Tibalah hari terakhir kegiatan Pesantren Kilat, Ramona berdandan secantik mungkin, Jilbab biru sepadan dengan kaus putih longgar yang dimasukkan ke dalam rok jens biru, sepatu kets putih, terlihat anggun dan elegan. Selama seminggu kegiatan pesantren kilat menjadikan mereka saling mengenal satu sama lain, bahkan seorang peserta yang bernama Ali menyukainya yang membuat Fajar merasa cemburu dan tak pernah jauh-jauh dari pandangan Ramona. Tak ada pembicaraan yang berarti diantara mereka berdua dikarenakan materi yang padat, perkenalan dan permainan yang unik yang sengaja diciptakan agar peserta tidak merasa bosan. Ramona benar-benar merasa bahagia dengan mengikuti kegiatan ini, banyak manfaat yang Ramona dapatkan, selain memperdalam ilmu agama, mempererat silaturahmi juga menanamkan kemandirian.
Orang-orang dikirim ke dalam hidup kita untuk mengajari kita hal-hal yang perlu kita pelajari tentang diri kita sendiri, benar-benar sangat memotivasi.
Tibalah malam renungan, lampu yang menyala terang kini dibuat redup. Semua peserta maupun panitia terlihat khusyu mendengarkan kata-kata bijak yang dibacakan salah seorang panitia. Hening..... !
"Hari sudah berakhir, malam telah tiba. Hari ini telah berlalu, apa yang dilakukan sudah selesai. Rangkullah impianmu, sepanjang malam. Besok akan datang dengan cahaya yang sama sekali baru "
"Apa yang membuatmu tersenyum pertahankanlah dan apa yang membutmu bersedih tinggalkanlah, Orang menangis bukan karena mereka lemah, tetapi karena telah berusaha kuat dalam jangka waktu yang panjang".
Ramona mulai meteskan air mata, untunglah dia membawa tissu.
"Air mata saja tidak bisa menghapus dosa seorang hamba sebelum benar-benar kembali dan mau berubah. Dan Ingatlah ketika kau masih dalam kandungan ibumu, Allah meniupkan Ruh dan menjadikanmu sebagai manusia yang spiritual. Hari-hari yang di lalui akan menjadi indah ketika rasa cinta yang di miliki manusia tercurahkan hanya untuk sang Khalik. Tangisan malam sangat berharga, dimana semua orang masih tertidur pulas saat itu, munajat dari hamba kepada Allah akan terasa pada malam yang indah dengan mengadukan semua permasalahan yang sedang kita hadapi.
Genangan air mata malam ini terasa sekali ketika munajat yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh.
Aku hanya ingin kembali ke pangkuanmu ya robbi…
Ampunilah dosa-dosaku, jauhkanlah diri ini dari hal-hal yang akan menjauhkanku dari sisiMu. Hamba rindu dengan cintaMu, bimbinglah hamba ke jalanMu, tunjukkanlah jalan untukku hingga kau menjadikanku orang-orang terpilih menjadi hamba yang bertaqwa….Aamiin"
Ramona tak bisa lagi membendung air matanya, dialah satu-satunya peserta yang paling histeris dari peserta lainnya. Saking histerisnya Ramona pingsan tak sadarkan diri. Panitia perempuan Mbak Khadijah dibantu perempuan lainnya segera membaringkannya di veldbed yang memang sudah dipersiapkan panitia sebelumnya. Fajar sangat cemas, dia tak perduli lagi dengan tanggapan orang terhadapnya karena menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Diambilnya minyak kayu putih dan dituangkan ke kapas, ditempelkannya ke hidung Ramona berulang kali.
"Mama....mama....."
Begitu tersadar Ramona memanggil mamanya, air matanya mengalir deras, Fajar mengambil saputangannya dan menghapus genangan air mata itu dengan lembut. Fajar dibantu mbak Khadijah membangunkan Ramona dan mendudukannya.
"Sebaiknya Ramona ke kamar dan istrihat" Usul Khadijah.
Atas persetujuan panitia Ramona diijinkan ke kamar dengan diantar oleh Fajar dan Khadijah. Tak ada sama sekali kecurigaan panitia terhadap perhatian Fajar yang berlebihan kepada Ramona karena mereka tahu Fajarlah yang mengikutkan Ramona dalam kegiatan itu.
Agar tidak menimbulkan fitnah Fajar meminta Khadijah untuk tetap menemani Ramona bersama dirinya di dalam kamar.
Khadijah memijat kaki Ramona yang sangat dingin, Fajar menyandarkan punggung Ramona di bantal yang telah dususunya.
"Jangan khawatir ada abang dan mbak khadijah disini menemani mona" Kata Fajar sambil membetulkan selimut Ramona.
"Bang...
"Iya sayang" Sahut Fajar yang tidak perduli dengan kehadiran Khadijah.
"Aku ingat mama...huhuhuhu" Ramona mulai menangis, Fajar segera mendekapnya erat.
"Jangan sakiti dirimu, abang yakin di alam sana mama juga mengharapkan hal yang sama" Fajar mengusap kepalanya yang tertutup hijab dan mengecup kepalanya seperti apa yang sering dilakukan ayahnya kepadanya, hal itu yang membuatnya menangis semakin pilu. Tak akan ada perlakuan seperti itu lagi dari ayahnya karena kehadiran tante Dewi. Batin Ramona.
"Ungkapkan semua yang mengganjal dihatimu agar kamu lega, aku yakin setelah itu bebanmu akan terasa ringan" Ucap Khadijah.
Maka mengalirlah semua uneg-uneg di hatinya, dari saat ibunya sakit dan meninggal tidak wajar sampai dengan pernikahan ayahnya yang sangat sulit diterimanya. Ramona mencoba berbaring dan memejamkan mata, rasanya setelah dia bercerita semuanya terasa plong. Sakit hati yang membelenggu dirinya di tumpahkannya agar tak ada lagi yang tersisa dihatinya.
"Setiap kejadian pasti ada hikmahnya" Nasehat Khadijah yang sangat terharu mendengar kisah Ramona.
Fajar tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun selain menggenggam tangan Ramona dengan erat. Sakitmu adalah sakitku, ssdihmu adalah sedihku, kupanjatkan doa sepenuh hati kiranya Allah menyatukan kita berdua selamanya" Doa Fajar di dalam hati.
"Allah memberikan ujian karena tau Ramona sanggup melaluinya" Sambung Khadijah.
"Ketika kita naik kelas tentu harus melalui ujian, ada beberapa tahapan ujian yang kita lalui sampai kita lulus. Namun ketika kita lulus harus melalui tahapan ujian lagi sesuai tingkatan kadar iman seseorang. Mbak Contohkan, ketika kita sekolah kelas 1 SD untuk naik kelas harus melalui ujian sampai kita naik kelas dan lulus. Itu baru satu tingkatan, tingkatan berikutnya ujian yang sama pula, semua berproses sampai kita sarjana, begitulah kehidupan". Imbuhnya.
Ramona membuka matanya perlahan dan mengucapkan terima kasih.
"Aku yakin Ramona bisa melaluinya, belum lagi jika ditemani bang Fajar". Gurau Khadijah sambil tersenyum. Khadijah bukan anak kecil yang tidak memahami situasi. Fajar dibuatnya salah tingkah. Mereka baru bisa meninggalkan kamar Ramona ketika melihatnya tertidur.