"Gue jauhin dia sendiri yg datang, jadi jangan salahkan gue, seandainya masa lalu terulang lagi"Farel tersenyum menyeringai, membayangkan kalau kenyataan anggapan nya ternyata benar.
"Tunggu gue, my first love"Farel menggeram hingga menonjok nonjok stir mobilnya, fikirannya tiba2 melayang dan teringat akan kata2 Arza waktu itu.
"Kita satu turunan, sepesukuan Rizzi kamu harus ingat, adat melarang kita, jangan berani melanggarnya, ayah bisa setuju kita berteman karna kita masih saudara, dan terlebih aku tidak punya perasaan apa2 sama kamu, maaf Rizzi aku mengatakan ini agar kamu sadar, kamu salah dan please buang jauh2 harapan kamu sama aku "dg tegas nya Arza berucap demikian dan hingga saat ini masih menggelinjang di ingatan Farel.
"Ha...Omong kosong, gue gak akan menyerah lagi sekarang"Farel tersenyum kecut dan kembali memukul stir mobil yg tidak salah apa apa itu.
**
"Dek yakin gak mau nurutin mau nya ibu?"Tanya Bani, matanya menyipit berusaha tenang, meski hatinya remuk Bani tidak mau egois dia tetap berusaha membujuk kekasih nya itu.
"Aku bukannya gak mau, tapi aku punya banyak kerjaan kak"Ziah memelas, menghembuskan nafasnya dg kasar dan memalingkan wajah nya.
"Ok! baiklah"pasrah Bani kemudian dan mengedikan bahunya. Mereka terus berayun melangkah perlahan wajah Ziah jelas tampak betek dg mulutnya yg mengerucut.
"Panas juga ya kak, padahal udah sore masih aja panas,bhuft gerah "Ziah mengibaskan kedua tangan nya ke arah leher dan menengadah ke atas, berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"Mau kakak kipasin?"Bani menatap Ziah dan tersenyum sangat manis, Ziah sedikit kikuk dan salah tingkah di buatnya, tapi Ziah cepat2 membuang semua fikiran dan rasa aneh yg menggrogoti hatinya saat ini
"Mau kipasin pake apa?"
"Pake daun Pisang kamu mau?"Goda Bani dg senyum jahilnya.
"Ih gak lucu "Ziah mendorong bibir Bani yg menggemaskan itu dg telapak tangannya.
"Sayang tunggu, jangan cepat cepat jalanya, kamu mau ninggalin kakak ya"teriak Bani, Ziah terus berlarian di depan nya dan mencibir Bani, Bani semakin gemas dg gadis itu, lalu mengejarnya, hingga aksi kejar kejaran diantara keduanya pun terjadi, mereka gembira tertawa lepas layaknya anak kecil, sejenak lepaslah beban di benak mereka saat ini.
"Ha akhirnya, rumah ku tercinta"Ziah terengah dan menyandarkan tubuhnya pada kursi yg ada di teras rumahnya.
Bani bukanya duduk malah bergegas membuka pintu dan tergesa masuk kedalam.
"Eh eh main masuk rumah orang sembarangan aja, yg punya rumah aja belum masuk nih"sergah Ziah tapi Bani tak menggubris, Ziah menggelengkan kepalanya, sekian detik mengatur nafas hingga baikan Ziah juga tak melihat Bani keluar.
"Eh si kakak ngapain ya di dalam?"Ujarnya bingung, dan beranjak untuk memastikan.
Sontak mulut Ziah ternganga seperti huruf O besar, ternyata Bani sedang asik membaca Novel yg ada di meja kamar Ziah.
"Lancang kakak"Ziah mengambil dg kasar, Bani pun terjingkat.
"Dek, Novel 21+, ayo, diam2 mulai berani ya"goda Bani kemudian, bola mata nya berputar putar seolah mengitari tubuh Ziah, Ziah kikuk dan salah tingkah.
"Apaan, ini cuman Novel, aku suka baca Novel, aku juga suka K-Drama"jawab Ziah terbata bata.
"Ya ya, kakak paham, adek ku sekarang kan udah dewasa"ledek Bani yg mendekati Ziah dan merebut kembali Novel itu, mata Ziah melebar kesal.
"Ih kakak, kembalikan"ketus Ziah, tapi Bani terus menggodanya, aksi kejar kejaran kembali terjadi di ruangan itu, tubuh Bani yg cukup tinggi membuat Ziah kesusahan merebut Novel nya kembali.
"Ayo ambil kalau bisa"Bani mengangkat Novel itu ke atas dg sebelah tangannya, Ziah sampai melompat untuk meraihnya namu sia2, Bani cukup tinggi di bandingkan dirinya, senyum sinis Bani membuat Ziah kesal dan memikirkan strategi lain.
"Ih Ziah apaan kamu dek jangan sayang"kekonyolan Ziah datang dia begitu berani melonggarkan ikat pinggang Bani seolah ingin melucuti celananya dan tersenyum sinis, Bani terus meronta dan akhirnya kehilangan keseimbangan.
"Bruukkk"mereka jatuh ke lantai dan novel itu terpental, seperti adegan dalam novel tsb Ziah jatuh tepat di atas Bani dan berusaha menopang tubuhnya dg kedua tangan agar jangan sampai menindihnya.
"Kak..Adegan apa ini?"mata Ziah melebar, Bani merasa gugup, sungguh ini belum pernah sebelumnya, apalagi Bani sempat membaca adegan itu tadi walaupun cuman sekilas, jantung mereka berdegup kencang, menatap seperti ini membuat keduanya hanyut dan tenggelam dalam netra yg saling beradu.
Dari jarak sedekat ini kecantikan maupun ketampanan keduanya semakin terlihat menyisakan kekaguman di hati masing2.
Merekapun salah tingkah dan dg cepat berdiri membenarkan posisi, Ziah baik Bani sama2 mengatur nafas mereka dan kembali bersikap biasa.
"Dia hampir 6 tahun jadi cowok aku, tapi kenapa Ziah masih canggung gini?Bodoh"batin Ziah, dia melirik Bani yg juga meliriknya.
"Ih apaan ini? Jadi aneh rasanya"pikir Ziah lagi, Bani tersenyum dan menghampiri nya, jantung Ziah kembali berdegup kencang, hingga menutup kedua matanya.
"Are you ok dear?"Bani menepuk pelan bahu Ziah, dan Ziah tersadar dan membuka matanya, dg kikuk Ziahpun mengangguk.
"Hmm, kakak gak marah kan Ziah baca novel itu?"oceh Ziah yg kini sudah berdiri bersama Bani di pintu depan.
"Gak sayang, itu hak kamu"jawab Bani tersenyum tipis.
"Makasih ya udah jadi teman aku seharian ini"
"Iya sayang, kakak pulang ya?"Bani membelai rambut Ziah.
"Baiklah "jawab Ziah manja.
Bani tersenyum melangkah dan melambaikan tangannya.
"Eh kak, tunggu"tegur Ziah kemudian Bani menghentikan langkahnya.
"ya sayang"jawab Bani heran.
Ziah mendekati Bani dan mencium pipi kanan laki2 itu, dan berlari setelahnya, mengunci pintu rumah nya karna malu, Bani memegang sebelah pipinya tsb, dan tersenyum, dari balik pintu Ziah juga tersenyum tersipu malu.
masih banyak yg kurang ,komentar dan saran pembaca sangat author butuhkan,maklum masih amatiran ,author butuh motivasi lebih baik lagi,makasih