webnovel

BAB 33: EMERGENCY NIGHT

Jam dinding menunjukkan pukul 02:34 pagi saat sambungan terputus. Paing pun memandangi layar ponselnya heran, tapi juga memaklumi suami Apo pada saat yang sama. Well, dia bukan CEO dalam bidang manufaktur. Meskipun begitu, Paing cukup tahu betapa ributnya jika bertahan dalam posisi itu. Dia pun menghela napas, lalu berniat menghubungi nomor lainnya.

"Er ...." igau Apo dalam tidurnya. Tiba-tiba Omega itu meringkuk karena dingin, lalu menarik selimut hingga menutupi leher jenjangnya. "Mmn, nn."

Paing juga tidak paham rasanya jadi orangtua yang memikirkan bayi. Isi mimpinya selama ini hanya hal random, kalau bukan keusilan Gaby atau semacamnya. Meskipun begitu, Paing ingin coba membantu meski sedikit. "Sebentar, aku cari sesuatu untuk kompresan lain," katanya. Lalu mengodel-odel lemari Nodt bagian bawah. Dia menemukan handuk-handuk kecil yang dilipat rapi, juga kaus kaki bervariasi.

Kini, handuk-handuk itu dibagi menjadi 6. Paing bahkan merobeknya untuk melakukan kompresan darurat yang lebih tinggi. Lalu meletakkannya pada tiap lipatan pembuluh darah.

Greeeeekkk! Greeeek!! Greeeek!!

Leher, ketiak, serta lutut dalam bagian kanan dan kiri ... Paing tidak melewatkan semuanya untuk dirawat. Dia ingin panas Apo cepat-cepat turun, karena jika sampai 40°, Omega ini pasti terserang kejang. "Oke, Apo. Bertahanlah sebentar lagi. Temanku sekarang ada di jalan ...." katanya setelah mengecek ulang termometer Apo. Gawat! Tinggal koma tujuh Apo sudah di titik batasnya!

Dengan kegugupan yang makin tinggi, Paing pun menuangkan cuka dapur dalam satu baskom air hangat. Dia sempat menyenggol rak piring hingga beberapa jatuh pecah, tapi Alpha itu tak peduli dengan chaos di sekitarnya. Dia merendam kaus kaki bersih ke dalam baskom cukup dua menit. Memerasnya, lalu memakaikannya kepada Apo. (*)

(*) Cuka memiliki keasaman tinggi sehingga terverifikasi medis bisa mengeluarkan panas dari dalam tubuh dengan cepat. Merendam kaus kaki hingga lembab adalah cara yang paling ampuh untuk demam tinggi, walau aneh bagi orang-orang awam.

Saat itu kaki-kaki Apo sangat dingin. Dia seperti es pada bagian telapak, tapi mendidih bagaikan api pada kulitnya. Semuanya terasa terbakar. Mungkin, jika dia tidak segera ditangani ... entah bagaimana kondisinya sekarang.

"Hrrrh, nnh ...." igau Apo terus menerus. Dan kala Paing mengecek wajahnya, bantal sudah basah dengan air mata yang membanjir. Bibirnya juga memucat. Dia nyaris saja mengusap bagian itu, tapi sudah ada geraman mesin motor di luar sana.

BRRRRRM!! TIIIN! TIIIN!!

"BRO!" panggil Bible di luar sana.

DEG

Paing pun refleks berdiri. Lalu menemui si koas yang masih junior. "Yo! Kau datang?" katanya. Bible yang baru turun dari motor pun langsung memaki.

"Dafuq! Kau ini baru merawat atau bercinta? Kenapa lebih berantakan daripada aku?" kata Bible sembari mengulurkan ransel berisi obat-obatannya.

"Halah kau tidak perlu banyak protes. Aku ini dimuntahi tak hanya sekali," kata Paing sambil menerimanya. "Mana sempat kalau harus cepat melakukan banyak hal."

"HA HA HA HA HA!" tawa Bible yang menuntun motornya ke tepi teras.  "Oke, tapi boleh ikut masuk ke dalam? Aku penasaran siapa temanmu yang sakit sampai begitu. Ckckck. Sudah dewasa kenapa tak hati-hati? Heran dengan orang-orang jaman sekarang ...."

"Hm, ayo. Ikut bantu aku juga lebih baik," kata Paing.

"Apa?!"

