webnovel

S2-83 THE CROWN

"Heaven for you ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Satu Minggu Kemudian ....

____________________________

Tak seperti biasanya, pagi itu Apo bangun sendirian. Paing sudah menghilang entah kemana, yang pasti alat infusnya lepas dan kamar mandi posisi kosong. Alpha itu membuat Apo kebingungan.Dia tidak ada di balkon waktu tirainya disibak, jadi Apo harus mandi dulu sebelum keluar. "Apa Phi sudah sembuh?" gumamnya.

Yuzu yang hadir awal di ruang makan pun menjawab. "Phi Paing dijemput subuh tadi sama Dokter Piya. Dia mau rontgen, Tuan Natta. Donor paru kan harus dipastikan goldar serta ukurannya," katanya. "Kebetulan demam Phi sudah hilang total. Jadi, baru bisa hari ini."

Apo pun mengangguk pelan. "Oh ...." desahnya.

Omega itu menyusul Paing ke RS Bumrungrad mumpung bisa libur. Dia tidak mau menunggu di rumah saja, atau Paing akan sulit ditanyai detail cederanya. Oke, Phi. Tak masalah. Jadilah orang yang diam sampai mati. Tapi jangan risih saja kalau aku tanya terus. Kan memang kebiasaanmu begitu! Batin Apo saat menunggu di poli paru.

Omega itu menyilangkan kaki dengan muka cadas. Siap mengadili, padahal Paing tertawa saat diantar keluar Dokter Piya.

"Oh, iya-iya. Tak masalah. Setidaknya sudah check-up untuk bulan ini," kata Paing. Kentara sekali dia terkejut didatangi Apo. Barulah pamit pada sang dokter senior. ".... hei, kenapa ada di sini?" tanyanya.

Apo pun menyurukkan satu lengannya ke depan. "Mau lihat," katanya. "Yang itu loh. Map cokelat di tangan Phi ...."

Paing justru tersenyum sebelum memberikannya. "Buka saja, aku baik," katanya. "Sementara robekannya masih bisa kuusahakan."

"Really?"

"Hm, tapi aku memang harus mengurangi kerja berat," kata Paing. "Setidaknya butuh tiga minggu hingga benar-benar pulih."

Apo pun tertegun sesaat. Lama sekali, batinnya. Tapi kemudian mengembangkan senyum tipis. "Oh, baguslah," katanya. "Aku jadi senang Yuzu cuti. Setidaknya Oma Sanee tidak keberatan."

Seperti istri-istri galak dalam film, Apo pun membuka data tanpa peduli sekitar. Toh siapa juga yang akan mengintip? Pikirnya. Dia menelusuri hasil rontgen atas bawah. Depan belakang. Lalu memahami, walau tidak bisa menyerap keseluruhan. "Intinya Phi tidak jadi dapat cangkokan ya?" tanyanya.

"Tidak."

"Dan goldar Phi itu A rhesus negatif ...." gumam Apo sembari membelai pinggiran mapnya.

Alis Paing pun naik ke atas. "Hm? Kenapa memang?"

"Tidak kok, bagus kalau aku bisa donor ke Phi," kata Apo. Lalu menatap sang Alpha dalam. "Kan kira-kira bisa membantu. Jadi tenang karena dulu Mile tidak begitu."

".... oh," desah Paing. Agak terkejut Apo menyebut nama sang suami dengan ekspresi biasa. "Memang dia golongan darahnya Apa?" tanyanya.

"AB negatif, Phi," kata Apo. "Sampai-sampai pernah dibantu Ameera juga--ha ha, soalnya aku ini tidak berguna."

Paing pun tidak berkomentar lagi. Alpha itu juga diam saat disetirkan Apo. Toh Dokter Piya tak perlu mengantar pulang. Dia hanya menatap keluar jendela. Tampak berpikir. Dan itu memicu penasaran sang Omega.

"Phi sebenarnya kepikiran apa?" tanya Apo.

"Amaara."

DEG

"Eh?"

Tumben jawabnya cepat sekali ....

Perlahan, Paing menoleh padanya masam. "Sayang saja kalau tidak bisa digunakan kan," katanya. "Kita sudah menangkapnya sejauh ini, Apo. Mulai berita panas hingga mereda. Jadi menurutku dia harus ditemui sebentar."

Sebenarnya Apo setuju, tapi dia justru menggelengkan kepala. "Iya, tapi kita ke resto sarapan dulu," katanya. "Kapan-kapan saja, Phi. Aku yang sekarang tak masalah asalkan kau cepat pulih."

Paing pun tertegun karena reaksi Apo. Bukankah dulu dia yang terburu-buru? Pikirnya. Kelewatan apa dia selama demam seminggu? Rasanya sudah lama sekali. "Ya, baiklah," katanya. "Danke, dass Sie mich verstehen, Apo."

(*) Bahasa Jerman: "Terima kasih telah mengerti aku, Apo."

Apo refleks tersenyum lebar. "Ja Phi ist mir jetzt wichtig. Herzlichen Glückwunsch, Sie sind vollständig geheilt."

(*) Bahasa Jerman: "Iya. Phi kan penting buatku. Selamat juga atas kesembuhannya."

