webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · SF
レビュー数が足りません
56 Chs

13. Sabda Perindu Lautan

"Sabda perindu lautan, dia yang terbayang ditengah-tengah gelombang dibawah sinar rembulan"-Yerim Alriza Khanza

.

.

Seperti kata bala-bala Haechan tiga hari yang lalu, mereka kini tengah bersiap untuk pergi camp di pantai. Tanpa menyiapkan apapun karena semua sudah ditanggung oleh tuan muda Gabriel, mereka pun semakin semangat.

Mereka berkumpul dirumah Viona, karena lebih terjangkau dan biasanya rumah Viona juga tempat nongkrong teman-teman abangnya, jadi bunda Sooyoung sudah biasa kalau rumahnya dijadikan teman perkumpulan para remaja.

"Chat grup gih biar cepet ngumpul," ujar Nada menyuruh Viona.

Viona memberitahu sahabat-sahabatnya yang belum berkumpul lewat pesan teks pada room chat group di line.

Akhirnya Lucas, Hyunjin, dan Felix yang datang terakhir. Mereka berjumlah 15 orang karena Haechan mengajak pacarnya, maka dibagi menjadi tiga mobil, diantaranya mobil pertama milik Jeno yaitu Jaemin, Nada, dan Viona. Viona ikut mobil Jeno, ya karena Jeno sendirilah yang mengusulkannya. Mobil kedua milik Felix yang berisi Hyunjin, Haechan, Somi, dan Suhyun. Sedangkan mobil terakhir milik Mark yang berisi Yeri, Yangyang, Woojin, Renjun, dan Lucas. Mumpung mobil Mark muat banyak sedangkan mobil Jeno hanya memuat empat orang saja.

Yeri yang telah mengenal dekat Mark, dia mengusulkan ikut mobil Mark daripada Suhyun nanti suasananya jadi canggung, apalagi Suhyun belum begitu akrab dengan Yangyang, Woojin, Lucas, Renjun, dan Mark karena mereka berbeda kelas.

"Gue depan apa lo yang depan?" Tanya Jaemin.

"Hah? Gue sama gembul aja ya hehe," sahut Viona sambil meringis, Jaemin pun mengangguk lalu memasuki mobil.

"Ya udah yuk," ajak Nada.

Di perjalanan menuju pantai, hanya mobil Felix dan Mark yang ramai biasalah anggotanya para bacotable kalo Somi sama Suhyun mah cuma dengerin musik lewat headset bluetooth karena males dengerin mereka ngoceh nggak jelas. Sesekali Haechan mencolek-colek pipi Somi yang tengah menyandarkan kepalanya dibahu Haechan. Sedangkan Suhyun menolehkan kepalanya kearah jendela sambil memejamkan mata.

Di mobil Mark sama rusuhnya, apalagi saat Woojin mulai membanyol nggak jelas dan ditimpali Lucas yang lain hanya tertawa, terutama Mark yang sedang menyetir dia bahkan tertawa terbahak-bahak, sedangkan Renjun sendiri hanya mampu mengumpat dalam hati sambil memejamkan matanya dan berpindah ke alam mimpi.

Kalau dimobil Jeno hanya terdengar suara musik dari speaker, tanpa ada yang ingin mengobrol. Rasanya canggung karena Nada yang masih tidak percaya minggu depan dia harus pergi ngedate bareng Jaemin, sedangkan Viona dia memilih membaca novel yang dia pinjam waktu itu bersama Jeno dan harus dikembalikan pada hari selasa nanti, dia berencana pergi kesana bersama Jisung kalau Jeno tidak mengajaknya. Dia kan gengsi kalau harus mengajak Jeno terlebih dahulu.

Jaemin, dia sedang asik push rank dengan Hyunjin dan Yangyang. Dalam keadaan begini dia mana peduli, lebih baik menghibur diri sendiri dari pada tercekat dalam keadaan canggung. Sedangkan Jeno sesekali melirik Viona melewati kaca yang dia pasang ditengah-tengah, laki-laki ikut tersenyum saat Viona asik membaca dan terkekeh karena cerita dalam novelnya.