"Ck, hanya jaga dia di sebelah. Aku belum sempat membersihkan muntahan dan lain-lain ...." kata Paing. Malah melemparkan ranselnya ke Bible kembali. "Ini, urusi obatnya segera. Gerus atau apalah agar diminum. Stay still ...."

"WOE! BRO?!" protes Bible yang tak diindahkan. Lelaki Alpha itu pun geleng-geleng kepala, lalu masuk walau langsung syok dengan kondisi Apo di dalam. "Wah ... HEI!"

BRUGH!!

Bible sampai menjatuhkan tas dari tangannya, lantas memburu Apo yang sudah menggigil kejang.

Brakh!!

"Ada apa, Bible?!" kata Paing yang tidak jadi ke dapur. Tadinya dia berniat mengambil sesuatu untuk mengepel muntahan, tapi langsung berlari menggebrak pintu.

"SIAL, LIHAT!" teriak Bible yang melempar handuk kompresan bagian leher. Dia juga melepasi kancing-kancing atas baju Apo yang basah keringat. Lalu menariknya agar punggung tak lagi berbantal. Sayang, melakukan praktik medis selalu tak semudah teori. Bible yang masih koas pun kewalahan, sehingga butuh bantuan Paing untuk menenangkan kejang Apo yang sampai meremas cakar.

"Rrrrghhh! Rrrrrghhh!" raung Apo yang kesakitan. Dia memeluk Bible dan Paing sekaligus, bahkan mengoyak kulit mereka di balik baju.

"Fuck! Gila! Dia ini Alpha atau Omega sih?! Kenapa kuat sekali?!" keluh Bible karena ditendangi Apo dengan tungkai-tungkainya. Dia sempat tahan pada menit pertama, tapi lama-lama tidak lagi bisa.

BRAKHHH!!!

Tubuh Alpha itu sampai terpental jatuh, dan Paing langsung berteriak padanya. "HEI! CEPAT BERDIRI! TELEPON AMBULAN MANA PUN" teriaknya dengan wajah murka.

Baru kali ini kesabaran Paing habis, tapi bahkan seorang Bible tetap melakukan instruksinya meskipun jengkel sekali. "OKE!" katanya lalu mengeluarkan ponsel sambil mondar-mandir gelisah. "Cepat angkat ... cepat angkat ...."

Selama itu, Apo terus menerus menjerit. Infus di tangannya menetes begitu cepat, sementara Bible langsung menggeruskan obat setelah dapat ambulans. Sayang, kejang Apo sepertinya terlampau parah. Mungkin suhunya mencapai 42° lebih, sampai-sampai giginya saling menggigit sendiri. Obat yang digerus tak lagi bisa ditelan. Jarum injeksi bahkan juga tak bisa menembus kulit kakunya.

"Bro, aku tidak janji ambulan-nya datang tepat waktu ...." kata Bible di sebelah Paing. Dia tetap menjelaskan, meski pemandangan di depannya kacau. Sumpah! Dia berharap segera menemukan solusi.  "Yang lain penuh, tinggal yang jaraknya benar-benar jauh. Apa kita bawa saja dengan mobil? Aku bisa ngebut, tapi bagaimana kalau kenapa-napa di tengah jalan ...."

"RRGHHHH!! RRGHHH!! RRGHHH!" raung Apo semakin menjadi-jadi. Lengan Paing sudah dihasi luka cakar, sementara kedua Alpha itu dikejutkan Build yang baru datang bergabung.

BRAKHHH!!

"Suara apa itu tadi?! HEI, PASIENNYA!!" kata Build dengan napas yang terengah-engah. Seketika dia paham situasi di sana, lalu berteriak kepada mereka. "ASTAGA, DASAR GILA KALIAN SEMUA! CEPAT LAKUKAN PROSEDUR CARNEGIE! KENAPA MASIH BERPIKIR?!"

DEG

"Apa?!"

Paing dan Bible pun berpandangan, sementara Build melotot semakin lebar. "BRENGSEK! BIAR KUCEK SUHU KALIAN BERDUA!"

Bersambung ....

Prosedur Carnegie. Atau lebih tepatnya Carnegie Mellon University yang berasal dari Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Di sana pernah dilakukan penelitian terkait menyerap panas seorang penderita demam dengan cara mendekapnya dalam pelukan. Pada bayi biasanya dilakukan oleh ibu, dan ini bagus dilakukan jika si pemeluk suhu tubuhnya semakin rendah.