webnovel

Apologize To Love

Takahashi Shinsuke adalah seorang detektif berlisensi. Namun, dia memiliki rahasia yang bahkan dirinya sendiri pun tidak mengetahui rahasia semacam apa itu. Hanasaki Kenkyo masih belum delapan belas tahun ketika dinikahkan dengan Takahashi Shinsuke. Gadis kecil itu harus menikah demi menjalankam wasiat sang ayah yang telah meninggal dan demi menyelamatkan dirinya dari lilitan hutang. Tapi, tak Kenkyo duga bahwa suami yang jaraknya cukup jauh dari usianya itu, ternyata bukan seperti yang dipikirkannya. Rahasia suaminya sangat aneh. Shinsuke memiliki dunianya sendiri. Tidak ada yang bisa membawa dia kembali ke dunia nyata. Dunia yang terlihat olehnya, berbeda dengan dunia yang terlihat oleh Kenkyo. Bahkan ketika dia bertemu dengan kedua putra kembarnya pun, Shinsuke masih mengira mereka sebagai orang lain. *** Kenkyo ingin menyelamatkan keluarganya dari bayangan masa lalu. Oleh karena itulah, Kenkyo membawa keluarganya untuk tinggal di Indonesia. Kenkyo pikir merawat dua anak kembar itu tidak terlalu susah, meski Shinsuke tidak berkontribusi banyak. Namun, ternyata itu sangat sulit. Belum lagi dua anak kembar mereka yang terlibat pertengkaran hanya karena hal sepele. Ini adalah perjuangan Kenkyo dan dua anak kembarnya. Mereka bertiga bertekad untuk membawa Shinsuke kembali ke istri dan anak-anaknya. Dan beberapa masalah rumit yang dihadapi si kembar karena dia tidak dijaga oleh ayah mereka selama ini.

Mijun_123 · 都市
レビュー数が足りません
165 Chs

Sakit Hati

Kenkyo mendudukkan diri pada sofa, di samping guci, tersenyum-senyum karena mendengar suara wanita yang menjadi sandaran Kenkyo selama ini.

Sudah lama mertuanya tidak menelepon. Bukan hanya anak-anak yang rindu, Kenkyo sebagai menantu pun turut merasa begitu.

"Keadaan kami di sini baik-baik saja, Okaa-san. Tapi, cucu-cucu Anda membuat saya pusing akhir-akhir ini."

"Oh iya, di mana cucu-cucuku? Tumben Ken sama Kyo tidak ada suaranya. Mereka biasanya ribut kalau aku sedang menelpon kalian." Suara wanita tua dari seberang telepon. Dia adalah mertua Kenkyo, yang juga adalah nenek dari si kembar Kensuke dan Kyosuke.

Di seberang telepon, Nyonya Yukiko bisa mendengar menantunya menghela napas lelah.

"Mereka lagi kumat labil, Okaa-san. Sepertinya masalah perempuan. Ken sama Kyo suka pada satu perempuan yang sama, tetangga baru saya di sini." Kenkyo menjawab pertanyaan mertuanya secara lembut. Hanya wanita tua itu orang tua bagi Kenkyo.

Nyonya Yukiko terkekeh di seberang telepon. Tidak menyangka jika cucu-cucunya sudah mengenal rasa suka dan cinta. Nyonya Yukiko sepertinya ketinggalan banyak berita. Dia jadi ingin sekali segera datang ke Indonesia untuk bertemu cucu-cucunya yang tampan itu.

"Omong-omong ... gadis mana yang sudah berhasil membuat Takahashi's Twin galau?"

"Salah satu tetangga saya di sini, Okaa-san. Gadis itu dan keluarganya baru pindah kemarin, langsung masuk di sekolah si kembar. Kata Ken, gadis itu sekelas sama dia."

"Ah ... jadi seperti itu ternyata. Aku merasa jika baru kemarin aku mengganti popok mereka, tapi sekarang mereka sudah bisa meributkan tentang perempuan."

"Hahaha ... cucu-cucu Anda sekarang sudah beranjak remaja, Okaa-san." Kenkyo menyahuti sambil tertawa pelan.

Di seberang telepon, sepertinya Nyonya Yukiko juga sedang mengumbar tawa kecil. Mereka berdua memang mertua dan menantu yang kompak.

"Oh iya, mau berbicara dengan Ken atau Kyo dahulu, Okaa-san?"

"Kensuke dahulu, baru Kyosuke. Aku ingin berbicara sesuatu yang penting kepada Kyosuke nanti, jadi sekarang bicara pada Kensuke dulu saja." Nyonya Yukiko menjawab dari seberang telepon.

Kenkyo tak sadar mengangguk—lupa jika mertuanya di seberang telepon tidak bisa melihat. Kenkyo menjauhkan gagang telepon lantas berteriak memanggil satu putranya.

"Ken-chan, turunlah! Obaa-san mau berbicara padamu sekarang!"

Derap langkah tergesa menuruni tangga terdengar jelas di telinga sensitif Kyosuke. Dia saat ini meringkuk di dalam selimut, berusaha mengabaikan pekikan girang Kensuke ketika suara nenek mereka bertanya kabar.

Lampu kamar Kyosuke sudah mati, memberi sugesti pada orang luar bahwa bisa jadi dia tertidur lelap. Niat awal memang demikian jika semenit lalu dia tak acuh dengan dering telepon rumah—panggilan dari sang nenek di luar negeri.

Dari tadi, Kyosuke memang menyimak, dan mendapati Kensuke adalah yang ibu mereka panggil pertama membuat Kyosuke seketika tersedak ludah sendiri. Dia ingin tidur saja, tapi sekarang, mata Kyosuke justru menolak terpejam dan tangannya terkepal aktif memukul dada.

Sakit. Sakit sekali di dalam hatinya. Menjadi nomor dua ternyata tak enak sama sekali, batin Kyosuke.