Loui daan Lexis berjalan beriringan kelua dari ruangan meeting itu bersama pra pria dan wanita dewasa lainnya yang ada di dalam sana. Semuanya saling berpamitan untuk meninggalkan perusahaan Lexis. Sedangkan Louis hanya diam atau hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.
"Ayo temani Ayah makan siang. Setelah ini kau boleh pergi ke mana pun yang kau mau," ucap Lexis sambil mengusak rambut Louis.
Louis hanya diam dan menurut mengikuti langkah kaki ayahnya hingga masuk ke lift.Mereka akan turun ke lantai utama karena cafe yang menjadi tempat istirahat seluruh karyawan di sini tersedia di lantai utama.
Lif berbunyi dan terbuka dengan sendirinya saat tiba dilantai yang dituju seolah mempersilahkan orang di dalamnya untuk keluar. Lexis dan Louis keluar dari sana. Mereka kembali berjalan, beberapa karyawan meenyapa bos mereka dan Louis yang tentunya menjadi bisik-bisik karyawan wanita muda melihat ketampanannya. Louis hanya diam dan berjalan santai. Ikut masuk ke cafe dan duduk bersama ayahnya di salah satu tempat duduk yang sudah disediakan.
Lexis memesan makanannya dan makanan Louis pada pelayan cafe itu. Pelayan wanita itu langsung mencatat pesanan dan pamit untuk mengambil pesanan mereka berdua.
Ayah dan anak itu hanya diam sibuk dengan sendirinyam hingga pelayan cafe datang memberikan pesanan makanan mereka.
"Ini pesanannya Tuan, silahkan dinikmati!" ucap pelayan wanita itu dengan senyumannya yang mengembang. Setelahnya dia pamit undur diri sambil membawa kembali nampan yang sebelumnya berisi makanan.
"Ayo makanlah!" ucap Lexis yang dibalas anggukan oleh Louis. Mereka berdua langsung melahap makanan tersebut dengan tenang tanpa ada ibrolan yang keluar dari lisan mereka hingga makaman tersebut tandas. Louis langsung meninggalkan kantir ayahnya kembali ke rumah. Tidak, dia tidak pulang ke rumah. Melainkan dia pergi ke taman.
Louis memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia masuk ke taman yang selalu dia kunjungi untuk menikmati keindahannya. Dia duduk di atas rerumputan hinau yang selalu terasa segar dan menyenangkan, melihat air danau yang mengalir dengan tenang, beserta merasakan belaian angin yang menerpanya dengan lembut. Louis menyikai semua hal yang ada di taman indah ini.
Suara pesan masuk itu membuatnya mengalihkan perhatiannya. Dia melihat sebaris nama yang sangat dia kenal. Itu adalah Hanah, Hanah mengirimkan pesan kepadanya.
Hanah : "Hai, kau sedang di mana sekarang? Hari ini aku tidak ada jam kuliah karena dosenku sedang sakit. Jadi, jika bokeh aku ingin menemuimu."
Louis : "Aku sedang ada di tamantempat kita berkunjung kemaein. Kemarikah saja, apa perlu aku menjemputmu?" balas Louis kepada Hanah.
Hanah : "Tidak perlu Louis. Aku akan ke sana dengan sopirku, tunggu aku ya."
Mereka mengakhiri pesan tersebut. Louis kembali menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celanan.
Tiba-tiba seseorang dia rasakan duduk di sampingnya tanpa permisu terlebih dahulu. Dia menoleh dan mendapati Alice di sampingnya. Louis mengernyit tidak percaya, kenapa dia hatus bertemu Alice lagi?
"Sedang apa sendirian di sini? Kau suka taman ini ya? Aku pun sering mengunjungi taman ini setiap kali ada waktu," ucap Alice mengawali pembicaraannya.
Sedangkan yang di ajak bicara hanya diam debgan rasa malasmeladei Alice yang cerewet itu.
"Louis!"
Suara seorang gadis yang sangat dikenalnya terdengar. Gadis yang dia tunggu-tunggu itu sudah datang. Dia berdiri tidak jauh dari Louis, namun dia mengernyit saat melibat ada gadis lain di samping Louis.
"Hallo Hanah! Akhirnya aku memiliku kesempatan untuk bertemu pacar sahabatku ini. Kau juga pasti tidak tahu ya Han, kita satu kampus loh. Waah senangnya!" seru Alice sambil merangkul pundak Hanah.
