webnovel

Jangan Memprovokasi Mami

編集者: Wave Literature

"Masih kecil ingin membawa pacar kecil pulang kerumah? Mami tidak akan melarangmu jatuh cinta lebih awal. Tapi paling tidak, tunggulah sampai usiamu 18 tahun, baru kamu boleh bicara tentang pacar." Kata Tong Jiumo yang tidak tahu, apakah dia harus tertawa atau menangis.

"Mami aku tak ingin mami menjadi nenek terlalu cepat." kata Tong Lele kemudian.

Dalam hal ini Tong Jiumo merasa, bahwa dia tidak dapat mengganggu urusan anaknya. Tapi sebelum usia 18 tahun, dia tidak akan membiarkan anaknya sendiri menyakiti hati perempuan kecil. Menurutnya, kepribadian anaknya ini pasti ada bibit playboy. Jika nanti Tong Lele berubah menjadi playboy, lalu datanglah keluarga perempuan yang melabrak ke rumahnya, dia sudah merasa kalau mungkin tidak akan bisa melawannya. 

Karena waktu mendaftarkan Tong Lele di taman kanak-kanak di luar negeri, Tong Jiumo sudah menerima dua kali keluhan dalam 3 hari. Saat itu pula, hampir setiap hari selalu ada keluarga dari teman-teman perempuannya yang datang kerumahnya. Dia merasa, bahwa anaknya ini benar-benar mengandalkan wajahnya ketika menarik perhatian para gadis. 

Semua teman-teman perempuannya sangat terpesona oleh Tong Lele, bahkan ada seorang wanita yang menjadi CEO. Saat itu dia mencari Tong Jiumo untuk meminta Tong Lele, agar kelak menjadi menantunya. Bahkan, dia bersedia mentransfer semua aset kekayaannya, jika kelak dia bisa patuh pada ibu mertuanya.

"Mami, apa yang mami pikirkan? Aku ini masih kecil, lagi pula aku memang menawan. Ketika memiliki banyak masalah di inggris, itu karena mereka sendiri yang seperti itu. Aku tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali." kata Tong Lele dengan santai.

Mendengar hal itu, Tong Jiumo langsung menepikan mobil dan memarkirkannya di pinggir jalan. Dia membalikkan wajahnya yang pucat, sambil menatap Tong Lele, "Apa kamu memiliki standar yang begitu besar? Apakah kamu suka laki-laki, nak?" tanyanya dengan cemas.

Tong Lele tidak menyangka, jika ibunya akan salah paham dengan kata-katanya, "Mamiku... Apa yang mami pikirkan? Anak mami adalah laki-laki normal, dan aku akan memberikan mami cucu di masa depan nanti!" katanya dengan kesal. 

"Lalu kamu ingin berbicara lagi, kalau dia adalah anak laki-laki?" Kata Tong Jiumo sedikit waspada.

"Apakah aku harus bilang, kalau dia adalah waria?" Tanya Tong Lele seperti tanpa daya. Dia merasa, kalau terkadang ibunya terlalu memiliki pemikiran yang berlebihan, dan terlalu terbuka.

"Sayang, jangan memprovokasi mami, karena mami tidak mau menerimanya." kata Tong Jiumo.

"Aku tahu! Kalau begitu, tidak usah lagi membicarakan tentang hal ini." Kata Tong Lele mengakhiri percakapan, karena sepertinya dia sudah lelah.

Tong Jiumo hanya bisa menghela napas, lalu melajukan mobilnya, dan meninggalkan tempat itu.

Mo Lisi telah sampai di rumah mewahnya, lalu dia melihat ayahnya sedang membaca majalah di sofa. Kemudian, dia hanya menyapa, dan langsung naik ke lantai atas untuk masuk ke kamarnya. Setelah itu dia langsung mengambil ponsel dan melakukan video call dengan Tong Lele. 

Ketika Tong Lele melihat ada video call masuk dari Mo Lisi, membuatnya menatap ibunya sejenak, yang saat ini sedang sibuk di dapur, lalu dia langsung menekan tombol jawab. Ketika melihat bahwa panggilannya telah dijawab, Mo Lisi segera bertanya padanya, "Lele, kamu bilang kita akan melakukan video call setelah sampai di rumah? Biarkan aku melihat mami!" katanya.

Lalu, Tong Lele mengarahkan kameranya ke dapur dan berbisik, "Mami sedang memasak untukku." katanya.

"Wah, aku sangat iri padamu Lele!" kata Mo Lisi, dia hanya menghela napas karena melihat Tong Jiumo terlalu jauh dan tidak jelas. Kemudian, dia segera bertanya pada Tong Lele lagi, "Lele, bisakah kamu memakai headphone, lalu berjalan lebih dekat ke arah mami? Kalau tidak, aku tidak bisa melihat mami dengan jelas!"

"Hei, itu adalah mamiku!" kata Tong Lele mengoreksi ucapan Mo Lisi sambil marah.

"Aku akan memberikan papiku untukmu" Kata Mo Lisi kemudian.

"Tidak butuh!" jawa Tong Lele, dia berkata bahwa seolah-olah tidak mau menunjukkan ibunya kepada Mo Lisi. Tapi bahasa tubuhnya berkata lain, saat ini dia terlihat turun dari sofa sambil memakai sepatu, kemudian berjalan ke dapur...