Desi menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memasuki pintu terbesar yang ada digedung perusahaan ini. Baru beberapa hari lalu Desi masuk dan tegoda akan tawaran dari pemilik perusahaan sekaligus ayah dari teman anaknya ini.
Namun hari ini, Desi membulatkan tekatnya untuk menolak tawaran itu. Biarlah Desi berjuang banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan kedua tangannya sendiri. Asal Desi bisa tetap melihat senyum di wajah anaknya.
Hampir kehilangan anaknya, membuat Desi sadar bahwa yang terpenting dari ini semua adalah anaknya.
"Silahkan duduk." Desi tidak duduk, namun tetap berdiri dihadapan Edy.
"Saya akan langsung saja pak. Saya kesini untuk menolak kesepakatan yang kemarin kita bicarakan. Saya tidak ingin menjauhkan Lily dari Angkasa. Untuk itu jika bapak memang mau memecat saya. Silahkan." Edy terdiam sejenak, menyimak dengan baik isi hati seorang ibu.
"Kenapa tidak duduk dulu?" Desi mengernyit heran.
"Bapak gak dengar yang saya ucapkan?"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください