Aini tertawa lama akibat pembahasan mereka. Rasyid tampak menatap datar wajahnya, sambil menyeruput tehnya yang hangat membasahi kerongkongan.
Mursal sendiri tersenyum cool, menatap istrinya yang tengah tertawa.
"Makanya Bapak menikah, kek. Saya dan Pak Mursal bersedia menjadi bridesmaid dan groosman. Ya, 'kan, Pak?" tanyanya lagi, meminta dukungan dari sang suami yang tak terbantahkan.
Mursal tersenyum kecil, merangkul istrinya sambil berbisik, padahal masih terdengar oleh Rasyid.
"Mana mungkin dia akan menikah, Sayang. Dia itu tidak gantle, kalau dia gantle dia sudah lebih dulu menikah daripada kita."
Aini tertawa lagi, hingga tubuhnya bergoyang.
Rasyid mendengkus sebal. "Aku akan melamarnya, tapi aku takut dia menolak karena dia sudah punya pilihan."
Mursal menatapnya lama, lalu menarik napas pelan.
"Itu bukan pilihannya," ujar Mursal membuat Rasyid menarik napas dan menggeleng lagi.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください