webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · SF
レビュー数が足りません
56 Chs

15. Back or Leave

"If you are looking for flawless friends, you will have no friends because they are not perfect" -Gabriello Felix Anderson.

.

.

Viona keluar kamar setelah mendapat chat kalau Jeno sudah sampai. Setelah pulang dari kosan Nada tidak berapa lama Jeno membalas chat Viona. Setelahnya Viona bergegas ke kamar mandi dan tibalah sekarang mereka akan makan malam bersama.

Jeno memakai setelan kaos putih yang dilapisi hem bermotif yang digulung sampai siku dan celana hitam, lagi-lagi Viona dibuat terpesona dengan penampilan Jeno. Viona sekarang malah berdiri mematung di depan pintu dan Jeno hanya terkekeh melihat gadis itu tak berkutik, padahal Jeno sudah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Viona, tapi gadis itu tak berkedip.

Karena Viona tak kunjung tersadar dari lamunannya akhirnya Jeno mencubit pipi kirinya, gadis itu tersentak dan otomatis memundurkan kepalanya.

"E-eh sorry, lagian dari tadi bengong mulu sih hehe," Jeno meringis saat melihat wajah Viona yang sedikit memerah.

Viona gelagapan, "O-oh i-itu anu ayo berangkat," Jeno terkekeh melihat Viona salah tingkah.

Viona berjalan sambil menutupi setengah dari wajahnya, dia sudah pamit dengan bundanya tadi. Di dalam mobil Viona agak gugup karena kejadian tadi, malu bercampur tegang karena kepergok ngelamunin orang yang ada didepannya. Jeno yang paham akan situasi awkward, dia pun menggoda Viona.

Jeno tersenyum sangat manis ke arah gadis disampingnya, "Santai aja kali vi, ga usah tegang gitu mukanya haha…"

"Ihhhh ngeselin, dah gih jalan," Viona menengok ke jendela, membiarkan Jeno yang sudah tertawa-tawa dengan tingkahnya, menurut Jeno itu sangat menggemaskan bagaimana tidak gemas kalau gadis itu dengan wajah yang sudah memerah, bibir bawahnya yang agak dimajuin, dan pipi yang dikembungkan seperti ikan buntal.

Setelah puas menertawakan kegemasan Viona, Jeno menginjak gasnya.

Mereka sampai di depan sebuah tempat makan seperti café anak muda, Jeno memberhentikan mobilnya. Seperti layaknya pasangan remaja muda ya walaupun belum ada status, Jeno yang sama seperti kebanyakan laki-laki dia pun turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Viona.

Lagi lagi dan lagi, padahal kejadian tadi saja masih membuat jantung Viona berpacu lebih cepat dibanding biasanya sampai terlintas dalam pikiran kalo terkena heart attack dadakan, dan sekarang Viona diperlakukan layaknya orang yang spesial. Asal kalian tau ini adalah perlakuan dari laki-laki yang pertama kali dalam hidupnya, sungguh dia tidak pernah diperlakukan semanis ini dengan teman cowonya sebelumnya.

Wahh ini sungguh tidak baik untuk jantungnya :"

Viona segera turun setelah Jeno membukakan pintu, "Nggak usah segitunya kali jen,"

"Kenapa emang?" Dengan wajah tanpa dosa Jeno bertanya, hei gadis mana yang tidak gila kalau diperlakukan seperti itu wahai Anandra.

Viona hanya menjawab dengan senyum tipis.

Kini mereka sudah ada di dalam café, Jeno memesan beberapa makanan. Kalau Viona mah terserah aja yang penting bisa dimakan.

"Vi," seru Jeno.

Viona yang sedang melihat jalanan malam lewat jendela segera menoleh, "Hm?"

"Hehe," Jeno hanya meringis.

"Ihhh ga jelas, iya-iya tau situ manis eye smilenya tapi nggak usah sok gemesin gitu deh," Jeno tergelak mendengar penuturan Viona, dia lalu menggusak pelan pucuk kepala Viona.

Viona teringat sesuatu, dia merogoh slingbag, "Eh jen nih," Viona memberikan sepucuk surat.

"Ehe itu yang duluuuu…baru bisa ngasih hehe, buka dirumah aja gue nggak mau malu-maluin,"

"Akhirnya dibalas juga haha," Jeno menerima surat yang telah lama disimpan Viona.

Kita tinggalkan mereka bersama terlebih dahulu, beralih pada dua pasang kaki yang kini tengah berjalan bersama di sebuah supermarket. Yeri tertawa senang saat laki-laki disampingnya membuat sedikit lelucon. Sudah setengah jam Yeri dan laki-laki itu berkeliling hanya ingin melihat-lihat saja tanpa berniat membeli sesuatu.

Malam ini sebenarnya Yeri ada kumpul bersama teman-temannya dirumah Nada, tapi dia sudah bilang Nada kalau bakalan datang telat dan menyuruh Suhyun untuk pergi ke rumah Nada terlebih dahulu, dia nanti akan pergi pakai motor sendiri setelah pulang dari supermarket.

"Kak kita kesana yuk," Yeri menunjuk ke sebuah toko merch yang menjual boneka-boneka dan pernak-pernik lucu. Laki-laki yang lebih tua darinya itu mengangguk.

"Eh tuh coba pake," ujar laki-laki yang ada disamping Yeri, dia menunjuk sebuah bandana yang berbentuk telinga kucing. Yeri mencoba mengenakannya.

"Ihh lucu haha," tawa laki-laki itu.

Yeri mengambil bandana berbentuk telinga singa dan memakaikannya pada laki-laki itu, "Makin macho kalo gini haha,"

"Yeee ngeselin, eh si nada udah tau belum?"

Yeri menggeleng, "Belum,"

"Biarin aja, nanti juga tau sendiri," ujar Kun.

"Heéh, tapi males diejekin huhhh…" Dengus Yeri karena dia tau kalo sampe bala echan tau pasti jadi bahan ejekan, apalagi dia baru saja jadian dengan anggota BEM Fakultas Kedokteran Gigi itu yang kebanyakan pasti ngefans sama Kun.

"Emang dari dulu bawel si biarin aja, ya udah yuk makan," ajak Kun, Yeri meletakkan kembali bandananya dan bandana yang dipakai Kun. Lalu Kun menggandeng tangan kanan Yeri yang statusnya kini sebagai pacar baru. Biasa masih anget-anget belum ada bentrokan batin dan pikiran jadi ya manis gitu, semoga tidak hanya manis di bibir saja.

Sebenarnya Kun sudah lama mengincar Yeri sejak awal ketemu pas waktu ospek Institut, Yeri tidak sengaja menabrak Kun saat laki-laki itu menertibkan mahasiswa yang ingin beristirahat. Sejak saat itu mereka mulai dekat, Kun mendapatkan id line Yeri dari Jaehwan. Jaehwan adalah tetangga Yeri yang kini juga menjadi kakak tingkatnya di Institut yang sering sekali pergi nongkrong bersama Kun dan temannya yang lain.

Kun melajukan mobilnya keluar dari tempat parkir supermarket, Yeri meminta untuk makan diluar saja. Tanpa sengaja mereka makan ditempat yang sama dengan Jeno dan Viona, tapi Yeri dan Kun belum juga tersadar dengan keberadaan mereka.

Viona merotasikan pandangannya, matanya menangkap seseorang yang tak asing, "Jen jen itu bukannya yeri?"

Jeno mengikuti arah telunjuk Viona, "Eh iya, siapa itu yang cowo?" Jeno mengernyitkan dahi karena Kun duduk membelakangi meja mereka.

"Bentar-bentar dari fisiknya sih kayak nggak asing,"

Yeri yang sedang asik mengobrol dengan Kun nggak sengaja menangkap mata Viona.

"Mampus…" Gumam Yeri, matanya masih fokus pada Viona yang kini sudah menunjuk-nunjuk seperti sedang memergoki.

"Kenapa dek?" Tanya Kun.

Yeri menurunkan senyumannya, "Kepergok vio sama jeno kak huhu…"

Kun yang masih belum tau meja Viona dan Jeno, dia pun memutar duduknya. Setelah menangkap dua orang yang masih menatap ke arah mejanya, dia pun tersenyum.

Viona memfokuskan penglihatannya seperti mengatakan 'Gue tunggu lo cerita' setelah itu berpaling ke pelayan yang sedang menata pesanan Jeno di meja.

Yeri mengusap wajahnya, "Huft kayaknya aku harus cerita,"

"Ya udah nanti aku yang bilang ke nada aja, itu yang cowo kayaknya kemarin daftar keanggotaan deh, dari fakultas kg juga kalo nggak salah," ujar Kun mengingat-ingat adik tingkatnya itu.

"Iya kak, dia ikut recuitmen kemarin tapi aku curiga mereka kok bisa dinner bareng, tapi kayaknya belum jadian deh,"

"Udah biarin aja, nanti juga bakalan cerita, tuh makanannya udah dateng cepet dimakan biar gembul kayak si nada," ujar Kun sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Yeri mengangguk semangat.

♥♥♥♥♥

Nada terdiam kaku di depan pintu kos dengan pakaian baby doll, awalnya dia ingin keluar membeli snack untuk dibawa pulang sekalian mau terus pulang karena sebentar lagi teman-temannya bakalan ngumpul dirumahnya, tapi tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari mobil.

'Kenapa bisa ketepatan gini sih,' batin Nada.

Vernon berjalan mendekat, "Hai nad,"

"Ngapain kak?" Tanya Nada, dia mencoba untuk berbicara biasa saja.

Kini Vernon tepat berdiri beberapa centi didepan Nada, "Nad aku pengen ngomong sama kamu,"

Nada menghembuskan nafas frustasi. Masalahnya pikirannya saat ini sedang campur aduk, apalagi dengan perasaannya.

Nada sebisa mungkin meredam semuanya, "Emm kak lain kali aja ya soalnya gu-gue mau pulang," Vernon mencegah saat Nada ingin beranjak.

"Please aku minta maaf, itu bukan kemauan aku buat pergi, dengerin dulu nad," mohon Vernon.

"Kak itu dulu, sekarang ya sekarang, yang udah ya udah," ujar Nada pada akhirnya, kelihatan sok tegar aja padahal batin mah udah nyesek. Untung aja kosan lagi sepi karena banyak yang nugas keluar jadi Nada tidak perlu khawatir perseteruannya didengar.

Vernon tetap kekeuh tidak mau pergi, sebenarnya alasan dia pergi ke New York itu karena orang tuanya yang menyuruh dia untuk pulang bukan maksud Vernon meninggalkan Nada, tapi dia begitu karena takut kalo kehidupan Nada diusik oleh suruhan orang tuanya soalnya orang tua Vernon tidak menyetujui kedekatan mereka, sedangkan Nada tidak tau apa-apa mengenai itu semua.

Vernon tidak pernah bercerita pada Nada, dia nggak mau sampai Nada kepikiran. Sebenarnya niatnya baik tapi caranya salah dengan meninggalkan begitu saja bahkan Vernon sempat marah saat dibandara karena Nada tidak mau melepaskan genggamannya dan berakhir Nada murka.

"Nad kamu harus dengerin dulu penjelasan aku, itu semua kemauan mami bukan aku, mami nyuruh aku buat pulang kalo nggak kamu bakalan diusik sama suruhannya," Nada yang mendengar itu seketika melemah.

"Kenapa nggak bilang dari dulu? Kenapa baru bilang sekarang? Emang kamu bisa ngerubah perasaan?" Nada menahan diri agar air matanya tidak luruh.

Vernon menatap sendu tepat di manik mata gadis didepannya, "Aku takut nad, aku takut kalo kamu diapa-apain makanya aku nurut sama mami buat nggak ngehubungi kamu,"

Nada menghela nafas berat, "Kalo emang orang tua kamu nggak setuju kenapa kamu balik kesini? Mau mengulangi rasa sakit aku lagi?" Nada memberanikan diri untuk menatap tajam ke mata Vernon.

Vernon menggeleng cepat, "Nggak, nggak gitu, aku pengen kita balikan kayak dulu makanya aku balik ke indo,"

"Tapi sekarang udah beda kak, aku nggak mau tiba-tiba mami kamu dateng dan ngebawa kamu balik, setelah itu lagi-lagi aku yang harus sakit," Nada sudah tidak bisa membendung tangisannya, dia terisak. Saat Vernon ingin menyeka pipinya, Nada memalingkan wajahnya lalu menyeka air matanya kasar.

"Aku minta maaf nad," suara Vernon melemah saat melihat gadis di depannya sudah sangat terisak.

"Me-mendingan hiks, ka-kak vernon per-gi aja hiks…" Vernon akhirnya mengalah, dia mengusap pelan pucuk kepala Nada yang sedang menunduk. Lalu Vernon pergi meninggalkan halaman kos.

Tiba-tiba muncul motor Ninja, seseorang yang mengendarai motor itu segera turun dan bergegas menuju seorang gadis yang kini telah terduduk, kakinya melemah saat Vernon mulai pergi.

"Nad lo nggak papa?" Jaemin membantu Nada berdiri, lalu laki-laki itu merengkuh kepala sang gadis.

Cukup lumayan lama mereka diposisi itu sampai Nada benar-benar tenang. Nada mengangkat kepalanya dari bahu Jaemin dan menyeka air matanya.

"Hngggg maaf jadi basah bajunya," ujar Nada masih menunduk.

Jaemin berdecak, "Masih aja bisa ngelawak padahal udah bengek kayak gini,"

"Ya salah lu sendiri, ngapain tiba-tiba dateng,"

"Kalo gue nggak dateng, lu bakalan guling-guling nangis kejer dihalaman,"

"Yeee sialan lu, terus lu ngapain kesini?" Tanya Nada sambil membenahkan rambutnya.

"Katanya mau ngumpul, ya gue jemput lu lah," jawab Jaemin seadanya.

"Gue kan mau balik ke rumah sendiri pake motor gimana ceritanya lu malah jemput gue,"

"Ya nggak papa dong, dari pada lu nanti kalo pulang sendiri tiba-tiba kena begal dijalan kan nggak ada yang tau,"

"Ngacooo hendraaa…"

"Ya udah si tinggal jalan aja susah amat, gue mumpung baik ini apalagi muka lo udah kucel gitu makin malu-maluin kalo bawa motor sendiri,"

Nada menjenggut kepala Jaemin, "Apa hubungannya bego, gue bisa pake helm juga,"

"Bawelll cepetan gih," Jaemin berjalan menuju motornya.

Nada yang sebenarnya masih kesal tapi juga seneng karena bisa dihibur walaupun cara hiburnya dengan membuat semakin kesal, dia pun menurut dan mengikuti Jaemin.

Nada tidak jadi membeli snack, palingan di rumah juga udah disediain banyak makanan, kan keluarga Virendra kalo kedatangan tamu sama aja kayak lagi syukuran, semua ada dan prasmanan tentunya.

Perjalanan menuju rumah Nada tidak memakan waktu yang lama, apalagi dari kosan sampai rumah antara Jaemin dan Nada tidak ada pembicaraan. Jaemin tau gadis yang kini sedang turun dari motornya itu sedang larut dalam kesedihan, beberapa kali dia melirik lewat kaca spionnya kalau Nada sedang melamun. Jaemin juga tidak mau ikut campur dalam permasalahan mereka, yang dia tau kalau laki-laki yang meninggalkan halaman kosan Nada itu adalah mantannya, hanya itu dia tidak berminat untuk lebih tau lagi.

Mereka memasuki rumah sebesar gedung milik keluarga Virendra, Nada memperlihatkan senyumannya saat Chenle meneriakinya.

"Yuhuuuuu musuh bebuyutan pulangggg…" Teriak Chenle lalu segera berhenti saat melihat sosok laki-laki yang ada dibelakang kakaknya.

"Widihhh udah berani bawa mas pacar aja lu kak," lanjutnya.

Nada mencubit lengan adiknya, "Sembarangan kalo ngomong,"

"Namanya siapa bang?" Tanya Chenle pada Jaemin yang kini tersenyum lega karena Nada cepat merubah moodnya saat bersama adiknya.

"Mahendra," sahut Jaemin.

"Alah bulshit, jaemin eta sok-sokan mahendra, kebagusan huuu…" Ledek Nada.

"Sirik tanda tak mampu,"

"Ya udah bang ayok ikut lele ke taman belakang," Chenle menarik tangan Jaemin.

"Kok lele sih, kenapa nggak ikan patin sekalian," celetuk Jaemin. Mereka berdua berjalan menuju taman belakang sedangkan Nada menyiapkan minuman, sebentar lagi pasti teman-temannya datang kayak orang mau demo, Nada sudah mengirim share loc digrup tadi Renjun sama Woojin izin nggak ikut ngumpul katanya ada kerja kelompok dan Jeno juga ikutan izin katanya ada keperluan. Iya keperluan sama Viona lebih tepatnya.

"Jangan dong bang nanti jadi patin shidqia repot nyanyi," sahut Chenle asal.

Jaemin merangkul pundak Chenle gemas, "Yeeee sama aja ngelawak kayak kakaknya,"

"Bedanya chenle lebih pinter,"

Bala-bala Haechan mulai koar-koar di depan rumah Nada, bahkan Hyunjin dan Lucas sampe melongo liat halaman rumah Nada.

"Jangan katrok lu berdua," Felix menyikut lengan Hyunjin.

"Oh baik tuan muda," ujar Hyunjin dan Lucas bersamaan, mereka malah kompak menundukkan kepala.

Nada membuka pintu mempersilahkan teman-temannya untuk masuk. Karena Yoona dan Siwon ada kerja diluar kota dan bakalan pulang lusa, jadi rumah Nada free makanya dia menyuruh Yeri dan Suhyun menginap mumpung besok mereka ada kelas agak siangan.

Sebenarnya sih nggak masalah teman laki-lakinya menginap lagi pula ada Chenle juga, tapi Nada belum siap aja ketemu lama-lama sama Jaemin karena kejadian akhir-akhir ini dan laki-laki itu tau betul sebagian dari kisah cintanya yang sudah lama kandas namun sekarang menggantung antara kembali atau pergi.