"The crown is only given to the most deserving."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
"Mmhhh .... oee! Oeeee!" raung Blau Er ketika tidurnya diganggu. Bayi 3 bulan itu diangkat Apo dalam gendongan, tapi langsung lelap lagi begitu ditepuki bokongnya.
"Ssssh, sssh. Kau aman bersama Papa. Tenang," kata Apo. Dia membuat sang babysitter bingung, apalagi baru kembali untuk menyiapkan sebotol susu.
"Tuan Natta? Mau kemana?" tanyanya. Karena Apo langsung memasukkan beberapa popok dan kotak susu ke dalam tas selempang.
Namun, bukannya menjawab. Apo justru berkata. "Bisa kau bantu aku sedikit? Ambilkan baju-baju Blau Er juga. Yang di lemari."
"Eh? B-Baik," kata babysitter itu. Memang tersisa 2 untuk keluarga Wattanagitiphat. Namun, satunya lagi sepertinya kelelahan tidur di sofa ruang sebelah.
Apo pun membangunkan babysitter itu, lalu mengajaknya serta. Dalam kondisi satu mengantuk, satunya bertanya-tanya. Namun, mereka langsung disuruh duduk jok belakang.
"Sudah semua?" tanya Paing yang membuka bagasi.
"Sudah, semoga. Aku yakin tak ada yang kurang," kata Apo. Tapi Omega itu memandang rumahnya sendiri ketakutan. Bangunannya memang mewah, besar, dan sangat luas. Namun, kini malahan kosong melompong.
Apalagi sang ibu sering di kantor. Wanita itu kemungkinan jarang pulang seperti dirinya dulu. Dan bisa jadi kalau ingat saja. Lagipula siapa yang menjadi alasan pulang? Tidak ada.
Man sudah meninggal. Apo butuh waktu sembuh, dan bayinya harus diamankan (ralat. Lebih tepat jika disebut harus ada Alpha terpercaya yang melindungi agar tidak ditundukkan sembarangan seperti dulu).
Apo pun mengangguk mengkonfirmasi, lalu masuk ketika Paing membukakan pintu mobilnya.
BRAKKHH!
BRRRRRMMM!
Dan mulai sejak malam itulah, kediaman Wattanagitiphat pun dihias sepi karena karyawan yang aktif hanya pelayan serta satpam gerbang utama. Mereka mengurus kebersihan serta keamanan terus menerus. Setiap hari, tapi tidak ada yang tinggal di dalam sana.
Sesampainya di rumah, Paing juga memberikan kamar terpisah untuk para babysitter bawaan Apo. Mereka bergerak untuk merapikan barang bawaan baby, cepat ringkas. Plus dibantu oleh beberapa pelayan keluarga Takhon.
Tentu saja Blau Er tinggal bersama Apo. Namun, sang Omega menolak dibelikan ranjang bayi oleh Paing besok. Karena menurutnya semua itu lebih dari cukup. Dia pun langsung menidurkan Er di tengah springbed. Menyelimutinya. Dan seketika harum bayi ada dimana-mana.
"Dia sepertinya yang kugendong saat melayat Opa," kata Paing. Tatapan matanya susah lepas dari si bayi.
DEG
"Eh? Iyakah?"
"Ya, aku ingat walau dia hanya beberapa detik di pelukanku," kata Paing.
Entah takdir atau bagaimana, yang pasti Apo merasa ini bukan kebetulan. Er juga menggeliat nyaman saat Paing mengusik perut mungilnya. Anehnya, baby itu tidak bangun. Malahan menggenggam jari sang Alpha begitu erat. Seolah-olah sosok itu Ayahnya sendiri.
"Ah, kalau kau mau istirahat tidak apa-apa," kata Apo. Khawatir Paing kelelahan karena seharian belum tidur. Tadi siang saja, saat dia lelap Paing malah mondar-mandir untuk mengurus pertemuan tadi. Namun, sang Alpha malah memandangnya dalam diam kali ini. Ada apa?
"Apo, boleh aku scenting sekarang?" tanya Paing. (*)
DEG
"Ah ... iya juga ...." kata Apo. Mendadak gelagapan karena dia belum terpikirkan sampai sana. Padahal, Paing berdiri di sisi lain ranjang dan tangannya dipegangi Blau Er. Tapi kenapa dadanya berdebar sekencang ini? (**)
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ...
(*) Scenting adalah istilah dalam Omegaverse yang berarti seorang Alpha menyelimuti Omega dengan aromanya. Dengan begitu, orang-orang asing akan tahu: "Hei, Omega ini ada yang punya. Jauh-jauh darinya!" Efeknya, seorang Omega akan terlindungi dari Alpha lain. Mereka akan sulit ditundukkan, karena ini semacam perisai tidak terlihat. Semakin kuat si Alpha. Semakin kuat juga efeknya. Nah, kekuatan ini dari sisi apa? Tentu saja dominasi mereka ke Alpha lain.
(**) Cara scenting bisa berbagai cara. Mencium wajah (di mana pun) menggosok bagian leher dan tengkuk dengan gigi (di situ sumber aroma). Dan tentu saja wajib memeluk cukup lama. Namun, jika yang dilindungi bukan cuma Omega--tapi anaknya juga. Maka, bayi itu harus ikut didekap. Biar kalau ada apa-apa sama bayi, Alpha punya firasat gak beres.
"Tapi kalau kau belum siap tidak masalah," kata Paing lagi. Segera meluruskan situasi. "Kan berangkatnya ke Oslo besok jam 10. Kita bisa lakukan pagi agar semuanya aman."
"...."
