webnovel

Yang Mulia Ratu

編集者: Atlas Studios

Melalui jendela kecil dan tinggi yang terletak di beranda, sinar matahari berwarna merah terang yang sedang terbenam menyinari lantai dan menampilkan pantulan yang bergaris-garis di dinding.

Di seluruh wilayah kerajaan, hanya ada beberapa tempat yang tersisa, di mana orang masih dapat melihat matahari terbenam, dan Pelabuhan Air Jernih adalah salah satu tempatnya. Dari rumor yang beredar, saat Bulan Iblis berlangsung di mana salju dan badai salju turun dengan deras hampir tidak berpengaruh apa-apa di tempat ini. Terlepas dari kenyataan bahwa Armada Layar Hitam tidak dapat berlayar keluar dari pelabuhan, seluruh kota tampak sibuk seperti biasa.

Penguasa kota pelabuhan ini, Garcia Wimbledon, sedang duduk di meja yang terletak di bawah jendela dan ia membaca surat di tangannya dengan saksama. Rambut abu-abunya memiliki kilau berwarna emas yang terpancar di bawah sinar matahari sore. Dan bayang-bayang serta sinar di wajah Garcia membuat penampilannya terlihat lebih mempesona, lebih lembut sekaligus terlihat lebih berani.

Ryan sudah cukup lama berdiri di samping Garcia.

Meskipun surat itu telah menarik perhatian Garcia lebih lama dari biasanya, Ryan memilih untuk menunggu dengan sabar di sampingnya, karena ia tidak ingin menjadi orang yang memecahkan keheningan di dalam ruangan ini.

Akhirnya, Garcia mendesah dan meletakkan surat itu.

"Ayahku sudah meninggal."

Ryan melongo sejenak lalu berkata: "Apa katamu?"

"Ayahku, Ayling Wimbledon, Raja Kerajaan Graycastle, telah meninggal."

Garcia jarang mengulangi apa yang telah diucapkannya, pikir Ryan dalam hati. Garcia biasanya akan mengabaikan pertanyaan Ryan berdasarkan kebiasaannya selama ini. Tapi apakah Garcia tidak sedang bercanda? Mungkinkah Sang Raja benar-benar sudah meninggal?

"…" Ryan membuka mulutnya untuk menghibur Garcia, tetapi kata-katanya malah berubah menjadi sebuah pertanyaan: "bagaimana Raja bisa meninggal?"

Untungnya, Garcia tidak memperhatikan semua aktivitas secara psikologis ini - wanita ini adalah Putri Garcia, Penguasa Pelabuhan Air Jernih, Panglima Tertinggi Armada Layar Hitam, dan wanita ini tidak mempedulikan siapa pun yang menghiburnya, "Dalam surat itu, dikatakan bahwa Kakakku Gerald yang membunuh ayah dan kemudian ia ditangkap oleh para penjaga. Gerald tidak melakukan bunuh diri untuk menghindari hukuman, jadi dewan Perwakilan Raja dan beberapa menteri lainnya menjebloskannya ke pengadilan dan menjatuhkan hukuman penggal kepada Gerald."

"Hal ini tidak mungkin terjadi," jawab Ryan tanpa sadar.

"Tentu saja hal ini tidak mungkin terjadi," kata Garcia tanpa ekspresi, "Kakakku memang bodoh, tapi ia tidak cukup bodoh untuk mengeksekusi dirinya sendiri. Tanpa hasutan dari orang lain, Gerald tidak mungkin melakukan ini."

"Mungkinkah ada seseorang yang menjebaknya?"

"Biar aku tebak…" Puteri Garcia memejamkan mata sambil merenung, "Mungkin ada seseorang yang menulis surat yang mendetail padanya, yang mengatakan bahwa mereka bisa membantu Gerald untuk merebut singgasana - dan untuk menyelundupkan para pembunuh ke dalam Kota Raja tidaklah memungkinkan kecuali ada seseorang yang telah mengatur perencanaan dengan matang, termasuk membunuh, menukar, dan menyogok para penjaga. Tapi itu semua bukanlah keahlian yang dimiliki Gerald, atau lebih tepatnya, ia bahkan tidak peduli dengan hal-hal sepele seperti ini. Tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengatur semua ini adalah orang-orang yang ia percayai, namun mereka semua mengkhianatinya di saat-saat terakhir."

Ryan tidak menyahut, karena itu semua hanyalah spekulasi. Bagaimana hal itu terjadi tidaklah menjadi persoalan. Hasilnya yang terpenting. Ryan yakin bahwa Putri Garcia juga sependapat dengannya.

Seperti yang sudah Ryan duga, Garcia membuka matanya dan melanjutkan, "Ada begitu banyak lelaki bodoh di sekeliling kakakku, mereka semua hanyalah binatang buas yang berotot. Tidak heran mereka semua adalah penipu. Hanya saja…" Suara Garcia kemudian berubah dan terdengar marah, "Cara Timothy terlalu kejam."

"Apakah kamu mau mengatakan bahwa Timothy Wimbledon yang melakukan semua ini?"

"Siapa lagi yang mengenal Gerald lebih baik daripada Timothy? Siapa yang paling diuntungkan dari keadaan ini?" Kata Garcia, sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, "Orang buta juga bisa melihat itu! Tapi Timothy seharusnya tidak melakukan semua ini, karena Timothy sendiri adalah anak kesayangan ayah."

Ryan menyadari bahwa Sang Puteri merasa kesal. Tidak biasanya Garcia memasang ekspresi seperti itu. Meskipun Garcia pernah mengeluh tentang Raja Wimbledon III yang bersikap pilih kasih, ia tidak pernah menginginkan ayahnya meninggal dengan cara seperti itu.

Kurang lebih Ryan bisa mengerti apa yang dirasakan Garcia.Seperti yang selalu dirasakan para generasi muda terhadap generasi yang lebih tua di dalam sebuah keluarga besar - orang yang lebih tua seumpama gunung yang harus didaki, membangkitkan rasa hormat, kekaguman sekaligus menimbulkan kebencian. Jika Garcia terbukti benar bahwa Pangeran Timothy yang telah melakukan semua ini, maka Pangeran itu adalah orang yang kejam.

"Tapi….kenapa Timothy harus melakukan semua hal ini?"

"Karena Timothy takut kepadaku," Garcia menarik napas dalam-dalam dan ia seperti sedang merangkul dirinya sendiri, sambil mengatakan, "Timothy takut pada Armada Layar Hitam milikku."

Melihat Ryan tidak menjawab apa-apa, Garcia terus menjelaskan : "Timothy memiliki mata-mata di Pelabuhan Air Jernih. Tidak ada yang aneh tentang itu, sama seperti aku yang telah menempatkan mata-mata di Kota Valencia dan di Kota Raja. Ketika Timothy mengetahui keberadaan Armada Layar Hitam , ia bisa dengan mudah menebak apa rencanaku selanjutnya. Namun, Kota Valencia tidak memiliki pasukan yang dapat melawan Armada Layar Hitam milikku. Jadi Timothy menggunakan caranya yang paling bodoh, yaitu menjadikan Gerald sebagai batu loncatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan."

"Maksudmu Timothy juga menginginkan sebuah pasukan?"

"Timothy menginginkan posisi sebagai Raja," kata Garcia, "Jika Gerald mati, Timothy akan menjadi yang pertama yang akan menempati posisi itu. Sekarang karena ayahku telah meninggal, Timothy pasti sedang dalam perjalanan menuju ke Kota Raja." "Selama Timothy menjadi Raja Wimbledon IV, ia dapat mengumpulkan kekuatan dan membuat pasukan melampaui wilayah kekuasaannya," lanjut Garcia, sambil menggelengkan kepalanya, "Tapi seperti yang telah aku katakan sebelumnya, seharusnya Timothy tidak perlu melakukan semua ini karena ia adalah putra kesayangan ayahku."

"Bukankah ini situasi yang buruk?" Ryan berkata dengan cemas, "Bagaimana jika Pangeran Timothy berhasil dinobatkan, dan ia menyatakan bahwa Keputusan Kerajaan mengenai seleksi calon Putra Mahkota telah berakhir, dan kemudian memanggilmu ke Kota Raja?"

