webnovel

S2-55 NO WORD'S

"Sometimes there are no words ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Malam itu, Apo malah tak bisa tidur. Dia insomnia, meski Paing sudah terlelap. Kali ini bukan karena gugup. Dia hanya sangat gelisah. Takut tak bisa mewujudkan harapan Paing, apalagi Mile belum melepaskannya.

"Aku ini sebenarnya kenapa," batin Apo. Omega itu memunggungi Paing agar lebih tenang. Karena melihat wajah sang kekasih justru makin membebani hati. Bagaimana kalau dia mengecewakan? Bagaimana kalau  masa depan jauh dari rencana? Dan bagaimana kalau Mile nanti berubah?

Karena mengakui tidak mengakui, faktanya Apo masih melarikan diri. Dia diam dari pernikahan Mile dengan Nazha begitu saja. Bukannya muncul untuk pergi atau melepaskan diri--

"Hatchi!"

DEG

Apo pun menoleh sebentar karena suara itu. Dia melihat Paing juga mulai memunggungi, tapi pasti bukan karena sengaja. Alpha itu sempat mengucek hidung sebelum menarik selimut. Dia tidur wajar seperti lelaki pada umumnya. Tenang. Tak banyak bergerak dan bernapas halus, padahal Apo ingin ikut dalam mimpi yang dia selami.

"Phi ...." panggil Apo setelah duduk menilik ulang. Dia ingin memastikan Paing apa sungguhan tidur. Atau malah insomnia juga dan hanya berpura-pura? "Phi ...." ulangnya sekali lagi. Namun Alpha itu tidak berkutik. Apo pun berani membalikkan bahunya perlahan-lahan. Membenahi selimutnya hingga ke bahu. Lalu menatap begitu lekat.

"Oke, sudah cukup kabur-kaburannya mulai sekarang," pikir Apo sambil membelai lembut pipi tersebut. "Akan kupastikan ini jadi yang terakhir kali. Karena aku tidak mau menyakiti Phi terus menerus." Dia pun mengadu kening mereka hingga sedekat mungkin. Berbagi napas, dan detak jantung ... walau Apo malah mengalirkan air mata saat terpejam. Tes ... tes ... tes ... tes ...

Tidak kok, dia bukan menangis karena sedih. Namun matanya lelah akibat kekurangan tidur. Hal yang membuat Apo gelagapan di pagi hari. Langsung duduk karena dering alarm, tapi malah mimisan dengan bodohnya.

DEG

KRIIIIIIIIIIIIINGGG!

"Apa? Pagi? HAH--JAM BERAPA?!" teriak Apo yang refleks memencet beker. Dia pun membuang muka karena Paing topless sambil mengodel lemari. Tampak baru mandi dan akan berganti baju.

"Apo? Kenapa?" tanya Paing yang langsung menoleh. Namun, kecepatan insting Apo lebih tajam daripada binatang. Sehingga dia melipir langsung sebelum sang Alpha me-notice darah dari hidungnya--

BRAKH!

"Maaf, Phi. Aku kebelet pipis!" kata Apo sekena hati. Dia pun melompat turun sebelum menyapa "selamat pagi". Membanting pintu. Ugal-ugalan saat mengunci kenop, padahal Paing tidak mungkin mengejar juga.

BRAKH!

Suara gaduh edisi entah keberapa kali. Apo memilih abai karena sudah kepalang malu, lalu mencuci muka dan darah yang pastinya bukan karena stress.

"Fuck! Sialan ... yang barusan itu apa-apaan sekali!" maki Apo pada diri sendiri. Dia pun mandi dan sengaja berlama-lama. Berdebar aneh, lalu keluar setelah yakin Paing tidak di kamar.

"Selamat pagi, Tuan Natta ...." sapa para pelayan yang mulai menata kamar. Paing memang sudah tidak ada sesuai dugaan. Sehingga Apo pun balas menyapa dengan senyuman lega.

"Selamat pagi juga untuk kalian ...." kata Apo. Lalu melenggang percaya diri, walau pipi masih merona.

"Oh, pagi, Apo. Duduk," kata Paing yang sedang membaca koran. Alpha itu menunggunya untuk sarapan bersama. Tampak santai dengan hoodie merah, dan pastinya membuat sang Omega  bertanya-tanya. "Apa kau suka croissant? Pagi ini aku mendadak ingin yang manis-manis ...." imbuhnya.

Namun, Apo malah mengabaikan semua itu. "Phi mau pergi ke suatu tempat?" tanyanya sambil membenahi kancing jas sepanjang tangga. Karena jarang-jarang Paing terlihat sesantai itu, maka dia tak bisa menahan diri. "Kok kelihatannya beda sekali."

"Hm, yeah, begitulah," kata Paing sambil mengiris croissant menjadi potongan kecil. "Nanti malam kan gala premiere, pekerjaanku Minggu ini juga tak berat amat. Jadi, kusempatkan waktu untuk menjemput Gabby sebentar ...."

Apo pun gabung di kursi yang berseberangan. "Ah, jadi apa doggy-nya akan diambil lagi?" tanyanya. Lalu menyambut triple stroller bayi yang didorong babysitter. "Halooo, Sayang ...." sapanya refleks beraut cerah.

"Bukan, tapi ingin mengajak main sebentar," kata Paing. "Sekalian mengundang si bocah nonton. Toh dia sungguhan sayang Gabby-ku. Jadi, biar ikut sekalian untuk refreshing."

"Mm ...." kata Apo sembari mengangguk pelan. Dia pun mengecek triplets yang disuapi puree gantian. Kadang juga mengusap cemong di pipi mereka sebelum lanjut sarapan. "So, apa Dokter Build dan Bible akan ikutan?" tanyanya.

"Hm?"

"Maksudku, bukankah mereka temanmu juga?" tanya Apo. "Aku peka karena kalian terasa akrab dan saling bantu. Belum lagi Phi Nodt dan suaminya yang menolongku waktu itu."

Paing pun tersenyum tipis. "Of course, nanti Perth juga akan akan kuajak ikut," katanya. "Anggap saja ini reuni besar-besaran, walau aku sendiri baru pertama ikutan gala."

Apo pun refleks tertawa. "Ha ha ha. Phi tidak murni suka film, sih ...." celutuknya. "Dulu pas kuliah juga begitu, kan. Ikut nonton teman cuma buat nimbrung-nimbrung. Dasar ...."

"Ha ha ha ha ...."

Usai sarapan, Apo pun mengatakan "Hati-hati", karena Paing berangkat duluan. Alpha itu meninggalkan kecupan di pipi, langsung pergi. Sementara Apo masih menunggui triplets hingga pukul 7. Dia sengaja tidak memancing topik berat apapun, pura-pura. Lalu menuntaskan sarapan bayi-bayinya. "Sial, kenapa jadi serba salah?" batinnya. Apalagi ingat semalam Paing tidak mendapat jawaban apapun.

Alpha itu hanya mengutarakan isi hati setelah Apo tanyai, menunggu sejenak. Tapi si empunya malah bingung bagaimana menanggapi.

"...."

"Hmph, ya sudah. Ayo tidur. Lupakan saja daripada membuatmu kepikiran."

Apo pun penasaran apakah Mile masih menggunakan dua cincin selama resepsi bersama Nazha. Tapi, kalau dipikir-pikir mana mungkin sih sebegitunya? Acara itu akan dilihat oleh keluarga besar dua pihak. Disoroti kamera wedding video. Dan diabadikan sebagai memori.

"Ah, rasanya aku gatal ingin bertanya," pikir Apo. Tapi harga dirinya terlalu tinggi untuk mengemis informasi, walau harus bolak-balik menilik nomor sang ibu mertua sebelum berakhir batal. "Cih ... jadi menyesal kenapa waktu itu setuju sama Phi," gumamnya sambil menyetir menuju kantor. Apo pun mendumal sendiri untuk mengurangi keresahan hati, tapi hatinya malah terombang-ambing tak tentu arah. "Harusnya abaikan saja soal Amaara. Ajukan kasusnya seperti rencana awal. Sidang. Selesai," katanya masih mengomel. "Phi tidak bisa ya sekali-kali melakukan pekerjaan yang tidak tuntas?"

Sampai di kantor pun Apo masih pusing dengan masalah yang sama. Dia tidak enak menekan hal itu terus menerus--maaf saja dia tak bisa setenang Paing--sehingga langsung menelpon Jeff di jam istirahat. "Halo, Jeff? Bagaimana soal ...."

