webnovel

AndroMega

(Slow Update!) Seorang kapten dari Organisasi NEBULA menuntut Rickolous Dattora atas penyalahgunaan sebuah gelang bersistem AndroMega, yang dikenal dapat menyimpan senjata dalam bentuk virtual. Rick marah, karena gelang itu merupakan satu-satunya peninggalan ayahnya. Karena melihat ada peluang baik pada Rick, sang kapten memberi keringanan dengan menawarkan pekerjaan sebagai Agent organisasi. Walau ragu, Rick menerima tawaran itu. Di sana, ia bekerja bersama empat Agent lainnya sebagai tim. Apa saja yang dikerjakan Rick DKK di sana? Masih banyak hal yang perlu ia cari tahu, seperti tentang Virtozous, GIGAS, Sistem AndroMega, terutama masa lalu kelam ayahnya. (Catatan : Walau disebut Sistem AndroMega, cerita ini sama sekali tidak mengambil konsep Sistem pada umumnya, seperti karakter OP, dunia lain, dewa, DLL) ***** AndroMega by. Korona Noire

Korona_Noire · SF
レビュー数が足りません
37 Chs

Chapie 1 : Invasi Kecil tak Terduga

Posisi seorang pria bermantel hitam berbulu saat ini tengah berada di hadapan sebuah layar monitor berukuran besar, menampilkan berbagai macam rekaman kiriman langsung dari berbagai kamera dan drone yang tersebar di berbagai daerah. Iris amber-nya yang tajam memperhatikan secara rinci setiap rekaman tersebut, tak ingin melewatkan sedikit pun kejadian-kejadian di sana.

Pria lainnya juga terlihat mengoprasikan tab di tangannya, mengatur berbagai rekaman dalam monitor. Salah satu rekaman memperlihatkan banyak sekali tumpukan robot bekas. Semua robot bekas itu kini menjadi fokus perhatian mereka berdua.

"Area bawah Kota Erlan menyimpan banyak sekali robot-robot buangan para elit. Selain menjadi tempat saluran air bawah dan juga pembuangan rongsokan mesin, di sana juga terdapat pemukiman kumuh bagi orang-orang tidak mampu," jelas pria berkacamata di sampingnya.

"Pinta Virtozous manapun untuk menginstal ulang sistem mereka. Kita akan membuat pesta kecil-kecilan di sana."

Sang pria berkacamata segera mencatat perintah sang atasan di sampingnya. Segera ia juga menghubungi orang yang diperintah untuk segera menjalankan perintahnya.

"Soal area bawah, aku menemukan seseorang yang menarik di sana."

Si kacamata mengganti semua rekaman yang ada dengan satu foto samar-samar, foto itu menampakan seorang pria muda berjaket merah sedang berjalan di jalanan kumuh di area bawah. Walau foto yang didapat samar-samar dan tidak begitu jelas, tetapi si mantel hitam merasa familiar dengan perawakannya.

"Maaf jika drone-ku tak dapat mengambil foto dengan sempurna. Masa aktif sistemnya hampir habis, jadi kerjanya tidak maksimal," jelas si kacamata, "Tetapi, drone-ku sempat mendeteksi apa yang dimiliki oleh orang itu. Dia memiliki AndroMega dalam status tidak aktif. Padahal area bawah hanya menampung warga sipil yang kurang mampu. Bagaimana bisa ada salah satu warganya memiliki AndroMega?"

Ia melirik tajam pada pria berkacamata itu. "Apa dia bagian dari Serikat Galaksi?"

Si kacamata menggeleng yakin. "Sepertinya tidak. Mungkin hanya warga sipil yang beruntung menemukan AndroMega yang lepas dari pemiliknya, mengingat AndroMega tersebut dalam status tidak aktif."

Pria bermantel itu bersedekap, memperhatikan foto pada layar monitor. Memang rasanya tidak masuk akal jika ada warga area bawah memiliki AndroMega. Mungkin benar apa yang dikatakan bawahannya bahwa orang dalam foto itu hanya beruntung menemukan AndroMega. Tetapi, mana mungkin ada pengguna AndroMega yang seceroboh itu bisa kehilangan alat berupa gelang canggih tersebut?

"Bagaimana menurutmu, Dragon?"

Ia menoleh tajam pada sosok di samping satunya. Sosok pria bermantel merah dengan topeng naga ikut memperhatikan foto tersebut. Dia merasa ada suatu hal yang aneh pada pria dalam foto itu, tapi ia tidak mau peduli.

