webnovel

Bab 1: Kehidupan Sederhana

Seorang gadis berparas cantik, elegan berjalan sambil bersenandung kecil memperlihatkan jika dirinya sedang merasa bahagia. Gadis bernama Keyla Arum atau sering di panggil Keyla berusia 26 tahun putri dari Ibu Rina dan Bapak Seno, hari ini ia resmi lulus dari Universitas Nasional Jakarta.

Bibirnya selalu memperlihatkan senyuman yang manis tidak pernah hilang. Ia akan memberi kabar bahagia ini kepada kedua orang tuanya. Karena usahanya telah berhasil untuk lulus kuliah, selain cantik Keyla juga termasuk siswi pandai di Universitas.

Tidak mungkin kalau ia sampai tidak lulus, setelah ia berjuang mati-matian belajar dan berusaha hingga menguras waktunya demi semua ini.

Keyla melangkah menyusuri trotoar jalan menuju ke tempat ibunya bekerja. Walaupun bukan dari kalangan orang kaya Keyla tetap merasa bersyukur kepada yang di atas karena ia masih bisa menikmati kehidupan dan kebahagiaan di dunia.

Langkah kaki Keyla berhenti tepat di depan sebuah restoran sederhana sederhana. Ibunya bekerja hanya sebagai tukang cuci piring, tetapi tidak membuat dirinya merasa malu. Setelah kedua orang tuanya berhasil membuat dirinya seperti ini sekarang, karena kesederhanaan tidak selamanya menyedihkan.

Keyla berjalan masuk menuju restoran sederhana itu, tetapi saat ia akan membuka pintu itu tiba-tiba pintu lebih dulu terbuka, hingga membuat kening Keyla terluka akibat benturan dengan pintu kaca restoran itu.

Seorang pria bertubuh tinggi baru saja keluar dari dalam restoran. Raut wajahnya seketika berubah saat dirinya tidak sengaja membuka pintu hingga mengenai seseorang dari balik pintu tersebut.

"Kau tidak apa-apa kan?" tanya pria itu dengan rasa bersalah.

Keyla yang semula menunduk karena merasakan nyeri pada keningnya kini menatap kearah pria itu. Ia merasa terpukau dengan ketampanan pria yang berdiri di depannya itu. Hingga ia tersadar dan mengalihkan pandangan matanya ke arah lain.

"Astagfirullah," ucap Keyla.

"Hey ... Kau tidak apa-apa kan?" tanya Pria itu lagi.

"Ah ... Iy-iya aku baik-baik saja," balas Keyla sedikit gugup.

Baru pertama kali Keyla berbicara dengan lawan jenis membuat ia merasa takut dan gugup. Kedua orang tua Keyla tidak ingin putrinya mengenal pria sembarang, maka dari itu ia akan selalu menjaga jarak dengan seorang pria.

"Maaf aku tidak sengaja karena terburu-buru jadi tidak melihatmu," ucap Pria itu dengan nada lembut sambil tersenyum.

Keyla semakin di buat gugup saat melihat senyum pria ini. "Tidak apa," jawab Keyla menunduk.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu, sekali lagi maaf," ucapnya melenggang pergi.

Keyla berjalan masuk menemui sang Ibu, mencari sekeliling ruangan. Namun, tidak menemukan ibunya, hingga seorang pelayan datang mendekati Keyla yang masih terlihat kebingungan.

"Maaf mbak mencari siapa?" tanya seorang gadis yang menghampirinya.

"Em ... Apa Anda tahu dimana Ibuku?"

"Ah ... Bu Rina sudah pulang lebih awal, beliau terlihat tidak enak badan,"

Raut waja Keyla berubah khawatir mendengar kabar ini. "Astagfirullah, kalau begitu saya permisi mbak, terima kasih banyak," pamit Keyla berlari pulang.

Raut wajah Keyla yang semula ceria kini terlihat khawatir setelah mendengar hal itu. Ia berlari menuju ke jalan menunggu taksi lewat untuk mengantarnya hingga ke rumah.