Nada mendengus kesal dengan keadaan canggung di mobil itu, "Ya ampun kalian tuh emang nggak sumpek sama keadaan canggung kek gini,"

Viona pun menengok ke arah sahabatnya, "Hah? Perasaan kagak ada yang canggung mbul,"

"He'eh," timpal Jaemin.

"Ckk nggak asik lu pada, itu lagi pake push rank, satunya lagi cuma lirik-lirik dari kaca, yang dilirik malah asik baca," Jeno yang kepergok segera memalingkan pandangannya menatap lurus ke jalanan. Viona yang masih tidak paham, dia hanya mengerutkan dahi.

"Tuhhhh jeno dari tadi ngelihatin elu dari kaca," ujar Nada sambil menunjuk kaca yang ada ditengah-tengah.

"Eyyy jadian aja udah," goda Jaemin, Jeno yang salah tingkah menggeplak kepala belakang Jaemin.

"Bacott lu berdua," gerutu Viona sambil menatap tajam Nada.

"Ya kan gue niatnya cuma memberi tahu jika kalau mas anandra ini sedang memerhatikan mba anatasyia, bukannya gimana gimana maemunahhhh," sahut Nada nyolot.

"Yeee bakpao nggak usah nyolot juga lu," Viona menarik pipi gembul Nada hingga memerah, Nada menggigit tangan kiri Viona.

"Akhhh sialan lu," pekik Viona.

"Mampus," ketus Nada sambil mengusap-usap pipinya.

"Hehhh kutil diem!! Gue lagi fokus." Gerutu Jaemin. Jeno hanya diam saja fokus pada jalanan, dia tidak menggubris pertikaian teman-temannya.

"Ganggu halu world gue lu berdua," sungut Viona lalu beralih pada novelnya lagi, padahal pikirannya kini sedang aktif memikirkan ucapan Nada tentang Jeno yang diam-diam memperhatikannya lewat kaca mobil.

♥♥♥♥♥

Hamparan lautan yang membentang luas dan hembusan angin yang sejuk, Viona membentangkan tangannya lebar-lebar agar dapat merasakan aroma laut dan tamparan angin segar. Walaupun kini matahari berada ditengah-tengah kepala, bukan Viona kalau dia takut kepanasan. Dia tadi berlari sendirian menuju pinggir pantai begitu sampai, meninggalkan teman-temannya yang ingin membuat tenda.

Cekrek. Lagi-lagi Jeno mengabadikan gadis itu yang tengah asik menatap lautan.

Jeno puas dengan hasil bidikannya lalu menghampiri Viona, Jeno menepuk pundak sang gadis.

"Segitu excited ya liat pantai haha," ujar Jeno terkekeh dengan kedua eye smilenya, Viona yang memiliki suasana hati sangat baik dia pun tersenyum senang memperlihatkan dimplenya sambil mengangguk-angguk lucu.

"Dihhh gemesin lu," celetuk Jeno sepasang matanya masih tidak lepas dari senyuman gadis itu, secandu itu kah senyuman seorang Anatasyia.

"Jangan liatin gue mulu nanti diabetes haha, tuh indah banget lautnya," Jeno terkekeh saat Viona menolehkan kepalanya agar fokus ke depan. Ya gimana sih kalo lama-lama diliatin sama eye smile Anandra Jeno apa tidak berdebar-debar jantungnya. Gini-gini Viona sedang menahan diri agar tidak salah tingkah di depan laki-laki bertubuh kekar itu.

"Woyyy tuyul!! Pacaran mulu lo berdua, sini woy bantuin atuh!!" Teriak Haechan.

'Manusia purba satu itu ngrusak suasana hati gue aja anjim…' Batin Viona. Viona mendengus dari segera mengajak Jeno untuk bergabung bersama yang lainnya.

