webnovel

Am I Only Dreaming?

Mereka telah membunuh Ayah dan Ibuku, dan mereka sudah memisahkan aku dengan kakakku. Lalu apa yang harus ku lakukan?

Daisy17 · ファンタジー
レビュー数が足りません
3 Chs

Prolog

    Dua saudara berjalan memasuki hutan. Anak pertama bernama Sean Vaeran dan adiknya bernama Sheila Vaeran. Mereka merupakan keturunan dari Klan Vaeran yaitu klan yang bertugas menjaga kristal abadi.

   Sudah satu bulan berlalu sejak kematian sang Ayah. Penyakit yang diderita selama bertahun-tahun akhirnya membuatnya menghembuskan nafas terakhir saat ia tengah terlelap. Setelah malam penuh duka, surat wasiat dibacakan keesokan harinya untuk menentukan beberapa hal penting, termasuk penempatan kristal abadi.

    Tradisi mengatakan bahwa Si sulung adalah pewaris yang tepat. Namun, karena kristal abadi hanya bisa ditempatkan pada keturunan yang mempunyai tanda lahir spesial, maka kristal abadi ditempatkan di tubuh Si bungsu yang belum mengetahui apa-apa. Sang ibu hanya mengatakan bahwa Sheila anak spesial. Sejak saat itu rambut Sheila  perlahan-lahan mulai menampakkan warna merah muda. Dimulai dari ujung rambutnya.

     Sang Ibu mengatakan bahwa rambut Sheila akan berubah secara bertahap menjadi merah muda seiring bertambahnya usia. Sang kakak berjanji akan selalu melindungi Sang adik. Karena dia tahu jika adiknya adalah sasaran bagi banyak orang.

"Kak Sean kenapa ada warna merah muda di ujung rambutku?" Ucap Sheila.

  Sean nampak berpikir sejenak. "Karena kamu spesial Sheila."

Sheila tampak mengangguk.

   Karena hari sudah gelap Sean memutuskan untuk pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan Sean hanya diam karena merasakan akan ada kejadian buruk.

"Kak nggak usah difikirkan. Nggak akan ada kejadian buruk kok." Ucap Sheila kepada kakaknya. Sean tertegun namun dia tahu Sheila bisa membaca pikirannya.

" Kakak nggak mikirin apa-apa kok."

" Nggak usah bohong. Aku nggak suka kalo kakak bohong." Sheila merajuk dengan tingkah imutnya.

  Sesampainya di rumah mereka dikejutkan dengan rumah yang berantakan. Seluruh perkakas rumah berserakan dan tidak terletak di tempat asalnya. Sean menginstruksikan kepada Sheila untuk memeriksa kamar ibunya. Sedangkan Sean memeriksa bagian belakang rumah.

"KAKAK!!" Pekik Sheila membuat Sean bergegas mendatangi kamar Ibunya. Sheila tidak dapat membendung air matanya, dia hanya terduduk memandangi jasad wanita yang sangat disayanginya. Namun sang kakak tidak nampak sama sekali. Dia seperti menghilang ditelan bumi.

"Kakak, dimana kakak. Kakak jangan pergi."

"Heh, kertas??"

Sheila mengambil secarik kertas tersebut dan membacanya

Berhati-hatilah dengan Kerajaan Merah.

Sementara itu disisi lain, tengah duduk seorang gadis berambut hitam dengan mata coklat memandangi sebuah novel tebal dengan judul "Empress of Red Kingdom" Dia berdecak sebal karena ending dari novel tersebut sangat membosankan. Ditepuk tepukkan tangannya ke novel tersebut sampai terdengar suara yang agak keras. Dia tidak menyadari jika ada seseorang yang telah memperhatikannya sedari tadi.

"Ckckck Adelia kenapa kamu menepuk-nepuk bukumu seperti itu?"

"Mama? Hah kapan mama pulang?"

Sang Mama hanya tersenyum dan berjalan menuju Adelia. Dia duduk di samping Adelia dan mulai menjelaskan.

"Walaupun menurutmu novel ini jelek, tapi pasti sang penulis ingin menyampaikan sesuatu kepada pembaca. Ingat juga novel ini dibeli dengan uang.

"Andai aku bisa masuk ke dalam novel ini Ma." Adelia berharap.

Sang Mama hanya tersenyum dan mengelus rambut Adelia.

