben yang menunduk dalam.

"Apa kejadian semalam tidak membuatmu mengerti bila wanita dari sana tidak ada yang berkualitas? Rusak dan tak layak pakai!"

Begitu ringannya Chiaki mengatakan hal itu seolah wanita seperti barang yang bisa rusak dan tak layak pakai.

Ben mengangguk mengerti. "Tapi, menurut informasi yang saya dapatkan dari anak buah kita, tuan Vero memiliki keponakan yang sangat cantik. Mungkin Anda bisa memintanya untuk dijadikan pengantin pengganti, setidaknya sampai nona Chloe kembali."

Chiaki mengetukkan pena di tangannya ke atas permukaan meja kerja, tampak menimang saran yang diberikan oleh Ben. Hingga beberapa detik kemudian, dia mengangguk mantap.

"Kita pergi sekarang!"

***

Berlian rasanya sudah bosan terus berkeliling kota tanpa tujuan. Apalagi langit sudah menampakkan kegelapan, namun sepertinya supir pribadi Vero tidak menampakkan tanda-tanda akan segera pulang. Seharian ini dia sudah pergi ke berbagai tempat dengan pengawasan yang begitu ketat, seolah dirinya adalah putri kerajaan.

"Pak, sebenarnya ke mana tujuan kita?" tanya Berlian. Kerutan di keningnya menandakan bila dirinya mulai hilang kesabaran.

Hening.

Tidak ada jawaban dari kedua pria yang duduk di kursi bagian depan.

"Aku ingin pulang!" tandas Berlian.

"Maaf, Nona. Tapi, bos Vero belum mengizinkan kita pulang."

"Kenapa kita harus mendapatkan izin dari uncle? Memang apa yang sedang terjadi di rumah?" cecar Berlian.

"Kami dilarang keras untuk tidak memberitahu apa yang sedang terjadi di rumah, tetapi percayalah bila semua ini untuk kebaikanmu, Nona!"

Berlian tampak manggut-manggut, namun jawaban itu justru mengusik rasa penasarannya. Dia ingin segera kembali, dan memastikan apa yang sedang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya.

"Baiklah, kalo begitu antarkan aku ke sebuah club malam!"

Ckittttt!

Kedua pria itu tampak kalang kabut mendengar permintaan Berlian, hingga salah satu dari mereka yang mengemudikan mobil mengerem secara mendadak.

"Tapi, Nona ... em, itu ada dalam daftar tempat terlarang yang tidak boleh Nona kunjungi."

Berlian melipat tangannya di dada dengan dagu yang terangkat seolah menantang dua pria di depannya.

"Kalian hanya memiliki dua pilihan. Antarkan aku pulang atau kita pergi ke club malam."

"Baik, Nona. Kita pulang sekarang!"

Mereka berpikir daripada harus mengantarkan Berlian ke club malam, lebih baik mereka mengantarkannya ke rumah saja. Setidaknya bila Vero marah karena hal ini, mereka memiliki alasan kuat dengan mengatakan permintaan keponakan tersayangnya.

Berlian tersenyum penuh kemenangan seraya menganggukkan kepalanya. Gertakannya ternyata berhasil.

'Ternyata tidak sulit membuat kalian menuruti keinginanku,' batin Berlian.

Sesampainya di tempat parkiran khusus para pengunjung yang datang ke tempat tinggalnya, Berlian mengerutkan kening dengan mata memicing ketika mendapati banyak mobil mewah yang terparkir di sana.

"Apa sedang ada acara besar?" tanyanya.

"Tidak, hanya kedatangan tamu penting."

Berlian turun, langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam gang dengan diikuti oleh dua pria yang sedari tadi menemaninya. Salah satu dari mereka melangkah lebih dulu untuk menunjukkan jalan pada Berlian, hingga mereka tiba di pintu belakang rumah. Hal yang membuat gadis itu semakin penasaran apa yang sedang terjadi.

"Kenapa kita harus lewat pintu belakang? Kenapa tidak lewat pintu depan saja?" tanyanya.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, Nona. Lebih baik kita segera masuk!"

Berlian akhirnya masuk melewati dapur juga ruang tengah untuk menaiki tangga menuju lantai dua. Ketika kakinya menginjak anak tangga pertama, sayup-sayup dia mendengar pembicaraan yang begitu serius dari ruang tamu.

Gadis itu mengurungkan niatnya menaiki tangga, beralih melangkah pelan menghampiri sumber suara.

"Nona, tolong kerjasamanya! Jangan menyulitkan posisi kami!"

Berlian menempelkan telunjuk di depan bibirnya, meminta kedua pria itu untuk tidak banyak berbicara. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya yang menguping pembicaraan di balik tembok.

Tanpa disadari olehnya sepasang mata tengah menangkap basah dirinya dari pantulan kaca lemari hias yang berada di samping ambang pintu penghubung antara ruang tengah dan ruang tamu.

"Berikan aku waktu untuk mencari lokasi baru, Tuan Chiaki!"

"Baik, dalam waktu 24 jam kau harus sudah mengosongkan pemukiman ini!"

"Itu terlalu cepat, Tuan. Saya tidak mungkin bisa melakukan dalam waktu sesingkat itu."

Terdengar oleh Berlian terjadi negoisasi yang sangat alot antara Vero dengan pria yang dia dengar bernama Chiaki membuatnya menyimpulkan bila sedang terjadi jual-beli lahan pemukiman tempatnya tinggalnya yang memang dia ketahui sedari dulu milik orang lain.

"Sepertinya aku pernah mendengar suara itu, tapi di mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri dengan bergumam.

"Ah, untuk apa aku mengingatnya? Toh, ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku."

Gadis itu sudah tidak berniat lagi untuk menguping pembicaraan kedua pria itu, dia menegakkan kembali tubuhnya yang sedari tadi membungkuk. Ketika tubuhnya berputar dan kakinya sudah terangkat untuk melangkah, pembicaraan mereka membuatnya mengurungkan niat.

"Aku berikan opsi terbaik untukmu! Aku harap kau memilih opsi ini, karena cukup menguntungkan untukmu."

"Apa itu, Tuan? Katakan saja! Bila memang aku sanggup memenuhi opsi itu, maka aku akan memilihnya."

"Berikan gadis yang berada di balik tembok itu padaku, maka aku akan memberikan lahan milikku ini padamu secara cuma-cuma lengkap dengan surat kepemilikannya."