Menunggu dengan gelisah. "Ibu," gumam Keyla mondar-mandir di pinggir jalan.

Taksi tidak kunjung datang sudah hampir 15 menit Keyla berada di jalan menunggu taksi, tetapi tidak ada satu kendaraan pun yang lewat. Berusaha sabar menunggu sebentar lagi keyla mencoba menghubungi Ayahnya. Namun, tidak ada jawaban Keyla bertambah khawatir tidak sabar untuk segera tiba di rumah memastikan keadaan sang Ibu.

Tidak lama terlihat taksi yang sedang melaju ke arahnya. Secepat mungkin Keyla menghentikan taksi tersebut dengan melambaikan tangannya.

Tepat taksi berhenti di depannya sesegera mungkin ia masuk kedalam. "Pak tolong antar saya ke Jalan Anggrek, Nomor 112. secepat mungkin,"pinta Senja pada sopir taksi tersebut.

Kini taksi mulai melaju meninggalkan tempat tadi. Rasa khawatir benar-benar mengganggu dirinya, tidak biasanya sang Ibu diam saja saat sakit. Tetapi, kali ini Ibunya diam tanpa memberi kabar padanya dan ia mendapatkan kabar ini dari orang lain.

Sedikit kecewa, tetapi lebih besar rasa khawatir itu dalam hati Keyla. Jarang yang agak jauh membuatnya harus bersabar menunggu hingga sampai ke rumah.

Dering handphone membuat Keyla terkejut saat sedang memikirkan keadaan Ibunya di rumah. Ia segera mengangkat panggilan itu yang tidak lain dari sang Ayah.

"Assalamualaikum, Ayah," ucap Keyla memberikan salam pada Ayahnya.

"Wa'alaikum salam, Nak, ada apa menghubungi Ayah?" tanya sang Ayah dari telepon.

"Ayah cepatlah pulang, Ibu sakit lagi, aku takut terjadi apa-apa padanya," lirih Keyla.

"Sakit, baiklah Ayah akan segera pulang Assalamualaikum," ucap Sang Ayah mematikan teleponnya.

"Wa'alaikum salam," jawab Keyla memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas.

Tepat saat mematikan telepon taksi berhenti di depan sebuah gang dimana rumah Keyla berada. Tidak lupa ia memberi ongkos pada supir taksi yang sudah mengantarnya sampai rumah dengan selamat.

"Terima kasih Pak," ucap Keyla, berlari secepat mungkin karena merasa khawatir pada Ibunya.

Napas terengah-engah karena lelah setelah berjalan dan berlari untuk menemui Ibunya. Tetapi, ia tidak perduli akan hal itu yang terpenting untuknya bisa bertemu sang ibu di rumah.

"Assalamualaikum Bu," ucap Keyla sambil membuka pintu sedikit kasar.

Tetapi, tidak ada jawaban hanya kesunyian yang menjawab salam darinya. Mata Keyla melihat sekeliling rumah yang ternyata kosong tidak ada seorang pun di dalam. Tanpa tanpa terlalu lama ia mencari keberadaan Ibunya di sekitar rumah.

Keyla bertambah khawatir. "Ibu," panggil Keyla sambil melihat seisi ruangan.

Ternyata Nihil orang yang Keyla cari tidak ada di dalam rumah. Tubuhnya lemas tidak tahu lagi harus mencari ibunya dimana. Matanya memerah menahan air mata yang akan menetes ia tidak ingin kehilangan ibunya, mengingat keadaan sang ibu yang memang sering sakit-sakitan.

"Ibu," lirih Keyla terduduk lemas di lantai.

Tidak lama pintu belakang rumah terbuka memperlihatkan sosok seorang wanita paruh baya yang berjalan ke arah Keyla.

"Key ... Kamu kenapa duduk di situ?" terdengar suara yang tidak asing di gendang telinga Keyla. Membuat ia segera menoleh ke sumber suara tersebut.

Terkejut itulah gambaran dari wajah Keyla. "Ibu ... Dari mana saja, aku mencari kemana-mana,tetapi tidak menemukanmu," lirihnya tidak bisa lagi menahan air mata yang ingin keluar.

"Kenapa menangis? Ibu hanya pergi ke taman belakang rumah untuk mencari udara di segar," jelas sang Ibu.

"Orang yang bekerja di restoran itu mengatakan kalau ibu sakit, jadi aku merasa khawatir pada, Ibu," Tangis Keyla pecah sambil memeluk erat tubuh Ibunya.

Rasa khawatir membuat ia melupakan segalanya. Ia hanya tidak ingin Ibunya kembali sakit seperti dulu lagi setelah berjuang melewati hidup dan mati. Keyla tidak akan membuat Ibunya merasa kelelahan lagi.

"Jangan menangis lagi ibu tidak apa-apa hanya lelah saja. Bagaimana kuliahmu apa kamu lulus?" tanya sang Ibu mengalihkan pembicaraan mereka.

"hem ... Aku lulus, Bu, sebenarnya aku ingin memberi tahu tentang hal ini pada Ibu tetapi, saat aku mendengar Ibu sakit aku jadi khawatir."

"Syukurlah kalau putri ibu sudah lulus kamu ingin bekerja dimana?"

"Nanti Keyla akan mencari pekerjaan dimana saja yang terpenting halal dan cukup,"

Di sela-sela obrolan Keyla bersama sang Ibu, terdengar suara motor di luar rumah. Dengan cepat mereka berjalan keluar menemui orang itu. Keyla sediri tidak sadar kalau sudah memberi tahu tentang keadaan Ibunya pada sang Ayah.

"Ayah, kenapa pulang ini masih siang?" tanya Ibu Keyla pada suaminya.

"Key, bilang tadi Ibu sakit jadi Ayah minta izin untuk pulang hari ini.

Bu Rina menggelengkan kepala melihat suami dan putrinya. "Aku tidak apa-apa kalian jangan khawatir, tubuhku hanya lelah tidak sakit," jelasnya.

Hah!

Ayah Keyla merasa lega melihat keadaan istrinya. Ia tidak perduli jika besok akan mendapatkan omelan dari bosnya yang terpenting sekarang itu keadaan keluarganya.

Rasa khawatir Keyla perlahan menghilang ia ingin memberikan kabar bahagia kepada orang tuanya.

"Ayah, hari ini Key lulus," ucap Keyla penuh rasa bahagia.

Sang Ayah melebarkan kedua matanya merasa terkejut dan bahagia mendengar kabar dari putrinya. Senyum Ayah Keyla mengembang memeluk erat tubuh putrinya.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa lulus Ayah bahagia mendengarnya." ucap sang Ayah di sela-sela pelukan mereka.

"Alhamdulillah, Key juga bahagia setelah berusaha dan berjuang akhirnya bisa lulus hari ini," jawab Keyla.

Pak Seno melepas pelukan pada putrinya. "Kamu ingin langsung bekerja atau istirahat dulu di rumah?" tanya sang Ayah.

"Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti," jawab Keyla sambil tersenyum.

Melihat kebahagiaan keluarga kecilnya membuat Ibu Rina melupakan rasa sakit yang ia derita agar tidak terlalu membuat mereka khawatir.

"Kalau begitu persiapkan semua lamaran pekerjaan mu, Ayah akan memasukkannya ke dalam kantor Ayah saat ini masih ada lowongan di sana," ucap sang Ayah.

Mata Keyla berbinar mendengarnya. "Benarkah, kalau begitu aku akan menyiapkan lamaran itu sekarang, tetapi semuanya belum lengkap Ayah,"

"Tenang, Ayah akan membantu putriku ini agar bisa di terima bekerja di sana,"

Keyla menganggu berjalan menuju kamar meninggalkan kedua orang tuanya di luar sana.