"Sudahlah ini sudah malam. Cepatlah tidur! Semoga impianmu terwujud nak."

"Iya ma, selamat malam." Ucap Adelia

"Selamat malam juga putriku."

Sang Mama berjalan menuju pintu dan menutupnya dengan senyuman mengembang.

Adelia tidak bisa tidur karena selalu memikirkan ending dari novel yang dibacanya. Ia sangat ingin masuk kedalam cerita tersebut dan menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh di sana.

Tak berapa lama, perjalanan halusinasi Adelia-pun berhenti. Rasa kantuk telah menyerangnya seakan ingin menculiknya ke pulau kapuk.

"Tapi kenapa mata ini seakan tertahan?huft." Decik Adelia.

Wuussssssss angin berhembus lembut namun mampu membuat Adelia bergidik. Perhatikan Adelia terfokus pada salah satu jendela kamarnya. Dia memalingkan wajahnya hingga ia menatap sosok berjubah merah dengan liontin berlambang Kerajaan Merah. Adelia tidak memercayai apa yang ia saksikan. Ia menggelengkan kepalanya, mengerjapkan mata, berusaha mati-matian agar ilusi tidak lucu ini sirna. Ia sudah memastikan sendiri jendela kamarnya sudah ditutup. Namun, kenapa sosok tersebut bisa masuk?. Jadi tidak mungkin sosok yang ada dihadapannya ini adalah seorang manusia.

Cukup-cukup, stop berfikir hal yang tidak pasti. Batin Adelia.

"Selamat malam Adelia." Ucap sosok tersebut.

Baiklah dalam hitungan ke-tiga aku akan lari secepat-cepatnya. Satu dua tiga.

Adelia berlari menuju pintu dan mencoba membukanya. Sial, kenapa dikunci. Haisssh mempersulit keadaan saja.

"Saya Beatrice Silveria dari Kerajaan Merah." Ucap sosok tersebut yang ternyata bernama Beatrice.

Bentar bentar Beatrice Silveria? Kerajaan Merah? Hah ini mimpi? Adelia mencoba untuk mengkondisikan dirinya. Ia berbalik dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa maumu nona Beatrice?"

"Bertukar peran denganmu. Aku menjadi Adelia dan kau menjadi Beatrice." Ucap Beatrice to the point.

Dilanda ketakutan, Adelia mengamati Beatrice dengan seksama. Masih ada kemungkinan bahwa sosok yang mengaku bernama Beatrice ini adalah penipu. Adelia telah membaca keseluruhan isi novel namun, dia tidak menemukan tokoh bernama Beatrice. Adelia seperti ditelan rasa takut. Dia mulai memikirkan bahwa sosok yang mengaku Beatrice ini adalah penunggu loteng rumah yang sering dibicarakan adik Adelia.

"Jangan takut! Aku benar-benar manusia." Ucap Beatrice

"Aku memang ingin masuk kedalam cerita itu. Tapi setidaknya aku ingin menjadi tokoh yang populer. Bukan tokoh yang tidak ada sepertimu." Adelia mengeluh dengan mata sendu.

"Alur cerita ini tergantung kamu Adelia. Cepatlah berganti peran sebelum pukul dua belas malam." Tutur Beatrice.

Beatrice mengeluarkan sebuah cincin dari dalam saku jubahnya dan menyerahkannya kepada Adelia.

"Pakailah cincin ini agar kamu tidak kebingungan."

"Tapi bagaimana dengan mamaku?"

"Haishhhh, sudahlah dia tidak akan mempermasalahkan." Tegas Beatrice

Adelia memakai cincin pemberian Beatrice dan seketika dia sudah mengenakan pakaian kerajaan. Lengkap dengan sebuah portal yang terbuka diujung kamar Adelia.

"Tapi apa peranku disana?" Tanya Adelia

"Terserah kamu." Jawab Beatrice singkat

"Bagaimana nasibku nanti?"

"Sudahlah cepatlah pergi!" Jawab Beatrice. Dengan langkah cepat Beatrice mendorong Adelia ke dalam portal.

Arggghhhhhhhh

Adelia telah memasuki portal sepenuhnya, namun terjadi ketidakberesan dalam portal tersebut. Mungkin Adelia akan sampai ke tujuan sekitar lima tahun kemudian.