Malam harinya suasana begitu tenang, terdengar deburan ombak disertai candaan siapa lagi kalau bukan Haechan, Hyunjin, Jaemin, Lucas, dan Woojin. Somi yang notabennya pacar seorang Rifaul yang nggak pernah bisa diem, gadis itu pasrah saja saat Haechan mulai berlagak sok-sokan seperti ketua geng. Kalau Mark dan Yeri mereka tim ngakak aja udah, apalagi Mark sampe jungkel-jungkel, duh untung bule ganteng. Suhyun, Nada, dan Yangyang mah asik bakar jagung sambil sesekali terkekeh haha hihi mendengar banyolan Lucas.

Sedangkan Renjun, Jeno, dan Viona menyiapkan barbeque. Jeno yang menyiapkan panggangan, Renjun menyiapkan saus barbeque, dan Viona yang mengiris daging dan sayurannya. Mereka bertiga agak jauh dari teman-temannya karena angin yang berhembus agak kencang itu bisa-bisa dagingnya tidak matang. Kalau untuk bakar-bakar jagung mereka membuat api unggun kecil-kecilan dan diselingi permainan gitar dari Jaemin.

"Vi nih sausnya," ujar Renjun memberikan saus barbeque yang baru saja selesai dia buat kepada Viona.

"Bantuin ini ya njun, masih kurang banyak soalnya tau sendiri echan woojin memble makannya kek gimana," sahut Viona lalu memberikan pisau lain ke Renjun.

"Nggak inget temen mereka kalo sama makanan,"

"Nah itu makanya perut udah kek babi semua," celetuk Viona.

"Hahaha ikan buntal juga,"

Jeno menatap ke arah Viona dan Renjun yang malah asik ngobrol bareng sambil tertawa, Jeno agaknya kurang suka dengan kedekatan mereka berdua. Tapi harus bagaimana lagi, dia hanya mampu mendengus kesal saat Viona begitu bahagianya mendengar lelucon Renjun sampai-sampai senyuman Viona tidak luluh dari wajahnya.

"Ekhemm…udah selesai nih panggangannya," ucap Jeno namun dengan pandangan yang datar tidak tertarik dengan obrolan asik Renjun dan Viona.

"O-oh gue kesana dulu ya njun, itu tinggal dikit potongin aja sekalian," ucap Viona, gadis itu merasa agak aneh melihat perubahan wajah Jeno. Padahal sebelumnya yang menyarankan membuat barbeque Jeno sendiri.

"Nih," Viona memberikan sepiring daging dan sayuran yang sudah ditusuk-tusuk seperti sate, tapi tatapan Viona hanya mengarah ke raut wajah Jeno yang sedikit lesu.

"Are you okey jen?" Tanya Viona dengan suara pelan, gadis itu menggigit bibir bawahnya, takut kalau dia ada salah sama Jeno.

Jeno memalingkan wajahnya ke arah Viona saat gadis itu mulai menanyakan keadaannya, yang sebelumnya Jeno tidak mau menatap hanya mengambil piring dari tangan Viona saja.

Jeno tersenyum tipis, "Why? I'am okey hehe," setelah itu beralih pada panggangan.

Viona tetap menatap Jeno sambil memiringkan kepalanya karena Jeno telah fokus lagi pada panggangan.

"Heh kenapa sih lu," ujar Jeno, dia memundurkan kepalanya karena terkejut Viona menatapnya terus-terusan.

Viona tersenyum memperlihatkan dimple dan matanya yang sipit, "Hehehe gue kira lu marah,"

"Sini gue bantuin," Viona merebut penjepit panggangan dari Jeno. Jeno yang masih sedikit terkejut karena tingkah Viona, dia hanya menggelengkan kepala lalu mengambil penjepit lainnya.

"Emang muka gue kelihatan marah apa?" Tanya Jeno tatapannya kembali fokus pada daging yang sudah ada di atas panggangan.

"Hmm? Itu tuh keliatan murung," Viona menunjuk-nunjuk kerutan yang ada di dahi Jeno, laki-laki itu tersenyum tipis.

"Idihhh sok tau amat, ini gara-gara panas dari panggangan tau, huuu…" Jeno menoyor pelan dahi Viona. Gadis itu melotot lalu berdecak, setelah itu fokus membolak-balikkan daging.

Renjun datang dengan sisa daging yang sudah dia potongi, "Nih,"

"Thanks njun, taruh situ dulu," ucap Viona, Renjun hanya menurut.

"Mau gue bantuin manggang?"

"Enggak usah njun, lu sebaiknya nyiapin es campur aja," sahut Jeno diikuti anggukan Viona.

"Iya njun, biar cepet selesai," timpal Viona. Sebenarnya Renjun tidak mau meninggalkan tempat panggangan karena dia tau betul Jeno ingin sekali dekat dengan gadis berambut sebahu itu, tapi kali ini dia hanya menurut saja. Dia berlalu meninggalkan tempat panggangan setelah mengiyakan ucapan Viona.

Sepertinya sedang ada serangan psikis antara kedua laki-laki itu, tanpa sepengetahuan sang gadis.

"Vi gue ada satu bait sajak buat lu nih," ujar Jeno, tangannya masih sibuk mengipasi pemanggang.

"Hah, apa?" sahut Viona semangat, Jeno terkekeh melihat raut bahagia di wajah Viona.

"Manusia bagai paras indah gemerlap bintang yang terpantul di lautan, mengabrasi butir-butir moral cinta akan semesta, menampakkan kegembiraan berpacu pada gelombang ombak, dan bersemayam pada sabda perindu lautan." Ucap Jeno bersyair sambil menahan tawanya.

"Duhhh cringe amat dah hahaha," lanjutnya.

Prok prok prok. Viona bertepuk tangan senang, "Gue contek okey,"

"Yeee dasar, beda sama yang rhyme professionals mah,"

"Elu dong yang rhyme professionals, gue mah masih dalam tahap pembelajaran, mohon bantuannya ya kak," Viona menunduk seperti ala-ala berguru kepada Jeno. Jeno tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku menggemaskan dari gadis di depannya.

"Woyyy tuyul lama amat dah, cacing di perut gue minta asupan nihhh," seru Haechan berjalan tergesa-gesa, dia sudah sangat lapar menunggu barbeque tidak kunjung datang.

"Tuyal tuyul palalu gue betot sini, makanya bantuin jangan cuma haha hehe mulu," sungut Viona lalu melemparkan penjepitnya ke Haechan.

"Vi tolong bantuin masukin es campurnya ke gelas dong," ujar Renjun yang sudah kembali dengan semangkuk besar es campur.

"Siappp…" Viona berlari ke arah Renjun.

Kini es campur dan barbeque telah siap dihidangkan untuk para manusia-manusia kelaparan, satu persatu mulai berdatangan. Nada, Yangyang, dan Suhyun juga membawa jagung hasil bakarannya. Mereka menyiapkannya di atas satu karpet besar yang sudah ditata Felix menjauh dari api unggun, mereka duduk melingkari makanan dan minuman.

Lesehan lebih nikmat apalagi makan bersama teman-temannya ditemani alunan musik dari sound system Felix. Semua fasilitas ditanggung tuan muda Felix yang lain mah tinggal menikmati saja.

Line

Line

Line

"Aelah ini bocil ganggu aja dah," sungut Viona saat mendengar notifikasi line dari adiknya.

"Busukkk bocillll," gerutu Viona. Gadis itu kesal karena Jisung mau meminjam laptopnya sedangkan biasanya anak itu mengembalikan laptop dalam keadaan ngeblank makanya dia marah-marah sama adiknya, apalagi Jisung akan membanting earpods Viona jika tidak dipinjami. Akhirnya Viona mengalah.