Garcia menjawab dengan nada sinis : "Langkahnya ini terlalu terang-terangan. Keberpihakkan ayahku tidak memerlukan dukungan dari sebagian besar para menteri. Pembunuhan seorang Raja bukanlah sebuah masalah yang sepele - meskipun Timothy telah menjatuhkan kesalahan pada Gerald, ia hanya bisa membodohi orang yang tidak tahu apa-apa. Akan butuh waktu yang lama bagi Timothy sebelum ia bisa merebut kekuasaan Kerajaan Graycastle sepenuhnya. Jadi… " Garcia menoleh kepada Ryan," Sepertinya aku harus mengubah sedikit rencanaku."

Ryan langsung berlutut dan berkata, "Aku akan melayani Anda dengan sepenuh hati."

Garcia berdiri dan berjalan menuju jendela, sambil membelakangi Ryan, "Timothy akan mengincarku begitu ia dinobatkan menjadi Raja. Tapi ia hanya bisa memerintahkan Joey Kohl, Adipati dari Wilayah Selatan, untuk melakukan serangan secara militer kepadaku. Namun Joey Kohl mungkin akan mengambil waktu berkabung atas kematian Raja sebagai alasan untuk menahan pasukannya - pria tua itu terlalu lihai untuk mengambil risiko semacam ini. Yang paling mungkin dilakukan oleh Joey Kohl adalah dengan menghimpun pasukannya dan menempatkan mereka di sebelah perbatasan Pelabuhan Air Jernih. " Puteri Garcia berhenti sejenak, "Tetapi rencana ini mungkin akan membawa masalah kepada kita, jadi kita akan pergi berlayar besok."

"Pergi berlayar? Yang Mulia, apakah Anda mau..."

"Karena terletak di tengah-tengah kerajaan, Kota Elang telah menjadi kota yang hampir tidak memiliki pertahanan sama sekali. Kita bisa tiba di Kota Musim Semi melalui jalur Sungai Sanwan, dan dari sana kita dapat sampai ke Kota Elang hanya dalam waktu satu hari. Setelah mengambil alih Kota Joe, seluruh Wilayah Selatan akan berada di bawah kekuasaanku. Akan ada jeda waktu yang menarik : ketika Timothy duduk di atas singgasana dan ingin memerintahkan Joey untuk menyerangku, ia akan menyadari bahwa seluruh Wilayah Selatan telah dikuasai olehku. Aku akan sangat senang melihat wajah Timothy nanti."

"Tapi seperti yang Anda katakan sebelumnya, Raja Wimbledon III baru saja meninggal dunia. Dengan cara ini…."

"Lalu kenapa? Haruskah aku meneteskan air mataku?" Garcia menoleh, sementara sinar matahari yang terbenam di permukaan laut menyelubungi wajahnya dengan warna keunguan yang samar. Wajahnya tersembunyi di kegelapan, namun masih ada cahaya yang berkilat di matanya. "Sorot matanya begitu tegas," pikir Ryan, "meskipun mungkin ada kemarahan atau rasa sakit di dalam matanya, tetapi tidak terlihat ada kesedihan."

Kesedihan tidak cocok untuk Yang Mulia seperti dirinya.

"Tidak, Anda tidak perlu melakukannya," jawab Ryan dengan sungguh-sungguh.

Garcia mengangguk dengan puas, "Pergilah dan kumpulkan para kapten di kota ini untukku. Karena Timothy tidak akan menunggu sampai lima tahun kemudian, aku juga tidak akan mengecewakannya. Seluruh Wilayah Selatan akan dinyatakan sebagai wilayah independen, setelah aku berhasil merebut Kota Elang."

"Tidak menjadi masalah bagi Garcia jika semua hal ini dilakukan oleh Timothy," pikir Ryan, "Garcia selalu bisa menemukan jalan dalam situasi yang paling bergejolak sekalipun dan mencapai tujuannya begitu ia membuat keputusan. Di sinilah letak pesona Sang Puteri dan inilah alasan mengapa aku mau melayaninya."

"Aku akan melakukan apa yang Anda inginkan, Puteri….. Tidak," jawab Ryan dengan penuh hormat, "Yang Mulia Ratu."