"Dia...
.... Angkasa."
Bagai di sambar petir di tengah hari yang cerah tanpa awan. Tidak ada juga tanda-tanda mendung. Lily hampir saja menjatuhkan air matanya. Tangannya bergetar, hatinya bagai di tusuk oleh ribuan jarum rajut yang terbuat dari kayu.
Tamparan apa lagi yang Lily dapatkan sekarang. Lily membeku, Lily hancur
"Kamu yakin?" Nada suara Lily bergetar menahan tangis. Sindi yang menunduk dalam kini menganggukkan kepalanya.
Sontak Lily melepas genggaman tangannya pada Sindi secara perlahan.
"Sudah berapa bulan kandunganmu?"
"Baru memasuki bulan kedua."
Ribuan tamparan Lily terima mengenai hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Ada apa dengan dunia? Kenapa dunia sangat kejam padanya?
Ternyata Lily bukan yang pertama bagi Angkasa. Apakah Lilly harus menerima kenyataan itu dan mundur secara teratur? Ingat, mama Angkasa juga tidak menyukai Lily. Jadi kenapa Lily bertahan dan berjuang sendirian? Itu tidak perlu.
"Maaf Ly, harusnya aku.. aku ngomong sama kamu."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください