webnovel

Prolog

Jeritan, ringkikan.

Teknologi ditangannya sudah tidak dapat diandalkan.

Demikian seorang pria sejati melawan ketakutannya untuk berdiri melindungi kedua putrinya dari seekor monster yang menargetkan mereka.

Rumah mereka dalam kondisi hancur setengahnya, meskipun itu besi atau beton, seperti monster ini juga sebanding dengan kekuatan bangunan mereka hingga dapat merusak dan menerobos untuk mencari mangsanya tersendiri.

Berdiri seolah sedang menilai si pria.

Makhluk yang berukuran 2 kali atau 3 kali besar ras manusia ini memancarkan rasa ngeri, ketika monster mengeluarkan ringkikan dari jarak yang semakin dekat.

Jangankan dapat bicara, bernafas saja rasanya lebih mencekam jika ingin keselamatan nyawa mereka bertahan.

Si pria mengingat kejadian istrinya yang diterjang langsung dengan satu tangan si monster ini. Atasnya seketika melayang, dan bawahnya langsung dimakan.

Matanya sendiri tidak percaya itu, tetapi kini dia melihatnya sendiri. Bahkan untuk nafas mereka yang tinggi. "Hikss-"

Crache!

Jeritan.

Salju putih masih tetap turun perlahan di tanah konflik, seolah menguburkan tanpa henti dari bekas jeritan dan ringkikan. Pada saat bala bantuan tiba, prosesnya telah mencapai di akhir. Terlihat seperti daerah setelah bencana, dengan kehancuran sekurang-kurangnya setengah pada bangunan dan gedung-gedung.

Mayat manusia mungkin banyak yang hilang karena dimakan, tetapi terlihat banyak bekas darah mewarnai salju dan masih ada sedikit bagian tubuh yang terlewat.

Satu tim telah melaporkan apa yang terjadi.

"Sial!! Kita tidak bisa menerobos saljunya!"

(Dimengerti, tetapi jika ada yang selamat atau menemukan mayat seseorang dengan tubuh yang lumayan normal. Tolong evakuasi.)

"Sangat kejam... Aku baru melihat satu kota dihabisi."

"Begitulah."

"Baik, setelah menyisir sedikit lagi, kami akan segera kembali ke pos kami."

"Anak baru sebaiknya belajar. Waktu adalah uang untuk para pebisnis, tetapi untuk kita. Waktu bisa berubah menjadi nyawa."

"Hahaha, perkataannya lumayan juga."

"Hei, apa kau tidak tidur? Kau selalu menutup matamu padahal kau sedang mencari seseorang."

Seseorang itu benar-benar melakukan pencarian dengan mata yang tertutup, tapi baru sekarang masalahnya disebarkan.

"Apa kau sedang bercanda? ... Aku ingatkan. Dalam kejadian seperti ini tidak baik untuk melakukan candaan, jadi jangan bercanda dan cari dengan sepasang mata yang terbuka!"

Seorang leader perempuan satu ini cerewet.

"Nah, begitu."

"Padahal matamu itu sangat indah."

Seseorang dari tim lain berteriak menemukan sesuatu.

"Ada apa? .....Yuroooo!! Segera kesini dengan kotak obat mu!!"

Dia tidak ingin kehilangan waktu kritisnya, dia segera turun dan berlari setelah tahu yang ditemukan adalah anak kecil dengan luka serius di kepala.

"Hei nak, bertahanlah. Kami akan mengobatimu, tolong jangan menyerah dulu."

Anak itu hanya dapat melihat dengan satu matanya, mungkin pada saat ini dia hampir kehilangan kesadaran karena memang banyak darah yang telah mengucur keluar dari pelipisnya.

"Yang lainnya! Cari di sekitar sini, apakah ada yang selamat selain dia!"

"Baik!" Semuanya yang tidak berkepentingan langsung melakukan pencarian.

Di waktu itu, tidak ada yang menemukan sesuatu lagi. Hanya ada anak itu yang selamat. Kemudian seusai perintah dari atasan mereka, 2 tim yang lain akan pulang menuju posnya dan 1 tim yang sedang membawa anak yang terluka dan hasil dari penelusuran. Mereka menuju ke Kamp Darurat & Investigasi untuk menyerahkan penanganan hasil temuan selanjutnya.