Tanpa menjawab apapun, Dragon berbalik mengibaskan ekor mantelnya secara dramatis, melangkah meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh monitor itu tanpa berucap sepatah kata pun untuk kedua pria dewasa di sana.

Sang pria bermantel hitam hanya diam memperhatikan kepergian bawahan misteriusnya. Dia memang lebih sering diam dibandingkan dengan bawahan lainnya. Tapi walau begitu, Dragon termasuk bawahannya yang paling kuat dan selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

"Master Obsidian?"

Ia mengangkat satu tangannya di hadapan sang bawahan berkacamata, memberi aba-aba untuk diam.

"Profesor Satan, lakukan saja yang kuperintahkan. Tetap fokus pada proyekmu dan tuntaskan juga eksperimen-eksperimen yang tersebar di berbagai negara," perintah Obsidian tegas, tak mau dibantah, "Bila ada sesuatu yang kurang dalam bentuk dana, kau bisa memintanya padaku. Jika itu dalam bentuk material, kau mendapat izin sepenuhnya dariku untuk meminta bantuan pada anggota lain."

Pria berkacamata itu, Satan panggilannya, hanya terkekeh. Turut senang jika diberi kepercayaan penuh dari sang master. Semua proyek ditangani oleh Satan, itu suatu kehormatan baginya bisa bekerja di bawah perintah Obsidian.

"Terima kasih, Master Obsidian. Kupastikan seluruh galaksi akan menjadi neraka terindah untuk kita nikmati."

~*~*~*~

Sebuah keycard digesekan di dekat gagang pintu, diketikan sebaris sandi pada keypad monitor untuk menguncinya. Kosan ini sudah lama menjadi tempat tinggal dirinya. Sosok ini hidup sendirian selama belasan tahun semenjak kejadian na'as yang dialaminya dan mendiang ayahnya di luar angkasa.

Dulu dia berhasil selamat dari peristiwa meledaknya sebuah pesawat luar angkasa yang menampung banyak wisatawan untuk berlibur ke Planet Dinosaur. Dia dan beberapa penumpang berhasil selamat, tapi tidak sedikit juga yang tewas tak terselamatkan, termasuk ayah tercintanya. Kapsul darurat yang ia gunakan untuk menyelamatkan diri berhasil ditemukan beberapa astronot keamanan yang tengah berpatroli di sekitar planet. Setelah selamat, ia ditampung di sebuah panti asuhan.

Dua tahun setelahnya, dia diadopsi oleh pemilik kosan ini. Diberi tempat tinggal di area bawah, mendapat kesempatan untuk bersekolah walau hanya sampai tamat SMA, dan kerja serabutan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Walau diadopsi dan tidak dikenakan biaya untuk menyewa kos oleh sang pemilik kosan yang dikenal ramah dan baik, tetapi dia berusaha untuk tetap membayar kos setiap bulan. Dia tidak ingin terlalu bergantung dengan orang lain, apalagi orang tersebut tidak memiliki ikatan darah dengannya.

Dia akan berusaha, berjuang melakukan hal-hal positif dalam hidupnya, seperti yang dijanjikan oleh sang ayah.

"Hei, Rick! Mau berangkat kerja?"

Dia menoleh pada tetangga kosannya sambil mengantongi keycard ke dalam jaket merah yang ia kenakan. "Cuti dulu, Cuy. Mau belanja mingguan," jawabnya akrab.

"Terus, Xeno kemana?"

Ia sempat berpikir sejenak tentang keberadaan kawan satu kosnya. Xeno memang akhir-akhir ini sering keluar lebih pagi dari kos, tidak tahu apa yang pria satu itu lakukan. Tapi setahunya, Xeno sering pergi untuk mengurus ternak ayam samping kos mereka.

"Sedang mengurus ternak ayam milik Pak Xavier, kali." Ia menggulung lengan jaketnya. "Katanya, lumayan buat nambah-nambah penghasilan dari mengurus ternak ayam."

"Wah! Bagus, dong!" Sang tetangga turut senang. "Xeno sekarang sudah bisa cari uang sendiri. Tapi, kau yakin membiarkannya untuk kerja serabutan, mengingat orangnya aneh begitu?"

Benar juga kata tetangganya. Dia memang sering kepikiran tentang Xeno. Xeno tipikal pria yang aneh dari pria-pria sebayanya dan dulu sering membuat masalah di area bawah walau tanpa disengaja.

"Tak apalah." Dia mengibaskan tangannya di depan, terlihat enteng menanggapinya. "Dulu waktu membantuku angkut-angkut karung di toko Pak Lou, dia yang paling banyak angkat karung dalam sekali angkat."

"Kalau kau percaya sepenuhnya pada Xeno, itu bagus. Cuma meyakinkan saja agar kau tidak terlalu membebankannya. Bagaimanapun juga, dia berbeda dari kita."

Dia hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai balasan. "Oke, oke…. Ya, sudah! Aku pergi dulu, ya!"

"Pergi aja, sono! Sekalian cari jodoh, tuh! Jangan jomblo mulu."

"Yeee…. Masih pengen ngejomblo dulu! Lagi asik, nih…!"

Percakapan mereka diakhiri dengan tawa keakraban. Ia lalu segera berjalan menuju gerbang kos, mulai melakukan kegiatannya untuk berbelanja mingguan.

Dia, Rickolous Dattora, atau yang lebih sering disapa Rick hanyalah seorang pria yang tinggal di area bawah selama belasan tahun dan terbiasa untuk hidup mandiri. Hal yang Rick inginkan dalam hidupnya sederhana saja, yaitu ingin membantu banyak orang yang membutuhkan pertolongan.

"Hei, Xeno!"

Saat Rick hendak membuka pintu pagar setinggi pinggangnya, pria pemilik rambut pirang acakan itu kebetulan melihat sosok yang dibicarakan tadi tengah berusaha mengeluarkan beberapa ayam dari kandang dekat kos mereka. Pria berperawakan tinggi besar itu mengalihkan pandangan ke arah Rick. Senyum sumringah seketika merekah di wajah imutnya saat melihat Rick.

"Wah!!! Rick sudah bangun, Pyo? Selamat pagi, Pyo!" sapa Xeno dengan akhiran 'Pyo' yang menjadi ciri khasnya sambil melambaikan tangan.

"Pagi, Xen."

"Rick mau pergi kemana, Pyo?" tanya Xeno ketika ia sedang berusaha mengeluarkan ayam paling gemuk yang tersangkut di pintu kandang.

"Mau pergi belanja," jawab Rick, "Belanja mingguan. Bahan makanan kita banyak yang habis."

"Aaaakh!!!" Xeno terkejut ketika berhasil mengeluarkan si ayam gemuk. Memang butuh perjuangan ekstra untuk mengeluarkannya hingga ayam itu sempat terpental ke atas. "Boleh Xeno ikut, Pyo?"

Rick menatapnya bingung. Pasalnya, Rick ragu untuk membawa Xeno ikut dengannya berbelanja. Xeno kadang terlalu banyak tanya akan hal-hal tidak penting, perilakunya yang kekanak-kanakan juga terlihat cukup memalukan. Tapi, mau bagaimana lagi? Tak apa jika Rick sekali-kali mengajaknya untuk pergi berbelanja. Mungkin Xeno bisa bantu-bantu bawa belanjaan.

"Ya, sudah. Tapi jangan buat masalah selama kita belanja, oke?" ucap Rick menyetujuinya.

"Yes! Siap!" Xeno pun berjingkrak-jingkrak kegirangan seperti anak kecil setelah hormat pada Rick.

Sebelum mereka berangkat, Xeno sempat berpamitan pada pemilik ternak karena sudah menyelesaikan urusannya mengurus ayam-ayam untuk hari ini. Setelah Xeno mendapat upah yang cukup dari pemilik ternak, akhirnya mereka berangkat pergi berbelanja.

Rencananya mereka akan ke kota atas untuk belanja, karena di area bawah tidak ada yang berdagang. Kalaupun ada, bahan makanan dan barang-barang yang dijual pasti kualitasnya buruk, mengingat mereka tinggal di area kumuh.

Mereka menempuh perjalanan menuju kota hanya dengan berjalan kaki. Jarak antara kos dengan elevator umum yang biasa digunakan untuk ke atas cukup dekat. Mungkin setelah sampai di atas mereka akan naik bus.

Selama di perjalanan, Rick sempat melirik kawan di sampingnya yang begitu riang berjalan bersamanya. Xeno memang berperilaku seperti anak kecil dalam tubuh tinggi kekar khas pria dewasa, hal itu membuatnya dipandang aneh oleh banyak orang. Sekilas Rick teringat akan pertemuan pertama mereka ketika iris birunya menangkap kalung besi berduri yang dikenakan Xeno.

Ketika Rick berusia remaja, Rick yang baru pulang kerja serabutan seperti biasa menemukan sosok remaja sebaya dengannya duduk di pojok sebuah gang sempit sambil memeluk kedua lutut, terlihat ketakutan. Sosok itu memakai pakaian pasien yang biasa dipakai di rumah sakit dan sebuah kalung rantai besi mirip dengan kalung hewan peliharaan.

