webnovel

Angels Like You

Meski telah hidup selama ribuan tahun di surga sebagai sesosok malaikat, hal itu tak lantas membuat Xavier menyerah begitu saja dalam mimpinya untuk menjadi manusia. Ratusan tahun ia jalankan dengan berlutut di depan istana, berharap supaya Para Dewa bersedia mengabulkan mimpinya yang terkesan sangat tak masuk akal. Diolok-olok oleh malaikat lainnya bukanlah hal yang baru bagi Xavier. Begitu pun dijauhi oleh saudara-saudaranya tak lantas membuat Xavier gentar. Dan suatu ketika, penantian panjang Xavier akhirnya menemukan titik temu. Peluang Xavier untuk menjadi manusia terbuka lebar dengan berbagai tuntutan dan peraturan yang ada. Berkat kerendahan hati para Dewa, Xavier berhasil dikirim ke bumi sembari membawa sebuah misi. Dan sejak saat itu, petualangan panjang Xavier sebagai seorang manusia dimulai. Tanpa kekuatan, tanpa sayap, dan tanpa kesucian. Akankah Xavier mampu bertahan di dunia yang fana ini? Dunia penuh keserakahan. Dunia penuh keegoisan. Lalu, apakah Xavier sanggup melewati setiap rintangan yang ada? Atau malah ... ia gagal dalam upayanya? **** © all of elements cover are from pixabay © font are from canva *semua hal yang ada di dalam cerita merupakan fiktif belaka. apa yang tersaji di dalam cerita merupakan elemen-elemen yang akan mendongkrak keutuhan cerita. jika ada kesamaan tokoh, atau hal lainnya, itu merupakan hal yang tidak disengaja. sekali lagi, cerita ini adalah FIKTIF!

Boyfriend · 現実的な
レビュー数が足りません
276 Chs

Mempertimbangkan Membawa Buah Tangan

Xavier menatap Keisha yang tidur dengan kepala menyandarkan di bahunya.

Hari sudah gelap. Langit di atas sana menghitam dengan cahaya keemasan bulan menunjukkan kedigdayaannya.

Entah sudah berapa lama Xavier, Keisha, dan sang sopir menempuh perjalanan.

Mereka sempat berhenti beberapa kali di titik pemberhentian strategis untuk sekadar beristirahat atau pun makan.

Dan kini, sudah sekitar dua jam lamanya mereka berkendara.

Xavier menatap arloji di pergelangan tangannya dan mendapati kalau waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Sudah cukup larut. Ditambah, bahu Xavier juga terasa sedikit kebas tak bisa digerakkan karena menahan beban berat dari kepala Keisha.

Awalnya Xavier duduk di depan bersama sang sopir. Namun, sebelum mereka kembali berangkat setelah beristirahat sebelumnya, Keisha meminta agar Xavier duduk di kursi tengah saja bersama dirinya.

Xavier pun menurut tanpa banyak tanya.