Intinya mereka diskusi soal si kembaran brutal dan cara menemukannya, yang akhirnya disanggupi Jeff untuk kelanjutan inspeksi. "Tentu, Tuan Natta-ku tersayang. Toh para bodyguard darimu masih di sini membantu," katanya. "Tapi coba tebak satu hal yang paling konyol? Kemarin kami menangkap dua orang mencurigakan dari sekitar, sayangnya mereka malah orang-orang yang menjagamu sendiri."

DEG

"Hah? Apa maksudnya?" bingung Apo sambil menyuap keju moose dipadu kaviar ke dalam mulut.

"Halah ... Tuan Takhon, tahu. Tuan Takhon ...." kata Jeff yang langsung mengomel-ngomel. "Kau ini tidak tahu ya dijaga puluhan orang? Mereka di sekitarmu terus menerus. Mengikutimu, terus kami tanya namanya "Cluster B"," jelasnya karena kesal. "Malu sekali sumpah rasanya. Kami pikir orang-orang itu anteknya Amaara. Gila, ya. Akhirnya oke kami lepaskan segera. Terus mereka memberikan kontak dan lencana khusus untuk kami saling mengenal."

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

Apo pun meraba dadanya sendiri yang makin terobrak-abrik. Dia langsung mengakhiri panggilan tersebut. Penasaran ... lalu menatap jeli sekitar setelah keluar dari restoran--

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

"Sial, kenapa tak bilang-bilang?" pikir Apo. Dia tak menemukan satu pun orang yang disebut Jeffsatur, karena memang katanya bergerak sembunyi. "Brengsek, Phi. Aku ingin meninjumu kalau ketemu nanti."

Padahal Apo ingin melihat langsung rupa para bodyguard itu--sumpah jangan-jangan ini alasan Bretha menjenguk Paing bersama Luhiang--tapi tetap hasilnya nol besar.

Apo tidak melihat apa-apa, padahal instingnya termasuk tajam. Omega itu malah seperti orang gila kalau tetap tolah-toleh. Apalagi diantara keramaian orang yang lalu-lalang di sekitar.

"Apa sih? Yang benar saja astaga ...." batin Apo merasa tak puas. Karena lebih mudah jika dia diikuti dua hingga tiga bodyguard seperti suruhan Mile dulu. Toh jelas-jelas mereka kasat mata dan bisa dipanggil kapan pun butuh bantuan--ya, walau aku sempat kurang nyaman juga kalau jalan ada yang mengekor.

"Phi, kau sekarang ada di mana? Masih sama Gabby atau sudah sampai rumah?" tanya Apo lewat telepon. Omega itu pun langsung menghubungi Paing pada pukul 6. Dan dia menyetir pulang tanpa mampir lagi karena sudah ingin bertemu.

"Belum, ini masih di HER bersama Build dan Bible. Peter, Nodt, Barcode dan Gabby juga ada bersamaku, kenapa?" tanya Paing dari seberang sana.

Cih ... bisa-bisanya dia bilang begitu!

"Bukankah nanti ada acara? Kenapa malah tak cepat pulang?" kata Apo separuh kesal dan marah. "Phi tidak siap-siap untuk gala premiere-nya?"

Oke, yang barusan memang alasan dari Apo saja. Dia hanya gerah karena harus selalu cari tahu sendiri. Karena faktanya acara itu masih 3 jam lagi.

"Iya, jam 8 aku pasti pulang. Di sini kami merayakan ultah Bible dulu, meskipun belum tanggalnya," kata Paing, yang membuat Apo makin mendidih. "Kau tahu kan? Umumnya orang pas 25 Desember pasti punya acara sendiri. Yang merayakan natal sama keluarga lah. Yang janjian party sama rekan kerja lah ... habis ini aku masih menemaninya memilih grand piano di toko."

Apo pun meremas ponsel dan menahan dengusan. ".... oh, begitu?" katanya. "Ya sudah ...."

DEG

"Apo?"

Sepertinya Paing baru sadar ada yang aneh dengan dirinya. "...."

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

"Apo? Is there something?" ulang sang Alpha di seberang sana. "Jangan khawatir Phi belum makan malam di sini. Nanti kutemani waktu di rumah. Kau pasti pulang cepat kan dari kantor--"

Tuuuuuutssss ....

Prakh!

"Ahh! Bangsat!" maki Apo sambil membanting ponsel ke kursi sebelah. Dia pun menginjak gas lagi karena terlampau jengkel. Tak peduli akan bagaimana menghadapi Paing nanti.