"Kalo sama adek tuh yang akur nggak boleh saling ngumpat," celetuk Nada.

"Mba silahkan ngaca di air laut kalo kagak punya kaca, sendirinya juga kayak maen dihutan kalo ngomong sama chenle huuu,"

"Ho'oh, gue juga sering diteriaki padahal gue ngomongnya kalem nggak pake urat," sahut Jaemin.

"Apa lo nggak usah ikutan hendra," ketus Nada.

"Tuh liat tuh monyong-monyong bibirnya dikira bagus apa," goda Jaemin sambil menunjuk-nunjuk bibir Nada yang mengerucut karena kesal.

"Yeee minta di betot kepalanya ni bocah," Nada bersiap menarik kepala Jaemin, tapi tidak sampai karena Jaemin sudah berpindah dekat Jeno dan Mark dengan sigap.

Haechan yang makannya kayak orang kelaparan karena tiga hari nggak makan, mendapat cubitan dari Somi saat Haechan ingin mengambil lagi satu centong nasi untuk yang ke empat kalinya.

"Udah atuh be, perut kamu makin bantet nanti ahhh…" sungut Somi.

"Bantet tapi kamu suka cubitin gitu," sahut Haechan tetap mengambil nasi.

"Sabar ya som, biasalah kebiasaan dari desanya kebawa sampe kota jadi gitu," sahut Yeri.

"Iya yer emang kebangeten si echan, nggak ada enak-enaknya di pandang kalo lagi makan,"

"Emang si babi suka malu-maluin," ujar Hyunjin.

"Hai ayahnya babi," sahut Haechan nggak mau kalah soalnya Hyunjin juga sudah mengambil nasi untuk yang ketiga kalinya.

Setelah selesai makan Yeri, Suhyun, Nada, Yangyang, dan Lucas membersihkan sisa makanan karena mereka kalah hompimpa. Akhirnya mau tidak mau ya harus mau kalau nggak mereka bakal tidur diluar. Yang lainnya kembali membuat lingkaran dekat api unggun yang kini semakin membesar karena Woojin dan Jaemin menambahkan kayu bakar.

Jeno menggenjreng gitar milik Jaemin, diiringi alunan suara Mark, Jaemin, dan Viona yang menyanyikan lagu It's You milik penyanyi Ali Gatie. Renjun dan Jaemin hanya sebagai penikmat sambil push rank.

Karena hari semakin petang dan kini sudah menunjukkan pukul 11.35 p.m. Ke empat belas mahasiswa itu memiliki ide untuk paranormal experience, ya bercerita tentang horor padahal Nada dan Suhyun penakut. Nada dari tadi sudah mendekatkan tubuhnya ke Viona, sedangkan Suhyun sudah memeluk Yeri. Beda dengan Viona dan Yeri, mereka begitu semangat saat Lucas memulai cerita.

"Okey i'm started," ujar Lucas dengan suara beratnya. Nada dan Suhyun mulai memejamkan mata dan menutup telinga.

"Bacot doang yang digedein huuu," Jaemin yang ada disebelah kirinya menoyor kepala Nada.

"Diem lu, vi jangan jauh-jauh napa," sungut Nada saat Viona menggerakkan tubuhnya untuk mengambil segelas es campur yang masih tersisa.

Viona menjauhkan tubuh Nada ke arah laki-laki disebelahnya, "Tuh sama si hendra aja,"

Nada melotot sambil menunjukkan kepalan tangannya.

"Silent please! Ini nggak mulai-mulai dari tadi gara-gara kalian nggak bisa diem!!" seru Felix.

"BODO!!" Teriak Nada.

"Sssttt ssstt…gue dulu pernah kejadian ketemu cewe cantik banget dipinggir pantai, rambutnya panjang, kulitnya putih, dan tubuhnya tinggi kurus, pokoknya tipe ideal semua kalangan pria," ujar Lucas memulai cerita.

"Putri indonesia lagi mantai paling," celetuk Renjun sambil menggigit jagung bakar.

"Serius bahlul, ini timingnya udah serem malah ngelawak," sahut Haechan menoyor kepala Renjun sampai laki-laki itu tersungkur.

"Positif thinking aja kenapa si," dengus Renjun lalu menggeser duduknya takut kena toyor Haechan lagi.

"Karena naluri cowo gue kuat, jadi gue deketin, pelan-pelan pelan-pelan …" Lucas menggantungkan ceritanya, Nada dan Suhyun sudah mendelik dan merangkul Viona dan Yeri, Yeri sesekali menoyor kepala Suhyun karena gadis itu menggigit bahunya, sedangkan Viona hanya pasrah saja saat Nada mulai meremas lengannya.

"Semakin deket dan semakin deket lagi gue sampe dibelakangnya," Semua orang terfokus pada Lucas, kecuali Renjun yang tidak ada niatan mendengarkan.

"Cewe itu, lu tau kaga siapa?" Tanya Lucas.

"Siapa?" Tanya Haechan balik, dia sepertinya mulai menganggap serius cerita horor laki-laki bertubuh jangkung itu.

"Pasti keluarga lo," jawab asal Woojin.

"Tepat sekali itu sepupu gue hehe," Lucas meringis tanpa dosa padahal Haechan udah ngamuk-ngamuk karena dia udah tegang kalo yang diceritain itu beneran hantu. Yang lain mah cuma bisa elus dada sambil mengumpat.

"Ckckck seorang lucas kamu percaya be," gumam Somi yang dari tadi menyenderkan kepalanya dibahu Haechan.

"Yeee anto kutu kupret," ketus Nada, gadis itu memposisikan kembali duduk dengan tegap seperti tidak ada apa-apa padahal sebelumnya mah udah mewek-mewek pengen tidur di tenda. Dasar anaknya Virendra.

Malam itu diakhiri dengan tawa dan candaan tak lupa teriakan dari Nada dan Suhyun karena sering kali para cowo menakut-nakuti, setelah itu satu demi satu mulai memasuki tenda karena sudah sangat mengantuk. Bahkan saat Lucas bercerita horor, Mark dan Yangyang sudah meringkuk tertidur alhasil mereka berdua dibiarkan tidur diluar, memang setega itu laki-anak laki-laki bala echan mah.

Viona memberikan dua selimut tipis kepada Jeno untuk menutupi tubuh mereka.

"Gue tidur sini aja deh nemenin mereka, tolong lo tambahin kayunya biar nggak begitu dingin," ujar Jeno.

"Seriusan tidur sini, bangunin ajalah mereka suruh masuk tenda," sahut Viona, Jeno hanya mengangguk.

"Ya udah gue ambilin selimut lagi buat lo," Viona berlalu untuk mengambil satu selimut lagi, dan segera keluar dari tenda untuk memberikannya pada Jeno.

"Ini beneran mau tidur diluar?" Tanya Viona yang masih ragu, pasalnya diluar sangat dingin meskipun Viona sudah menambahkan kayu pada api unggun.

Jeno mengangguk tersenyum, "Mereka udah ngorok tuh susah dibangunin, udah sana masuk,"

Akhirnya Viona mengalah, "Ya udah deh gue masuk, ati-ati kalo ada apa-apa langsung bangunin gue okey,"

"Iya siap, tenang nggak bakalan masuk angin kok haha,"

Viona terkekeh mendengar jawaban dari Jeno, dia pun pamit untuk memasuki tenda. Malam ini sungguh indah, bulan sabit terang benderang tanpa tertutup awan, meninggalkan suasana yang nyaman dengan kenangan yang indah pula. Gadis itu terlelap dengan wajah yang tenang dan pikiran yang teduh.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Tulisan_Pyycreators' thoughts