Selang beberapa saat, Mereka pun menuju restoran terdekat. Keduanya langsung masuk ke meja privat. Karena Apo sangat memahami Paing Takhon. Alpha itu memang sangat hati-hati. Karenanya di luar jam kerja selalu menggunakan masker (Bahkan itu berlaku sejak Keluarga Takhon belum simpang siur dalam berita).

"Apo, apa terjadi sesuatu selama Phi sakit?" tanya Paing di sela-sela sarapan mereka. "Mungkin ada yang aku lewatkan. Kau bisa ceritakan itu sekarang."

Seketika, Apo pun berhenti mengunyah. "Oh ..." desahnya. Tapi apakah ini waktu yang tepat? Untuk membicarakan kehamilanku ....

"Apo?"

DEG

"Eh? Iya, Phi? Maaf ...."

Paing seketika peka ada yang tidak beres. Alpha itu pun menatap lurus. Lalu mengusapi mayonaise di bibir Apo. "Matamu sampai kosong seperti itu. Bilang saja kalau ada yang perlu dibicarakan," katanya.

"Ah, itu ...." gumam Apo. Agak ragu, tapi tak mau makin terganggu. Dia pun menjabarkan maksud Jeff kemarin. Sangat detail. Lalu minta pendapat darinya. "Apa Phi tidak masalah?" tanyanya. "Maksudku, mumpung sekarang berupa darah. Beda kalau digugurkannya sebulan lagi. Waktu itu pasti baby-nya sudah berkembang." (*)

(*) Dua bulan yang dimaksud Apo berarti 4 bulan wanita beta/normal. Sudah ada nyawa-nya.

Paing pun langsung terdiam. Dia bahkan batal menyumpit daging. Tampak resah. Lalu memijit keningnya pelan. "Ah, Apo ...." katanya. "Phi tahu, perkataan Jeff memang benar--tapi ... bisa kau berikan aku waktu lagi?" pintanya. "Sisanya sebulan, kan? Tolong jangan bertindak terburu-buru."

Apo rasa dia pernah dengar yang serupa dari Mile Phakphum. Apakah Phi juga akan sama saja? Pikirnya. Tapi kini bersikap semakin tenang. "Aku akan ikut Phi, kalau menurutmu baiknya begitu," katanya, walau dalam hati tidak ingin menggagalkan si kecil juga. "Soalnya Mile mungkin mengundang kita ke pertemuan dekat-dekat ini. Maksudku, sejak dia jadi berbeda? Aku yakin rehabilitasi Mile pun terus berjalan sampai sekarang."

Paing pun menatap sang Omega terluka. Sejujurnya dia tak ingin Apo rusak lagi, tapi Alpha itu punya beberapa pemikiran. Pertama, kalau pun kehamilan Apo dipermasalahkan oleh Mile. Kemungkinan Omega itu

takkan dipukul lagi karena sang suami punya trauma padanya. Namun, kedua ... jika Mile memegang kelemahan mereka. Pasti Alpha itu mudah menjatuhkan nama Keluarga Takhon. Padahal cukup memakai satu tuntutan.

Seperti, bisa saja kan janin itu diaku putera Mile jika Apo tidak macam-macam? Semua aman, kembali semula. Dan nama 'Romsaithong' mungkin benar-benar disematkan padanya.

"Bagaimana, Phi?" tanya Apo ulang. Dia ingin tahu tindakan sang mate, padahal sebenarnya berkeringat dingin juga. "Kau bisa bilang padaku kapan pun sebelum Maret. Jadi kita bisa berangkat ke RS bersama. Melepas dia. Yang terpenting tidak lebih dari itu."

Kini, Paing pun meletakkan sumpitnya. Dia benar-benar kehilangan selera makan. Tapi topik ini memang sangat penting. Sedetik, dua detik ... mereka hanya saling memandang di tempat itu. Tak berkata, hingga dia mengambil tangan Apo Nattawin. "Apo, dengar ...." katanya. Lalu meletakkan punggung tangan sang Omega pada keningnya. "Bretha pernah bilang akan membantuku melakukan sesuatu. Pengawasan, dan itu belum ada hasilnya hingga sekarang ...."

Apo pun merinding karena hangat napas Paing terasa pada kulitnya. "Iya, Phi ...." katanya, yang seolah-olah diperlakukan seperti mawar.

"Tapi keputusanku tetap tidak berubah, oke? Tolong pertahankan dia sampai aku benar-benar gagal," kata Paing. "Atau kalau pun lewat waktunya, biar ini jadi urusanku dengan suamimu saja. Jangan pikirkan."

DEG

Ugh ....

Kini, justru Apo lah yang terasa sesak. Dia benci membayangkan Paing akan diinjak-injak sendiri. Karena Mile mungkin akan tetap mengamankan dia. "Iya, Phi ...."

Bisa jadi dengan syarat tertentu? Apo ingat jelas sang suami tidak menuntut hubungan mereka, tapi Alpha itu sungguh benci kata perceraian.

"Aku benar-benar mencintaimu, Apo," bisik Paing. Genggamannya semakin terasa erat. Minta dinanti. Bahkan Apo tidak protes saat jemarinya perlahan memutih. "Jadi cukup jangan sakit. Dia juga. Seperti yang pernah kau bilang pada waktu itu."