Rombongan pengungsi di sekitar Kiara hanya bisa menatap dengan iri saat melihat Kiara makan roti dengan daging asap. Beberapa orang anak menangis karena lapar dan para orang tua memarahi anak mereka karena berisik. Kiara mengabaikan keributan di sekitarnya dan memberi makan sapi-sapinya.
Beberapa menit kemudian, Kiara melihat dua orang tentara yang menerima botol air sedang berjalan mendekat bersama seorang pria yang mengenakan seragam tentara. Kiara tidak mengerti jabatan pria itu, tetapi dia menebak pria itu mungkin seorang perwira.
"Nona, nama saya Jun Dawei. Perkenalkan Jenderal Mu Yichen dari tentara keluarga Bai." Jun Dawei memperkenalkan pria di sebelahnya.
"Maaf, kami telah menghabiskan air Nona." katanya.
"Tidak apa-apa." balas Kiara dengan sopan. Tujuan utamanya adalah bergabung dengan rombongan tentara Bai, jadi dia tidak peduli jika mereka menghabiskan air yang dia berikan.
"Halo, Jenderal Mu, nama saya Chen Huiling." kata Kiara. Dia mulai memperkenalkan anggota rombongannya.
"Apakah Nona Chen berasal dari ibu kota?" tanya Jenderal Mu.
"Ya, saya dibesarkan di ibu kota." jawabnya dengan santai. Chen Huiling memang lahir dan dibesarkan di ibu kota.
"Oh, penduduk ibu kota juga ikut mengungsi?" tanya Mu Yichen.
"Ayah saya gugur di medan perang. Jadi kami memutuskan untuk pergi ke selatan karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik." jawabnya.
Wajah Jenderal Mu Yichen dan kedua anak buahnya langsung berubah dan menatap Kiara dengan wajah kasihan.
"Kami turut berduka." kata Mu Yichen.
"Terima kasih." Kiara menjawab dengan sopan.
"Kami telah membandingkan air di botol Nona dengan air yang kami miliki. Ternyata kualitas air Nona jauh lebih baik dari air kami. Apakah Nona bersedia mengajarkan metode menjernihkan air kepada kami? Sebagai gantinya, kami akan mengatur posisi untuk Nona di rombongan kami." Mu Yichen segera mengajukan penawaran.
"Baiklah." Kiara segera setuju karena dia memang ingin bergabung dengan rombongan tentara Bai.
Jenderal Mu Yichen tersenyum lega dan memberi instruksi kepada anak buahnya untuk membantu Kiara memindahkan gerobak agar lebih dekat dengan rombongan inti.
"Nona Chen, kita akan berdiskusi lebih lanjut ketika rombongan kita beristirahat." Mu Yichen mengangkat tangannya dan Kiara melihat ada luka di tangannya. Setelah mengamati sekilas, Kiara menyadari bahwa luka itu mulai bernanah.
"Tangan Jenderal Mu terluka? Kapan Anda terluka? Kemarin atau hari ini?" tanya Kiara dengan wajah serius.
"Mata Nona Chen sangat tajam. Saya tidak sengaja terluka sebelum meninggalkan ibu kota pagi ini." jawab Mu Yichen dengan jujur.
"Jenderal Mu, kita akan melewati daerah yang baru saja terkena banjir. Selain itu udara di daerah selatan sangat lembap. Hati-hati dengan luka terbuka seperti itu." Kiara memperingatkan. Dia menyukai Mu Yichen yang selalu bersikap sopan dan tidak memandang rendah pengungsi.
Gadis itu mengambil kotak peralatan P3K miliknya dan berkata, "Bagaimana kalau saya membantu Anda untuk membersihkan luka itu? Sepertinya luka Anda mulai bernanah. Saya takut infeksi lukanya akan memburuk."
Kiara terdiam sebelum melanjutkan. "Saya menebak kalian sedang kekurangan tenaga medis? Penyakit dan luka tidak peduli pada status seseorang."
Mu Yichen menatap Kiara dengan wajah terkejut dan hanya bisa tersenyum pasrah. Mereka bergegas ke tepi jalan dan Kiara mulai merawat luka pria itu. Pertama-tama, dia mencuci tangan menggunakan sabun hingga bersih. Kemudian membersihkan luka Mu Yichen dengan saline. Lalu membersihkan nanah menggunakan pinset. Setelah itu, dia mengoleskan antibiotic dan melindungi luka menggunakan perban.
Para tentara mengamati Gerakan Kiara yang tampak alami. Ketika tentara Bai bertugas di perbatasan, mereka sering sekali kekurangan makanan, obat-obatan dan tenaga medis. Mereka bahkan tidak memiliki cukup air bersih selama perjalanan ke selatan. Banyak anggota rombongan yang sakit karena luka kecil. Meski perkataan Kiara kurang enak didengar, dia tidak salah.
"Nona, luka ini hanyalah luka kecil. Kenapa perawatannya rumit sekali?" tanya Mu Yichen sambil geleng-geleng kepala.
"Jenderal Mu, saya ulangi sekali lagi. Kita sedang dalam perjalanan ke selatan. Udara di sana lebih lembap dari perbatasan di utara. Udara lembap dapat menyebabkan luka menjadi infeksi. Apalagi, kita melintasi daerah yang baru saja terkena banjir. Kita juga harus waspada terhadap penyakit lain seperti kolera dan disenteri." Kiara memberi penjelasan panjang lebar, maklum, sebagai seorang dokter, dia sangat sensitif masalah ini.
Mu Yichen memandang tangannya dan memutuskan untuk tutup mulut. Sementara itu, para tentara dan anggota rombongan lain memandang Kiara dengan mata berbinar. Kiara mencuci tangan, lalu merapikan kotak P3K miliknya.
"Baiklah, kami akan membawa Nona untuk beristirahat." Mu Yichen melambaikan tangannya dan beberapa orang tentara membantu rombongan Kiara membawa barang bawaan mereka ke rombongan inti tentara Bai. Pengungsi lain hanya bisa mengawasi dengan tatapan iri.