webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · 若者
レビュー数が足りません
430 Chs

Bab 39 Berangkat Kerja

"Bel ini sarapannya sudah siap."Bibi Devi menyambut Bela yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Tahu-tahu Bibi Devi sudah berdiri di dapur.

Kebetulan jarak kamar mandi dengan dapur itu dekat sekali jadi Bela langsung kaget melihatnya. Disamping kaget dia juga terharu karena bibinya sampai seantusias seperti itu ketika dirinya hendak memulai hari pertamanya bekerja.

"Bibi sudah siapin aku sarapan?"Bela kaget sambil menatap bibinya yang baru hari ini memasak didapur.

"Ya. Hari ini kamu kan mau kerja jadi bibi siapin sarapannya. Nanti kita sarapan bareng-bareng."kata Bibi Devi.

"Udah bibi mau mandi juga. Nanti kita sarapan bareng. Kamu kasih tahukan ke adik kamu untuk siap-siap sarapan bareng."ucap Bibi Devi sebelum masuk ke kamar mandi. Mata Bela tidak sedikitpun berkdip karena masih kaget dengan perubahan bibinya itu.

Dalam hati Bela juga merasa sedikit senang karena bibinya sudah sedikit mulai berubah. Yang kemarin bibinya selalu cuek kini sudah berubah menjadi peduli kepadanya.

"Bibi memang baik. Aku sampai dibuatin sarapan segala. Biasanya kan nggak."batin Bela dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

"Dek, ayo kita sarapan."Rian baru bangun tidur.

"Lho udah siap ya sarapannya kak?"tanya Rian dengan bingung.

"Udah. Itu udah dimasakin bibi tadi."mata Bela tertuju pada beberapa makanan yang sudah siap di ruang tamu.

"Bibi yang masak?"Rian sampai kaget. Bela langsung mengangguk.

"Kok tumben."batin Rian dalam hati.

Memang selama ini yang sering buatin sarapan di rumah adalah Bela. Itupun juga jarang kalau Bela sempat aja. Sedangkan Bibi Devi selalu terima bersihnya saja dengan langsung makan. Karena Bibi Devi sibuknya tidak perlu diragukan lagi untuk bekerja.

Sebelum sarapan Bela terlihat berdandan sebentar di dalam kamar Bibi Devi. Dia memng tidak memiliki make up lengkap tapi setidaknya dia memakai bedak dan lipstick yang sudah dibelinya dengan uang sendiri kemarin. Dia sengaja membeli beberapa alat make up untuk menunjang pekerjannya di restaurant itu.

"Kamu nggak sarapan?"tanya Bibi Devi masuk kedalam kamarnya melihat Bela sedang berkaca di depan kaca cermin.

"Nanti bi. Aku mau dandan dulu."Bela masih mengaca didepan cermin.

Bela terlihat berdandan sederhana sekali hanya memakai lipstic di bibirnya dan bedak di wajah sehingga kulitnya semakin terlihat putih dan mulus saja. Wajah Bela yang sudah cantik darisananya membuat semakin tabah cantik sekali dengan sentuhan dua make up itu. Meski hanya dua itu saja, tapi aura kecantikannya sudah mulai tampak. Tidak bisa dibayangkan kalau Bela dirias dengan sentuhan make up full diwajah seperti foundation, eye shadow, eye liner dll pasti akan emakin cantik saja.

"Sini biar bibi bantu."Bibi Devi langsung berinisiatif mendandani Bela.

Bela diam saja dan tidak menolak tawaran bibinya itu. Dia memang tidak suka dandan. Mumpung bibinya mau mendandaninya.

Di depan cermin, Bela tidak memakai kacamata lagi. Bela terlihat berbeda sekali dari biasanya. Dimana yang biasanya kecantikannya itu disembunyikan dari balik kacamata kini sudah tidak lagi. memang dia diperintah bibinya untuk memakai kacamata di sekolah untuk membuat dirinya berpenampilan biasa saja.

Tapi sekarang, dirinya sudah melepa kacamatanya yang biasa ia gunakan ke sekolah. Meskipun tanpa kacamata dia juga bisa melihat sekitar dengan jelas. Jadi tidak masalah ketika dirinya disuruh pihak restaurant untuk melepas kacamata hitam bundarnya itu.

Rambut Bela yang diikat satu dibelakang menambah kesan rapi. Sungguh Bela terlihat berbeda sekali daribiasanya. Kalau dibandingkan dengan dirinya ke sekolah, tampilannya yang sekarang jauh lebih cantik dan modis.

"Bibi rias natural aja ya. sekalian bibi mau tambah eye shadow dan eye liner."Bibi Devi langsung menambah yang perlu ditambahkan di wajah Bela.

Bela diam saja. Dia menunggu bibinya sampai selesai make up I dirinya. Tidak butuh waktu lama, akhirnya Bela kini sudah cantik sekali. Bibinya yang sudah ahli dan lemas sekali untuk memoles wajah, jadi tidak butuh waktu lama untuk merias Bela.

"Udah selesai."Bela masih memejamkan matanya.

"Coba kamu lihat ke cermin."Bela langsung memebukakakn matanya dengan pelan-pelan untuk melihat kearah kaca.

Betapa terkejutnya Bela saat melihat kearah kaca cermin bibinya yang biasa digunakan untuk mengaca. Dia begitu tercengang dengan apa yang barusan dia lihat. Dia melihat wajahnya dari pantulan kaca membuatnya seperti tidka mengenali dirinya sendiri.

Dirinya terlihat berbeda sekali hari ini. terutama wajahnya yang berubah sekali itu. sampai-sampai mata Bela tidak berhenti untuk berkedip.

"Ini aku?"batin Bela dalam hati yang masih syok melihat wajahnya yang dia akui cantik itu. dia berbeda sekali dengan saat bersekolah.

"Kamu kaget ya? Kamu cantik sekali Bela."puji Bibi Devi.

Bela hanya terdiam saja sambil menahan rasa malunya saat dipuji. Jujur dia paling kurang nyaman ketika dipuji. Jadi dia hanya diam dan menunduk saja meskipun dalam hatinya juga merasa senang sekali dianggap cantik itu. memang dia akui kalau dirinya cantik sekali.

"Nanti kerjanya yang baik ya. Oh ya kalau ada temanmu yang tidak suka kamu ataupun iri dengan kamu jangan dianggap. Udah fokus kerja aja."bibik Bibi Devi di telinga Bela.

"Emang temanku nanti ada yang nggak suka sama aku ya bi? Kan aku orang baru."Bela langusng menoleh dan bongung dengan maksud bibinya itu.

Bibi Devi sudah hafal dengan dunia bekerja. Dia sudah menyelami pahit getirnya bekerja di tempat orang. termasuk mendapatkan perlakuan tidak baik dari seniornya kepdanya yang baru bekerja itu. mungkin bela yang masih awam dalam dunia kerja jadi belum tahu. bibi Devi hanya memberitahu saja biar tidak kaget nantinya.

"Ya kamu cukup ingat pesan bibi aja tadi ya."Bibi Devi menatap Bela. bela langsung mengangguk.

"Ya udah ayo kita sarapan. Kamu harus sarapan hari ini. biar kerjanya jadi semangat. Tuh Rian sudah nunggu diluar sendirian."Bela langsung keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu yang disana sudah ada Rian hendak sarapan.

Mereka bertiga langsung sarapan bersama. sebelum memulai pekerjaan mereka masing-masing, terlebih dulu mereka sarapan. Bela merasa seperti hidup di tengah keluarganya sendiri. Bibinya sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri. dia merasa bahagia sekali, rasanya baru hari ini mereka bisa berkumpul dan sarapan bersama. sudah lama mereka tidak sarapan bersama.

"Kalau sarapan kayak gini dari dulu pasti aku bahagia sekali."batin Bela yang meresapi suasana sarapan itu dengan penuh kebahagiaan.

"Kak, semangat ya nanti kerjanya."Rian menyemangati Bela.

"Ya."Bela menjawabnya sambil memakai jaketnya untuk menutupi seragam pelayannya yang sudah dia pakai.

"Pokoknya pesan bibi diingat tadi ya."Bibi Devi mengingatkan Bela.

"Ya bi."Bela masih ingat pesan bibi tadi.

"Ya udah hati-hati berangkatnya. Nanti bibi berangkatnya. Sudah berangkat sana, udah jam 6.30."

"Aku berangkat dulu bi."Bela berpamitan dengan Bibi devi trlebih dulu sebelum Rian.