"Atau berangkatnya ke Oslo diundur saja," tegas sang Alpha ulang. "Kau bebas menentukannya kapan."
Bagaimana pun, pertengkaran membuat Apo terlalu lama tidak bersama Mile. Marking-nya hilang. Dan aroma scenting yang bertahan semingguan itu--tentu tak ada lagi. Ibarat kata, Apo sekarang bisa disamakan dengan Omega perawan. Aroma harumnya mudah menyebar. Dan walau sudah memakai suppressant, dia tetap mudah ditundukkan asal orang tahu identitasnya Omega.
Tapi Mile masih suamiku--
"Maaf, aku ... ah, apakah ada cara lainnya?" tanya Apo. Ragu. Bola matanya berpendar-pendar. Dan tangannya terkepal di sisi tubuh.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
"Ya Tuhan, kenapa aku mengatakannya?" batin Apo menyesal. Apalagi di mobil dia sempat bilang, kalau berangkatnya bersama Jeff dan rekan-rekan Alpha Bretha keluar sana. Mereka adalah orang-orang khusus. Dan tujuannya adalah penjara bawah tanah tempat manusia-manusia rusak. Bagaimana kalau mereka menyadari dirinya Omega? Pasti ada keributan lebih besar nantinya.
"Ada. Tetap di sebelahku kalau nanti memasuki gedung penjara itu," kata Paing. Walau itu bukan cara efektif. Karena Paing akan bertarung dengan siapa pun Alpha kurang waras di sekitar selama mereka berjalan. "Bisa?"
"Is that ok?" tanya Apo. Kelimpungan, tapi hanya jemarinya yang bergerak gelisah. Ah, apa Paing benar-benar bisa mendominasi mereka semua?
"Tentu saja." Namun Paing tetap harus scenting kepada Blau Er karena bayi itu akan ditinggal. Apo pun menyaksikan bagaimana Er digendong Paing. Diangkat ke bagian dada. Lalu dicium wajah serta tengkuknya. Perlahan-lahan. Hingga pelukan Alpha itu menyebarkan aromanya ke sekujur tubuh bayi.
Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....
Rasanya--jujur saja--aneh. Tapi sangat menakjubkan di saat yang sama. Apo diam-diam gemetar karena kegiatan yang biasanya dilakukan Mile setelah berkerja. Kini digantikan oleh Paing Takhon. Seorang Alpha yang bebas. Tidak punya kewajiban untuk melindungi keluarganya. Tapi dia mau terhubung dengan si mungil.
Blau Er pun terbangun karena dia mengenal aroma baru. Dia berkedip-kedip dengan geliatan imut. Menepuki wajah Paing Takhon. Dan mulai mengoceh. "Au ... aaa ... angg ... ang ...."
Kelihatannya Er tidak masalah.
Setelah beberapa menit, Paing pun membaringkan si bayi kembali, lalu menjauh dari ranjang. "Sudah, selesai. Kau bisa istirahat sekarang," katanya dengan mata yang menatap lurus-lurus. "Besok kita tinggal bersiap-siap."
Apo pun meremas pinggiran jaketnya karena tak enak. "Terima kasih," katanya sambil tersenyum hambar.
Namun, Paing membalasnya dengan senyum tipis yang biasa Apo lihat. "Sama-sama. Tak masalah," katanya. "Kalau begitu selamat malam."
"Umn."
Cklek!
Paing pun tenggelam di balik pintu. Alpha itu meninggalkan Apo yang terpekur cukup lama, tak berhenti menatap Er yang mendadak mengoceh sambil tertawa.
Cklek!
DEG
"Phi sedang scenting kepada siapa barusan? Bayinya?"
Beda dengan Apo yang tidak melihat apapun (karena dia memunggungi pintu), Paing langsung berhadapan dengan Yuzu setelah dia menutup daunnya kembali (ya ampun dari pose saja ketahuan kalau tadinya dia mengintip).
Tentu saja Yuzu sempat melihat si bayi mengoceh. Apalagi dia satu-satunya Omega yang satu rumah dengan Paing, sebelum Apo ikut bergabung. Bohong jika dia tidak mengenali aroma sang kakak. Karena barusan menguar hebat dari dalam sana.
"Iya. Kenapa?" tanya Paing, kalem. "Dan kau baru pulang main jam segini. Agak telat, hm?"
Yuzu dengan topi bentuk pop corn sehabis nonton bioskop, sepertinya malah kesal ketika sampai ke rumah. "Jangan membalikkan obrolan, Phi. Apa dia bayi si Omega yang waktu itu?" tanyanya. "Kenapa malah di sini? Suaminya kemana? Perasaan mereka baru menikah--"
DEG
"Eh?!"
"Ayo ikut aku sebentar."
"Ah! Jawab dulu pertanyaanku! Aduhhh! Phiiii ...." kata Yuzu karena Paing langsung menariknya turun tangga. Dia menasihati Yuzu sebentar karena situasi Apo sulit, tapi Yuzu tetap berteriak di depan sang kakak. "TIDAK PEDULI!" katanya dengan suara menggaung-gaung. "POKOKNYA KALAU DIA SAMPAI MENYAKITI PHI-KU, AKAN KUGAMPAR!"
"Sssshh... shhh... Yuzu--"
Yuzu malah menyentakkan tangan Paing.
PLAKHH!
"BRENGSEK! AKU BENAR-BENAR TIDAK MAU TAHU!" kata Yuzu, lalu melempar topi pop corn-nya ke lantai. Plukh! "AKU BENAR-BENAR BENCI PHI HARI INI! HIIIH!"
BRAKH!
Yuzu pun membanting pintu kamarnya, tepat setelah lari-lari gaduh di setiap anak tangga.