Cantik merasakan semua darah di tubuhnya mengalir ke otaknya saat dia merasa semakin pusing. Wajahnya terasa seperti terbakar.
Dia ingin menemukan lubang untuk bersembunyi.
"Jangan mengendus lagi!" Dia berteriak, menutupi hidung dan mulut Arya dengan tangannya.
Sentuhan itu menjadi lebih intim dari itu, dan Cantik merasakan denyutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Matanya yang indah bergetar dan berbingkai merah karena malu. Dia merasa seperti tomat yang bisa meledak kapan saja.
Arya diam-diam memarahi dirinya sendiri karena begitu bodoh. Untuk apa dia mengatakan itu?
Dia dengan cepat bangkit dan mencoba mencari alasan untuk perilakunya. "Jangan salah paham, aku tidak mencoba untuk tidak menghormatimu. Aku hanya… oh, ya, bukankah aku mengatakan bahwa aku dapat membantu kamu mengobati dismenore kamu?"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください