webnovel

Apakah Putus Adalah Jalan Keluar?

Nalani dan Edgar sudah menjalin hubungan kurang lebih selama 7 tahu . Dulu, Nalani pernah bermimpi menjadi seorang pengantin diusia muda. Sayangnya, mimpi itu harus terkubur dalam karena sang kekasih belum siap untuk menikah ketika Nalani masih berusia 22 tahun. Karena memang Nalani sangat menyayangi Edgar kekasihnya itu, Nalani rela menunggu hingga Edgar mapan dalam pekerjaannya. Sesuai keinginan Edgar selama ini. Edgar ingin merubah kehidupannya menjadi lebih mampu dan lebih mapan. Setelah waktu penantian berlalu, Edgar pun melamar Nalani. Edgar berjanji akan segera menikahi Nalani. Nalani dan Edgar membuat usaha bersama. Sebuah cafe yang menjadi tabungan pernikahan mereka. Diperjalanan menuju pernikahan, ada sikap yang berubah dari Edgar. Edgar menjadi lebih cuek terhadap Nalani dan sekitarnya. Dipikiran Edgar hanya ada pekerjaan dan pekerjaan saja. Nalani berjuang sendiri untuk mewujudkan pernikahan impiannya bersama sang kekasih. Akhirnya, karena perbedaan sifat Edgar yang terlalu banyak, Nalani ragu. Nalani mencurahkan semua isi hatinya kepada Harland. Team WO Nalani. Harland yang mengurus semua acara pernikahan Nalani. Selama tidak ada Edgar, Harland lah yang membantu Nalani mengurus semuanya. Tidak sampai disitu saja, Edgar juga ternyata sering bertemu bahkan lebih sering meluangkan waktu untuk teman perempuannya sekaligus desainer baju pernikahannya dengan Nalani. Edgar menjadi sangat egois, tidak sanggup dengan perubahan sikap Edgar. Bahkan Edgar tak pernah memberi kabar ke Nalani apapun keadaannya. Apakah putus adalah jalan keluar untuk mereka?

Puspadharma28 · 若者
レビュー数が足りません
5 Chs

Pilihan

Pukul 19.00 pun sudah tiba, Nalani telah memupuskan harapannya untuk kedatangan Edgar. Team Wedding Orginizer pilihannya sudah tiba dan bersiap meeting pertamanya di cafe Nalani. Cukup gugup Nalani malam itu, sebab, ini akan menentukan bagaimana nasib pesta pernikahannya nanti. Apalagi Nalani tidak didampingi oleh Edgar, semua pasti akan tertuju padanya. Semua pilihan ada di tangan Nalani. Sebelum meeting dimulai, Nalani masih menghubungi Edgar, memberi kabar jika team WO sudah sampai di cafe mereka. Berharap, Edgar memberi respon yang baik atau memberikan respon yang Nalani inginkan.

"Sayang, team WO udah sampai di cafe, sebentar lagi meetingnya mau dimulai."

Nalani mengirimkan pesan ke Edgar. Namun, nomor Edgar lagi-lagi sudah tidak bisa dihubungi.

Meeting dengan team WO dimulai dengan perkenalan dari ketua teamnya. Kebetulan ketua team yang menangani pernikahan Nalani adalah laki-laki. Dia bernama Harland, Harland yang akan membantu Nalani dan Edgar mewujudkan pernikahan impian mereka. Dalam waktu kurang dari 6 bulan, Harland siap membantu sampai perintilan terkecil dalam pernikahan Nalani dan Edgar.

"Halo Kak Nalani, perkenalkan saya Harland, ketua team WO yang akan membantu kakak dalam mewujudkan pernikahan impian Kakak dan calon suami," Harland sangat hangat dan ramah. Harland menjawab tangan Nalani sebagai tanda perkenalan mereka malam itu.

"Halo, Kak Harland. Saya Nalani, terima kasih sudah mau datang ke cafe saya dan calon suami saya. Tapi, sebelumnya saya minta maaf, karena calon suami saya tidak bisa hadir karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga," Nalani memohon maaf kepada team WO nya karena Edgar tidak datang dalam meeting pertamanya.

"Baik, kak. Tidak masalah, yang paling penting komunikasi Kakak dan calon suami lancar, itu akan memudahkan semua prosesnya," jawab Harland memberi ketenangan kepada Nalani.

"Bisa kita mulai sekarang, kak?" Harland akan segera memulai meeting pertamanya dengan Nalani.

Nalani masih sibuk melihat handphone-nya, menunggu jawaban dari Edgar yang tak kunjung muncul di layar handphone. Status pada pesan Edgar pun belum terkirim, membuat Nalani bercabang pikirannya.

"Kak Nalani?" Harland mengganggu lamunan Nalani tentang Edgar.

"Emm? Iya, kak. Iya silakan dimulai," Nalani sedikit gugup menjawab panggilan dari Harland.

"Oke, baik saya mulai ya, kak. Untuk pertama, kita mau tanya sama Kak Nalani tentang konsep pernikahannya nanti? Mungkin sudah dibicarakan dengan calon suaminya?" Harland membuka meeting malam itu.

"Ha? Konsep?" Nalani terkejut sendiri mendengar pertanyaan dari Harland.

Nalani dan Edgar sama sekali belum ada kesepakatan akan menggunakan konsep yang bagaimana. Dulu, sempat ada pikiran untuk mengusung konsep modern. Hanya sampai situ saja obrolan mereka, karena semakin lama hubungan mereka, semakin sulit menemukan waktu bertemu. Sibuk memisahkan mereka terlalu lama. Pekerjaan menjadi prioritas masing-masing.

"Iya, konsep pernikahan apa yang nanti akan Kak Nalani dan calon suami pakai?" Harland mengulang pertanyaan.

"Emmm, belum ada, kak," Nalani tersenyum malu, karena pertanyaan penting ini tidak bisa Nalani jawab.

Jawaban Nalani membuat team WO menjadi sedikit canggung. Suasana pun berubah sedikit kikuk. Team WO tidak menyangka jika Nalani sama sekali belum ada pandangan akan diapakan pernikahannya nanti. Tetapi, Harland mencoba membantu Nalani, membuat Nalani merasa nyaman dan tidak gugup karena tidak ada Edgar di samping Nalani. Harland paham, karena Nalani harus menangani semua sendiri, pasti Nalani bingung. Apalagi ini meeting kali pertama. Nalani memang merasa banyak sekali pikiran yang sedang bertukar di otaknya. Tidak ada yang mau mengalah, semua harus dipikirkan secara bersamaan. Saling bertabrakan juga berebut, agar Nalani memikirkan semua masalahnya hari itu.

"Baik, saya berikan beberapa pilihan dan referensi untuk konsep pernikahan saja bagaimana, kak?" Harland menenangkan Nalani.

"Iya, kak. Maksud saya mungkin saya butuh beberapa referensi dari Kakak konsep apa saja yang banyak digunakan oleh pasangan kekasih menikah di era digital ini," ujar Nalani memberi alasan agar team WO tidak merasa jika Nalani tidak punya bekal apapun.

"Baik, biar kami bantu ya, kak," Harland pun menjelaskan referensi konsep pernikahan untuk Nalani.

Harland memulai menjelaskan apa saja konsep yang direkomendasikan untuk Nalani dan Edgar. Nalani sangat menikmati penjelasan dari Harland. Nalani terpana pada kelembutan yang ada pada Harland ketika menjelaskan kepadanya. Harland dengan sabar, memberikan gambar contoh dari setiap konsep yang ia jelaskan. Ada satu konsep yang sudah bertengger di pikiran Nalani. Nalani sudah memiliki bayangan, bagaimana nanti ia akan berdiri di atas pelaminan itu dengan konsep pernikahan yang ia pilih. Indah, nyaman, sejuk, juga memberi kesan damai. Nalani sampai melamun membayangkan semua yang telah Harland ucapkan. Sampai Harland harus menepuk pundak Nalani pelan, karena Nalani terlalu mendalami lamunannya.

Nalani sudah memutuskan akan menggunakan konsep pernikahan yang mana, tetapi, tiba-tiba saja salah satu karyawan cafe datang mengganggu meetingnya dengan team WO. Karyawannya bilang, jika ada masalah di dalam. Mereka butuh bantuan dari Nalani. Nalani izin kepada Harland dan rekannya untuk menyelesaikan masalah yang ada di cafe. Nalani mengikuti jalan karyawannya. Ternyata ada salah satu pelanggan yang komplain dan ingin bertemu langsung dengan pemilik cafe. Pelanggan itu tidak terima atas sikap karyawan cafe milik Nalani. Pelanggan itu bilang jika pelayan cafe pilih kasih. Mereka akan melayani yang good looking terlebih dahulu. Padahal, semua pelayanannya tidak ada yang bermaksud seperti itu. Pelanggan itu datang dengan pesanan yang lumayan banyak. Makanan dan minumannya pun tidak sebentar dibuatnya dengan porsi lebih dari 3. Penjelasan dari pelayan cafe tidak membuat pelanggan itu tenang, melainkan tambah emosi.

Nalani membiarkan pelanggan yang komplain itu masuk, lalu menjelaskan tentang pesanannya. Semua sedang dalam proses, karena tidak mudah pun tidak bisa terburu-buru untuk hasil yang memuaskan. Nalani dengan sabar menjawab semua Omelan dari pelanggannya itu.

"Mbak, saya kan udah di sini lama. Tapi, kenapa mereka dulu yang mendapatkan pesanannya? Sedangkan milik saya belum ada sama sekali?" pelanggan itu ngomel di depan Nalani.

"Mba, mohon maaf ya sebelumnya untuk ketidak nyamanan ini. Saya dan semua karyawan yang bekerja di sini tidak pernah pilih kasih terhadap pelanggan. Hanya saja, saat ini pesanan Mbak itu memang memiliki jumlah yang lebih banyak daripada milik pelanggan lain,"

"Ya tapi kan, saya udah datang duluan! Jadi, saya nggak mau tahu. Harus saya duluan dong yang didahulukan! Ini malah mereka-mereka yang ganteng dan cantik dulu yang dilayanin! Pilih kasih itu namanya!" pelanggan semakin emosi.

"Mbak, kita tidak bermaksud pilih kasih, ya. Kan mbak sudah bisa lihat sendiri, memang pesanan Mbak sedang kami proses. Sebentar lagi juga selesai, kok. Kami mohon maaf atas ketidak nyamanan ini ya, mbak. Tapi, kami sama sekali tidak bermaksud untuk membedakan pelanggan. Mohon pengertiannya ya, mbak," ucap Nalani dengan nada yang sangat lemah lembut dan sabar. Nalani sama sekali tidak menaikkan nada suaranya. Walaupun pelanggan itu sudah marah-marah ke Nalani.

"Permosi, ada yang bisa saya bantu?" Harland tiba-tiba sudah ada di belakang Nalani.

Nalani terkejut, tetapi, Nalani juga butuh orang lain untuk membantunya bicara dengan pelanggan ini.

"Ada apa, mba?" tanya Harland dengan lembut.

Pelanggan perempuan itu langsung diam ketika melihat Harland masuk ke dapur cafe. Harland memang bersikap ramah dan hangat, membuat pelanggan itu menjadi salah tingkah. Karena terlalu salah tingkah melihat Harland, akhirnya pelanggan itu pergi dan kembali ke mejanya.

"Tunggu sebentar ya, mba. Akan segera diantar pesanannya," ucap Harland yang berhasil membuat pelanggan perempuan itu diam dan kembali ke mejanya.

Nalani tidak menyangka karena Harland bisa membuat pelanggan yang emosi itu jadi salah tingkah. Nalani juga lega, karena tidak perlu berdebat lagi dengan pelanggannya itu.

"Makasih banyak Kak Harland udah mau bantu saya. Duhh, saya nggak tahu harus bagaimana kalau tadi Kak Harland nggak datang ke sini," Nalani berterima kasih kepada Harland sudah membantunya.

Nalani dan Harland kembali ke meja meeting. Pembahasan tentang konsep pernikahan pun dilanjutkan. Partner kerja Harland mencatat semua keinginan Nalani. Dari konsep, referensi lokasi, gedung, makanan, hingga dokumentasi. Semua telah Nalani pilih, berkat penjelasan mendetail dari Harland. Setelah meeting hari itu selesai, team WO meminta waktu kembali untuk melanjutkan meetingnya.

"Kapan Kak Nalani ada waktu untuk survey lokasi?" Harland mestikan waktu dari Nalani sebelum benar-benar menyudahi meeting malam itu.

"Gini deh. Untuk waktu tepatnya, saya hubungi lagi aja ya, kak. Supaya nanti saya bisa hadir dengan calon suami saya. Soalnya, kalau mendadak calon suami saya pasti susah menyesuaikan jadwalnya," Nalani meminta Harland memberinya waktu untuk menjawab.

"Baik kalau begitu, bisa langsung hubungi saya saja, kak. Kalau begitu kami pamit ya," Harland kembali menjabat tangan Nalani, disusul oleh partner kerja Harland yang lain.

Malam ini selesai, semua yang ada dipikirannya mulai berkurang. Hanya saja ada yang masih tertinggal di pikirannya, entah mengapa sulit sekali untuk memintanya hengkang. Nalani masih memikirkan calon suaminya, belum ada kabar yang diberikan kepadanya. Nalani juga sedang menyusun rencana bagaimana akan menjelaskan kepada Edgar, tentang hasil meeting dengan WO malam ini.

Sudah pukul 10 malam, tetapi Nalani masih berada di cafenya. Cafe Nalani sudah mulai sepi pengunjung, tidak ada keributan lagi yang terlihat. Hanya tersisa obrolan tipis dari pengunjung yang masih setia di sana. Satu jam lagi cafe akan tutup, semua karyawannya sudah mulai bersiap untuk menutup cafe hari itu. Nalani masih berada di ruangannya sendirian. Nalani melihat perkembangan cafenya. Dari jumlah pengunjung langsung di cafenya, penjualan dengan ojek online, maupun dari opini yang dikirimkan melalui kotak surat yang diletakkan di depan cafe. Nalani serius menyusuri setiap laporan yang diberikan oleh salah satu karyawannya.

Setengah jam berlalu, kini tinggal 30 menit lagi cafe akan tutup. Nalani kembali menghubungi Edgar. Tetapi, Edgar masih sulit dihubungi. Bahkan pesannya pun belum ada yang terkirim. Salah satu hal yang tidak Nalani suka dari Edgar. Edgar selalu membuat Nalani khawatir karena tidak pernah memberi kabar disela kesibukannya. Karena Edgar masih berkutat dengan kesibukannya, Nalani memutuskan untuk pulang. Nalani pamit dengan semua karyawannya di cafenya, sebelum meninggalkan cafe.