webnovel

Menghilang

Ramona kembali ke rumah dengan raut wajah bahagia, dia ingin bertemu ayahnya dan bercengkrama seperti dulu, 3 hari waktu yang tersisa untuknya sebelum dia melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta bersama teman-temannya. Dia janjian bersama teman sekamarnya novita untuk melanjutkan kuliah di UGM DIY.

"Assalamu 'alaikum " Ucapan salam seperti biasa jika hendak masuk rumah,

"Waalaikum salam" Seorang wanita menjawab salamnya. itu Rukiah kakaknya.

"Kakak...." Gadis itu menghambur kepelukan kakaknya.

"Ayo masuk, Tyan..tyan...bawa koper bu de ke kamar" Titah Rukiah kepada anak tertuanya.

"Papa kemana kak, kok sepi"

"Udah masuk dulu, pasti kamu belum makan, ayo makan bersama" Ajak Rukiah menarik tangan adiknya menuju ruang makan.

"Aku dah makan kak, aku temani kakak makan aja"

"Tante Dewi kemana ?"

"Papa dan tante Dewi dah pindah rumah di kota, tapi papa tadi pagi kesini, mungkin papa punya firasat kalo anak bungsunya akan pulang, tapi skarang lagi tidur"

"Oh, Tapi papa sehat kan ?"

"Sakit pinggang papa kambuh lagi, kata dokter ginjal. Sekarang lagi terapi daun keji beling dan tempuyung"

"Mona, benarkah itu kamu nak ?"Pak Hendrinata berdiri nampak keluar dari kamar, tubuhnya nampak semakin layu. Tidak kekar seperti dulu maklum sudah semakin tua.

"Papa, udah istrahat dulu, aku temani ke kamar ya ?" Ramona berdiri menggandeng ayahnhnya.

"Duduk di sofa aja" Ujar Pak Hendrinata.

"Sudah semakin besar anak papa, sini papa peluk"

"Anak gadismu ini sudah besar pa" Ramona itu mendekat ke arah ayahnya.

Pak Hendrinata mengecup pucuk kepala anaknya. Gadis itu memejamkan matanya, kenangan indah bersama ayah ibunya terlukis indah dalam ingatannya.

"Dah lulus kan ? jadi papa tinggal nunggu Fajar datang melamar !"

"Aku masih pingin kuliah pa, percuma aku maksa diri sekolah kalo ujung-ujungnya ngurus suami dan anak",

"Itulah kodrat seorang wanita nak, menikah dan punya anak"

"Nanti dulu pa, aku mau kuliah di UGM, rabu besok berangkat bareng teman"

"Papa gak bisa membiayai kuliahmu nak, Yusran tahun depan wisuda, Rukiah rumahnya kena abrasi pantai jadi sekarang tinggal disini, kondisi keluarga kita lagi belum stabil nak"

"Gak usah pikirin kuliahku pa, percaya deh aku bisa kerja sambil kuliah, liat nih anakmu sudah besar".

"Liat usiamu mona, ntar lagi 20 tahun dah wajib nikah, ketuaan Fajar kalo nunggu kamu" Rukiyah ikut nimbrung.

"ihh kakak, nanti aja ah, jodoh itu gak akan kemana"

"Ya..ya jodoh diambil orang baru nyaho"

"Sudah....sudah, kalo itu pilihan Mona bismillah aja, papa merestui". Pak Hendrinata menengahi perdebatan anak-anaknya.

Rabu yang dinanti telah tiba, keluarga Pak Hendrinata minus Yusran mengantar anaknya ke terminal. Ramona akan menaiki Bus menuju Yogyakarta, Pak Hendrinata memeluk anaknya, serasa baru sehari bertemu kini anak gadisnya itu akan kembali meninggalkannya. Dia terus mendukung tekad anak gadisnya yang tak ingin mengalami nasib yang sama dengan gadis di desanya.

Bus perlahan meninggalkan terminal, lambaian tangan dan linangan air mata mengantar kepergian Ramona. Sepanjang jalan Ramona tak henti-hentinya menangis.

"Jangan sedih dong mon, aku jadi ikutan nangis nih" Novita menyenggol lengan temannya itu.

Ramona memalingkan wajahnya ke arah Novita dan memeluknya. 7 jam perjalanan membuat keduanya kelelahan, tiba di Terminal mereka menuju kos-kosan seputaran UGM, kakak kelasnya yang lebih dulu kuliah di UGM telah memesankan kamar kos untuk mereka berdua jadi tidak perlu lagi mencari kos kesana sini.

Seminggu telah berlalu, Ramona merasa tidak betah dia mencoba menghubungi Nikita tapi Nikita sudah pindah ke Jakarta ikut suami, begitu kata Ibu Nikita via telepon. Dia berjalan menuju warnet yang tidak jauh dari kos-kosan yang ditinggalinya, Gadis itu membrowsing beberapa Universitas, keinginannya Universitas Islam atau Institut Agama Islam, terbukalah sebuah website yang menunjukkan tentang Universitas Muslim Indonesia yang berada di Ujung Pandang, Dibacanya satu persatu jurusan yang ada di sana. Manajemen Bisnis itu pilihannya, di UGM ada juga tapi entah mengapa dia tidak menyukainya. Dengan berat hati dia meminta maaf kepada Novita karena harus meninggalkannnya.

Lost kontak. Yah itulah yang dialami Fajar, sudah sebulan dia tak bisa menghubungi Ramona, ditumpahkannya segala kekesalannya kepada kedua orang tuanya yang malah mendukung keputusan Ramona untuk kuliah.

"Umi pikir sambil menunggumu setahun lagi, sebaiknya dia kuliah biar gak bosan" Ibu Zihan berusaha menjelaskan kepada anaknya tentang Ramona melalui sambungan telepon.

"Gak sampai setahun kok umi, Umi juga kan bisa nyaranin dia kuliah di Semarang aja, atau sengaja dibuatkan beasiswa S1 di Universitas

yang ada di sana, biar dia gak kemana-mana"

"Kamu kok kayak anak kecil sih, Ramona aja bisa berpikiran dewasa. Katanya kalo jodoh gak akan kemana"

"Umi sih gak tau gimana perasaanku, LDR itu menyakitkan mi," Fajar mulai terisak.

"Udah nanti Umi suruh anak buah abi untuk cari alamatnya di Yogyakarta, baru juga sebulan" Ledek Ibu Zihan sambil geleng-geleng kepala.

"Janji ya umi"

"Iya, coba buka emailmu. Kemarin Abi ngirim email, siapa tau dengan membuka pesan Abi kau bisa terhibur. Buruan urus tesismu biar cepat kelar kuliahnya".

"Iya umi, makasih aku buka komputer dulu. Assalamu 'alaikum"

"Waalaikum Salam"