webnovel

BAB 9 PERAHU ANGSA

"Kamu pasti belum makan siang kan? Gih makan dulu tadi Ibu masak semur jengkol kesukaan kamu."

"Emm, nanti deh Bu. Aku mau mandi dulu." Ujar Putri.

Putri masuk ke dalam kamar, berdiri di depan lemari sambil menatap pantulannya di cermin. Lama Putri menatap dirinya sambil tersenyum jika mengingat komentar orang yang memujinya.

Putri membuka lagi aplikasi medsosnya, komentarnya bertambah di video yang dia oplod kemaren. Lantas dia membuat satu video lagi sambil mengedip-ngedipkan matanya lalu mengoplod video tersebut.

Putri pun menaruh ponselnya tak lupa di beri sandi agar tidak ada yang bisa membuka ponselnya. Dengan handuk di pundak juga baju ganti dia berjalan sambil bersenandung riang.

Setelah selesai Putri keluar dan duduk di samping sang Ibu yang asik menonton film, sedangkan Dila tertidur di samping Ibunya.

"Bu." Panggil Putri pada Ibunya.

"Iya?"

"Besok aku mau jalan sama Una."

"Ke mana?" Tanya Ibunya.

"Ke taman kota aja kok."

"Sama siapa aja? Pake apa?"

"Sama Una aja, kami rencana pake angkot Bu."

"Iya, boleh. Tapi jangan lupa waktu ya." Ujar Ibunya.

"Mau ke mana kamu, Put?" Tanya Ayahnya yang baru masuk.

"Emm, mau jalan-jalan ke taman kota besok." Jawab Putri.

"Jam berapa? Mau Ayah antar?"

"Nggak usah, Yah. Aku berangkat pake angkot aja sama Una nanti jam 9 pagi berangkatnya." Jawab Putri.

"Oh, ya ya. Nanti Ayah kasih uang buat jajan."

"Iya, Ayah terimakasih." Ujar Putri. Lalu Putri masuk ke kamarnya untuk merapikan rambutnya yang masih basah. Putri memeriksa lagi ponselnya dan banyak notif dari beberapa media sosialnya. Salah satunya aplikasi berlogo biru, banyak yang meminta pertemanan dengannya. Dia tersenyum melihat banyak pesan masuk yang belum sempat dia baca.

"Hai, cantik terimakasih sudah di konfirmasi. Salam kenal" beberapa pesan isinya kurang lebih begitu.

Putri membalas semuanya dan berbalas pesan dengan teman barunya itu, sampai lupa menyisir rambutnya. Tanpa dia sadar sang Ayah ada di belakang badannya memerhatikan apa yang di lakukan Putri.

"Seru banget nih kayaknya." Ujar sang Ayah membuat Putri kaget.

"Astaga! Ayah, kenapa ngagetin aku?" Ujar Putri berdiri.

"Ayah mau ngasih uang jajan buat besok takutnya lupa."

"Oh kalo begitu mana uangnya?" Tanya Putri.

"Nanti malam Ayah kasih, ya."

"Kenapa nggak sekarang?" Tanya Putri.

"Nanti malam Ayah kasih." Terus Ayahnya berlalu ke ke luar kamar.

Malam hari pukul 1 dini hari sang Ayah menelpon ke nomor Putrinya.

"Ya?" Sahut Putri yang matanya masih terpejam.

"Mau martabak manis nggak, nih Ayah baru beli." Ujar Ayahnya.

"Emm aku ngantuk." Jawab Putri.

"Kalo nggak bangun uang buat besok ngak Ayah kasih."

Dengan malas Putri bangkit dan keluar dari kamar dia melihat Ayahnya di depan televisi.

"Mana martabaknya, Yah?" Tanya Putri.

"Ada di ruang tamu, tapi jangan keras-keras ngomong nanti ibumu bangun. Ayah cuma beli untuk Putri aja." Ujar sang Ayah, Putri berjalan mengikuti sang Ayah.

"Mana nggak ada." Kata Putri. "Itu di situ." Tunjuk Ayahnya saat Putri mendekat ke arah yang di tunjuk. Sang Ayah mendekati Putri dan langsung menutup mulutnya dari belakang.

