Min Hua, seorang perempuan yatim piatu yang dibesarkan oleh pasangan kakek-nenek yang kehilangan anak dan cucu mereka.
Min Hua yang waktu itu masih bayi ditelantarkan di hutan dimana bahkan binatang buas sering muncul. Pasangan itu menemukan Min Hua setelah mendengar tangisan bayi yang membuat siapapun yang mendengarnya pasti merasa kasihan. Mereka membawanya untuk tinggal bersama mereka sampai keluarganya datang untuk menjemputnya.
Pasangan tua itu memberitahunya bahwa saat mereka menemukannya, ada satu hal yang tergantung di lehernya dan itu adalah giok nama berlambang Xue. Pasangan itu pun membuatkan namanya menjadi Xue Min Hua. Mereka berharap Min Hua tumbuh menjadi seorang perempuan seperti permata yang berharga yang diakui orang seperti bunga dan seperti itulah kenyataannya.
Di umurnya yang kelima, ia sudah tumbuh menjadi anak yang cantik seperti peri dalam dongeng anak-anak. Dengan mata besar yang memiliki bola hitam, setiap orang yang menatapnya seperti memasuki jurang yang tak berujung. Rambut hitamnya yang halus mengalir indah di sepanjang pinggangnya. Hidung bangir yang kecil membuatnya seakan mereka bermain di perosotan. Bibir tipis berwarna pink muda meminta untuk dicicipi. Kulit putih yang lembut seperti tofu saat disentuh. Dengan ciri fisik yang tak tertandingi itu tentu banyak orang yang memiliki kecemburuan terhadapnya dan akibatnya ia hampir tak memiliki teman untuk bermain. Sampai ia tumbuh hingga menjadi remaja yang menawan, kecantikannya dijamin menjadi nomor satu di seluruh kerajaan Ming bahkan diyakini oleh penduduk desa tempat tinggalnya menjadi nomor satu di seluruh dunia.
Waktu terus berjalan hingga 10 tahun kemudian, tak pernah seorang pun datang untuk mencarinya dan akhirnya pasangan tersebut merawatnya sampai mereka menghembuskan nafas terakhir di saat ia berumur 14 tahun.
Dia yang awalnya yatim piatu sangat bersyukur mempunyai mereka yang membesarkannya hingga kejadian naas tersebut terjadi. Kejadian yang merenggut nyawa mereka.
Pasangan tua itu ingin menikmati hari-hari mereka bersama tanpa membawa Min Hua. Dalam perjalanan pulang setelah menghabiskan waktu bersama, tanpa diduga terjadi kecelakaan perahu yang tenggelam dalam danau dan akhirnya pasangan itu menghembuskan nafas terakhir.
Min Hua yang mengetahui kejadian itu langsung histeris. Ia menangis tapi pasangan itu tak pernah kembali lagi. Dengan harapan yang hilang dan dengan berat hati, ia pun mengikhlaskan kepergian mereka.
Dengan bekal pengetahuan, kebijaksanaan, dan uang yang tersisa, ia pun mengambil keputusan.
Ia akan menjelajah sampai ke ujung bumi untuk memenuhi keinginan pasangan tersebut sambil mencari nafkah untuk bertahan hidup.
Dimulai dari menjual rumah beserta isinya, ia mendapatkan uang sebesar 100 tael perak dan ditambah dengan tabungan serta uang yang tersisa dari pasangan tua itu hasilnya menjadi 350 tael perak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang diri selama 5 tahun tanpa bekerja tapi ia tahu untuk menjelajah seluruh dunia, uang yang ia butuhkan tentu sangat banyak.
Setelah membereskan keperluan yang ia butuhkan, ia pun berpamitan dengan orang-orang desa yang telah ikut merawatnya di sela-sela waktu yang mereka punya. Dengan berat hati, besok ia akan memulai perjalanannya seorang diri di dunia yang kejam ini. Memantapkan hati untuk memulai perjalanannya, ia pun tertidur nyenyak.