Keadaannya begitu memprihatikan, membuat Rick iba. Rick memutuskan untuk membawanya ke kos. Di sana sosok itu menjelaskan bahwa dia tidak ingat apapun selain namanya, Xeno Phersemorph. Xeno bahkan juga lupa apa yang terjadi padanya selama ini sampai bertemu dengan Rick.

Sejak itulah mereka tinggal satu kos, pemilik kos juga terlihat begitu baik memperlakukan Xeno seperti anaknya sendiri. Entah apa sebab perilaku Xeno seperti anak kecil, mungkin itu penyebab dari hilang ingatan Xeno. Rick pun tidak begitu mengerti. Walau sifatnya menyebalkan, tetapi Rick juga sudah menganggap Xeno sebagai saudara sendiri. Mereka begitu akrab biarpun Rick kadang mengomeli Xeno karena sifat menjengkelkannya itu.

"Rick!" panggil Xeno dengan nada riang seperti biasa. "Hari ini Xeno dapat uang lagi dari Pak ternak. Kira-kira Xeno mau beli apa, Pyo?"

"Mending uangnya ditabung aja," saran Rick tanpa melihat ke arah Xeno, fokus ke jalan, "Kalau mau belanja, jangan terlalu banyak dipakai uangnya. Cari uang itu susah, jadi perlu pandai-pandai berhemat."

Xeno menggembungkan pipinya karena sebal. Padahal, dia ingin sekali membeli sesuatu yang menarik dengan uang hasil kerjanya sendiri, tapi malah disuruh ditabung untuk keperluan yang menurutnya belum pasti.

Melihat Xeno sebal begitu membuat Rick tanpa sadar menyunggingkan senyumnya. Rasanya, lucu juga melihat pria dewasa ngambek begitu.

Belum sempat mereka sampai ke elevator umum yang akan mereka gunakan untuk ke kota atas, tiba-tiba saja Rick dan Xeno dikejutkan dengan kepanikan warga area bawah. Warga setempat lari ke arah berlawanan dari Rick dan Xeno sambil meneriakan sebutan robot. Tentu saja keduanya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Karena penasaran, Rick sempat menahan salah satu warga panik. "Hei, tunggu! Apa yang terjadi di sini, Tuan?"

Wajah orang itu begitu tegang, sesekali matanya melihat gelisah ke belakang. "A-Anu…. Robot… ada robot-robot bekas… hidup…," jawabnya terbata-bata.

"Robot bekas? Hidup?" Rick menaikan sebelah alisnya heran, merasa bahwa mustahil jika ada robot-robot bekas yang telah rusak bisa aktif kembali tanpa sebab.

"Ma-maaf, saya harus pergi!" Dengan paniknya orang tersebut berlari pergi menjauhi Rick.

Mereka dikejutkan dengan tembakan laser dan juga peluru-peluru timah dari arah depan. Betapa kagetnya Rick dan Xeno ketika melihat rombongan robot bekas dari berbagai jenis menyerang orang-orang yang tersisa.

Kini mereka benar-benar dibuat bingung dengan situasi ini. Bingung dengan apa penyebab robot-robot rongsokan itu bisa aktif dan bersifat seagresif ini, dan juga bingung dengan apa yang harus mereka lakukan sekarang.

~*~*~*~

Sebuah mobil melaju di jalan layang kota Erlan. Jalanan di seluruh penjuru kota terlihat sangat lenggang karena masih terlalu pagi untuk kebanyakan orang memulai aktivitas. Seorang pria bermantel jubah keemasan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menjawab telepon seseorang di seberang sana.

"Iya, Sayang…. Bulan ini aku enggak bisa balik dulu, banyak kerjaan. Minggu ini bakal diadakan tes pemilihan kelompok untuk calon Agent yang diterima. Aku juga harus hadir, karena aku sudah naik pangkat menjadi kapten pembimbing dan dipercaya ikut mengurus tes." Ia memutar mata keemasannya kala mendengar omelan orang yang ia hubungi. "Oke, oke. Nanti aku hubungi. Saat ini, aku sedang ada tugas patroli dengan rekanku. Aku mencintaimu, Sayang. Muach!"

Buru-buru ia memutuskan panggilan secara sepihak, tidak ingin terlalu lama mendengar omelan yang bisa membuat gendang telinganya meledak. Di sampingnya sendiri, ada seorang pria bermantel jubah keperakan tengah memeluk sayang boneka kucingnya.

Jangan tanya kenapa pria dewasa seperti dia suka boneka kucing.

"Siapa yang menghubungimu, Kapten Golden?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan pada si boneka kucing.

Setelah mengantongi ponselnya, Golden menjawab, "Biasa. Istriku. Baru beberapa hari aku tinggalkan, sudah ngomel-ngomel dia. Aku sudah menjelaskan bahwa mungkin sebulan-dua bulan aku tidak bisa pulang dulu. Semoga saja dia bisa lebih mengerti profesiku." Ia mengelus kasar wajahnya.

"Pastilah. Refalyn 'kan baik, Myo," ucapnya berusaha untuk menyemangati Golden.

Terdengar suara alarm dari radar yang ada pada monitor dekat setir mobil. Rekannya meletakan boneka kucing ke jok belakang lalu membuka menu radar pada monitor sentuh.

"Ada apa, Kapten Silver?" tanya Golden masih fokus menyetir.

"Radar membaca aktivitas mencurigakan di kota, Myo."

Silver menyentuh letak lokasi bertanda titik merah itu, memperlihatkan rekaman langsung dari salah satu kamera CCTV di sana. Dalam rekaman menunjukan kepanikan orang-orang ketika banyak sekali robot dari berbagai jenis menyerang mereka secara brutal dan menghancurkan apa saja yang ada di sana.

"Itu lokasinya di daerah bawah?" Golden sempat melihat rekaman tersebut.

Silver mengangguk. "Ada banyak robot bekas menyerang mereka. Kejadian ini serupa dengan yang pernah terjadi di negara tetangga bulan lalu, Myo."

"Akh! Sudah kuduga. Ada yang tidak beres dengan kendali robot-robot bekas itu."

Tiba-tiba seketika rekaman hancur, mengalami glitch dengan objek terlihat tidak beraturan, monitor blank, layarnya berubah warna menjadi merah total. Mendadak sebuah gambar pixel wajah seorang gadis bertanduk muncul, perlahan mulut dari gambar pixel itu bergerak membentuk seringai lebar, berbunyi dengan suara yang rusak dan tidak begitu jelas.

['Se… serrrt…. Selamat… menempuh… ^$%#*(^(*^&@... Perjalan- AAARRRSSST!!!-nan dengan baik…, ba- SSSSRRRRTTTT!!! NYIIIING!!!... bi!']

Monitor radar langsung mati setelah suara gambar pixel tadi berbunyi. Hal itu cukup membuat mereka terkejut dengan apa yang terjadi pada radar mereka.

"Apa yang terjadi, Kapten Silver?"

"Sepertinya radar kita diretas, Myo." Silver beberapa kali berusaha untuk mengaktifkan kembali radar dengan menekan tombol 'On' di sana, tapi hasilnya percuma.

"Bagaimana bisa diretas?" omel Golden tidak terima, "Semua software keluaran NEBULA 'kan terjamin keamanannya!"

"Setiap yang dibuat pasti ada kelemahannya, Kapten Golden…. Selama program yang diacak tepat untuk meretas, maka hal ini tidak mustahil terjadi, Myo."

Memang benar yang dikatakan Silver. Orang yang telah meretas sistem radar pelacak mereka pastinya lihai dalam memanipulasi sistem. Menurut Golden sekarang, entah siapa orang yang berhasil meretas sistem radar mereka, pasti ini berkaitan dengan apa yang terjadi di area bawah sekarang.

"Argh!" Golden mengacak rambut pirangnya resah. "Kalau aku pakai earphone tadi, pasti telingaku sudah berasa macam ditusuk tombak. Tapi, kau ingat lokasi kejadiannya, bukan?"

"Tentu, Myo. Di area bawah, lurus saja dari sini."

"Oke! Pegangan, Goblok!"

"Owaaaaa!!!"

Golden yang dilanda emosi berat langsung tancap gas pada mobilnya. Silver sempat dilanda panik ketika rekannya itu mempercepat laju mobil. Ia tahu jalanan masih lenggang, tapi tetap saja melaju dikecepatan maksimal itu berbahaya.

"Jangan cepat-cepat, Kapten Golden! Aku masih belum menikah, Myo!!!"

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"Oke! Pegangan, Goblok!" ~Kapten Golden kerasukan meme deja vu

Aku ga bisa nemu fitur buat memiringkan kalimatnya. Jadi, setiap dialog komunikasi akan pakai kurung kotak '[,]', dan kalau dialog masa lalu akan pakai tanda petik satu ('). Kalau masih bisa diantisipasi biar lebih rapi tulisannya, mohon dikomen biar bisa dikoreksi lagi ><

Korona_Noirecreators' thoughts