"Diam, ya. Kalo nggak mau Ayah sakitin." Dengan sigap dia menarik celana Putri ke bawah dan itu terjadi lagi. Putri terduduk di kursi tamu dengan tatapan syok.

Sang Ayah melirik ke arah kamar hening dan dia mendekati Putri.

"Anak Ayah yang pintar dan cantik, nih uang buat besok." Kata sang ayah memberi Putri dua lembar uang berwarna merah ke pangkuan Putri. Putri menunduk melihat uang itu.

"Sudah sana tidur ya, Ayah mau tidur. Emcmuah." Ayah menc*um kening Putri lalu pergi meninggalkan Putri yang masih diam di kursi. Dia memasukan uang itu ke saku celananya, lalu pergi ke kamar.

*****

Paginya Putri sudah siap akan berangkat menuju rumah Una, dia berangkat setelah berpamitan pada sang Ibu. Setelah mengucap salam Ibu Una yang membukakan pintu.

"Masuk, Putri. Una nya lagi mandi." Kata Ibu Una. Setiap hari minggu orang tuanya akan ada di rumah karena libur bekerja.

"Iya, Tante."

Putri duduk di ruang tamu sedangkan Ibu Una pergi ke dapur tak lama Una muncuk masih memakai handuk rupanya baru selesai mandi.

"Masuk ke kamarku, Put." Ajak Una.

Putri masuk ke kamar Una dan memerhatikannya berpakaian terus berdandan.

"Sini aku dandani juga." Kata Una setelah dia selesai berdandan.

Setelah siap Una pamit dengan orang tuanya dan juga minta uang.

"Kita pake motor?" Tanya Putri ketika Una memberi dia helm.

"Iya, pake apa lagi? Mumpun motor ada di rumah."

"Ya sudah." Jawab Putri. Una melajukan motornya hinga sampai ke hotan kota.

"Bukannya di taman ya, kok ke sini?" Tanya Putri.

"Kamu nggak tau, mereka nggak jadi ke taman karena jam segini panas katanya mangkanya kesini. Yuk turun."

Putri turun dari motor dan berjalan mengikuti Una dari belakang, sebelum itu mereka mampir beli minuman dan beberapa cemilan. Dari jauh terlihat beberapa temannya sudah bersantai di kursi panjang bawah pohon.

"Hei!" Teriak Una pada mereka sambil mengangkat tangannya. Mereka balas melambai tanganny.

"Akhirnya si Putri bisa ikut nongki, biasanya di rumah terus." Celoteh Sisil.

"Yang penting sekarang kita ngumpul di sini, besokkan sudah harus masuk sekolah lagi. Jadi kita ngapain nih di sini?" Kata Una bertanya pada teman-temannya.

"Eh, kita ke danau sana aja, kan ada perahu angsa di sana." Kata Boby.

"Ah kalo gitu ayok." Sahut Sisil.

Mereka cuma ada berenam, karena yang lain tidak jadi datang. Sampai di danau buatan dan terdapat perahu angsa mereka ingin menaiki berpasangan.

"Eh, karena cowok ada tiga cewek juga sama, gimana kita berpasangan." Ujar Sisil.

"Iya, asik tuh. Hehe." Ujar Angga.

"Gimana, Put?" Tanya Una.

"Terserah aja." Jawab Putri.

Boby berpasangan dengan Una, Angga dengan Sisil dan Alek dengan Putri. Sesekali mereka mengobrol ringan.

"Woy! Balapan yu!" Ajak Sisil.

"Oke." Sahut Una. Putri juga mengiyakan lalu mereka mukai dari awal lagi dan balapan.

Sisil lebih dulu bersama Boby mereka menggoes lebih cepat, tak mau tertinggal Una lebih cepat menggoes perahu angsa lebih cepat.

"Kita juga jangan kalah." Ujar Alek.

"Woi! Yang terakhir harus ciuman!" Teriak Sisil.

"Ih, apaan tu anak." Ketus Putri.

"Ayo kalo nggak mau kalah kita harus lebih cepat." Seru Alek.

Sayangnya Putri dan Alek kalah, mereka sampai terakhir.

"Yee,,,Cium-cium." Teriak Sisil sambil bertepuk tangan tapi dengan cepat Putri menutup mulutnya dengan tanannya.

Alek hanya menunduk sambil menggaruk belakang lehernya.