webnovel

Tak lagi sama

Rambut keriting dikepang samping, bibir dipoles lip glos, biar terlihat keren seragamnya diikat simpul depan dan tak lagi dimasukkan ke dalam rok seperti biasanya, tas sekolah yang digantung di pundak di ganti dengan tas ransel, sepatu anak sekolahan pada umumnya diganti dengan sepatu boot wanita. Berubah total, gadis yang dulu feminim kini terlihat tomboy.

"Mona berangkat sekolah dulu pa, Assalamu 'alaikum"

Pak Hendrinata membalas salam putrinya yang terlihat tak lagi sama sepeninggal ibunya. Yusran yang melihat perubahan itu ingin segera mengejar adiknya tapi langsung dicegah ayahnya.

"Biarkan dia mengekspresikan rasa kehilangannya seperti itu, papa sangat memahaminya, untuk saat ini kita akan pantau perkembangannya"

"Tapi pa...." Ucapannya belum selesai langsung di potong Ayahnya.

"Sementara biarkan, mintalah Gilang memantaunya di sekolah"

"Baik pa" Jawab Yusran dengan wajah penuh kekhawatiran.

Dia tak habis pikir dengan tingkah adik bungsunya itu, 4 bulan pasca kepergian ibunya tak ada yang berubah selain rasa sedih yang terlihat diwajah adiknya namun hari ini penampilan Ramona membuatnya khawatir.

"Kami sudah mengirimkan surat panggilan kepada orang tua, ini panggilan yang kedua, sebentar lagi ulangan semester, Ramona bolos sekolah sudah 10 hari"

Kata-kata wali kelas 3 IPA-1 terngiang di telinga Yusran saat tadi bertemu wali kelas Ramona sebelum ke kampus atas permintaan ayahnya.

Dengan langkah gontai Yusran menuju telepon umum depan sekolah, di rogohnya kantong celananya untuk mengambil coin 100 rupiah, mengalirlah cerita tentang Ramona ke telinga Pak Hendrinata, jika sampai besok tidak ada pemberitahuan maka terpaksa Ramona dicoret dari sekolah, belum lagi cerita Gilang tentang Ramona yang ikut-ikutan balapan liar bersama anak-anak geng depan sekolah.

Pak Hendrinata merasa frustasi, rasa kehilangan yang besar atas kepergian istrinya membuatnya tak lagi perduli terhadap anak bungsunya, keputusannya membelikan motor pasca kehilangan itu malah menimbulkan masalah baru dan menambah daftar kesalahan bagi putrinya.

Siang itu Pak Hendrinata sengaja menunggu Ramona pulang sekolah, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, sebentar lagi pasti Ramona pulang karena selama ini Ramona tidak pernah sekalipun pulang terlambat kecuali ada praktikum di sekolah, itupun Ramona memberitahunya lebih dulu.

Terdengar suara motor diparkir di halaman rumah.

"Mikum...." Ramona mengucap salam.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" Pak Hendrinata sengaja memperpanjang jawaban salamnya agar Ramona menyadari jika salam singkatnya itu salah, tetapi Pak Hendrinata dibuatnya melongo, Ramona bahkan berpura-pura tak melihatnya dan langsung menuju kamar.

Pak Hendri mencoba memahami putrinya, mungkin saja itu cara Ramona mencari perhatian.

"Papa boleh duduk disini ?" Tanya Pak Hendrinata menghampiri saat mendengar bunyi sendok dan piring beradu diruang makan.

Ramona tak menjawab dan hanya mengangkat keningnya sekilas. Kaki kanannya diangkat dikursi dan mulai makan tanpa perduli ayahnya berada di depannya. Pemandangan yang sangat memilukan, ini karena kesalahanya yang tidak perduli keadaan, bukan hanya dia yang kehilangan pendamping tetapi Ramonalah yang sangat kehilangan bahkan bukan saja kehilangan ibunya tapi juga kehilangan kasih sayang ayahnya.

Pak Hendrinata baru berbicara setelah melihat Ramona selesai makan. "Maafkan papa"

Permohonan maaf ayahnya membuat Ramona yang hendak berdiri urung dan memilih diam sambil memilin ujung rambutnya dengan tangan kanan.

"Papa sudah salah selama ini, papa lupa jika mona masih kecil dan membutuhkan perhatian" Lanjutnya.

"Aku sudah besar, 17 tahun pa"

Seakan tersadar dengan jawaban Ramona, Pak Hendri baru menyadari inilah penyebabnya. Ulang tahun anaknya memang tidak pernah dirayakan tetapi biasanya di hari ulang tahunnya mereka berkunjung ke panti asuhan dan berbagi kebahagiaan bersama anak yatim piatu. Kali ini benar-benar terlewatkan.

"Maaf papa lupa jika...."

"Sudah lewat pa, aku mau tidur" Potong Ramona cepat dan segera beranjak ke kamar dengan tak lupa menaruh piring di tempat cucian.

Sejak kepergian Ibunya yang melakukan tugas rumah Rukiyah dan Yusran, keduanya bergantian. Rukiah memasak dan mencuci pakaian, urusan bersih-bersih rumah dan cuci piring dilakoni Yusran. Ramona tak sekalipun membantu, hal inipun luput dari pantauan Pak Hendrinata.