Sedangkan Hanah hanya diam dengan wajah kebingungan sambil sesekali melibat Louis yang hanya diam tanpa ekpresi di wajahnya. Sedangkan Alice yang ceria dan berisik itu terus berceloteh membuat Hanah tidak dapat menimpali perkataannya.
"Han, aku ingin mengatakan sesuatu padamu?" ucap Alice akhirnya dengan suara lirih yang tentunya masih dapat terdengar oleh Louis. Hanah mengernyit, beegitu juga dengan Louis.
"Apa?" tanya Hanah yang kebingungan.
"Aku hanya ingin mengatakan padamu sekaligus peringatan padamu Han. Sebaiknya kau belajar untuk meninggalkan Louis atau melupakannya. Karena aku sangat yakin sekali jika kau mengetahui siapa Louis dan aku sebenarnya kau akan terkejut dan menjauhi Louis. Kua dan Louis tidak akan pernah dapat bersama, karena tidak ada kesamaan di antara kalian."
Hanah terdiam, dia masih bingung dengan apa yang dimaksud Alice.
Sedangkan Louis yang mendengar suara lirih Alice yang lebih mirip berbisik itu berhasik membuat Louis menatap tajam Alice yang berdiri di samping Hanah.
"Santai saja Han, kau tidak perlu memikirkannya. Karna kau harap juga tidak akan ada yang mengetahui kebenaran ini. Dan oh ya, Louis! Ada apa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka aku berkata seperti ini? Bukankah aku benar mengatakan ini agar dia tidak terkejut!" ucap Alice yang tetap santainya menatap Louis, bahkan kini dia beralih berdiri di samping Louis.
"Pergi dari sini Alice! Jangan ganggu Hanah!" tegas Louis kepada Alice yang berhasil membuatnya geram dan menahan amarah.
"Wow! Seorang Louis marah padaku? Ini sangat mengejutkan! Aku akan patuh padamu Louis. Sampai junpa di kampus pangeranku," ucap Alice sambil berlalu meninggalkan Hannah dan Louis di taman.
Louis yang tidak enak hati dengan perbuatan Alice itu mendekati Hanah yang hanya diam mematung sambil terus mencerna perkataan Alice yang baginya sulit dipahami itu.
"Louis, kau paham maksud Alice kan? Apa maksudnya? Katakan padaku! Kau tidak menyembunyikan apa pun dariku kan Louis, sehingga aku tidak tahu tentang ini," tanya Hanah sambil menatap sendu wajah Louis. Lois sendiri hanya diam dengan seulas senyumnya, dia menangkup kedua pipi Hanah dan menatap mata indah itu dengan lembut.
"Dengarkan aku Han, tidak ada apa pun yang aku sembunyikan padamu. Tenanglah, jangan pikirkan perkataan Alice, dia memang sering berbicara hal-hal yang aneh sejak kecil. Percayalah padaku Han, aku ada di sini untukmu, ya. Sudah kita datang ke sini untuk bersantai bukan? Ayo!"
Louis meraih lengan Hanah mengajaknya untuk duduk di atas rerumputan segar itu menghadap pada danau yang selalu tak berubah keindahannya.
"Louis, kau benarkan? Kau tidak seperti apa yang Alice katakan?" tanya Hanah yang masih mengganjal dalam hatinya. Dia sangat kaget mendengar ucapan Alice yang terdengar serius itu.
"Tidak. Tenanglah, bagaiman aku belikan kau eskrim? Aku beli dulu ya! Jangan ke mana-mana!"
Louis langsung beranjak meninggalkan Hanah yang duduk di sana.
Dia mengha.oiri kedai es krim dan memsan dua es krim coklat untuknya dan Hanah. Tidak lama kemudian dia sudah mendapatkan dua es krim itu dan membayarnya. Dia segera kembali menemui Hanah yang hanya duduk diam di atas rumput itu menghadap Danau seperti saat Louis meninggalkannya.
"Ini, makanlah! Ini akan membantumu untuk lebih tenang," ucap Louis memberi satu es krim kepada Hanah yang langsung diterima gadis itu. Mereka berdua hanya diam, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Louis tidak menyangka jika Alice mengatakan ini. Itu artinya Alice bisa saja membongkar identitas aslinya sebagai srigala.
Tentu saja ini sangat berbahaya dan kemungkinan Hanah pun akan pergi dari hidupnya. Louis menghela napasnya mengingat kenyataan ini, kenyataan jika mereja itu berbeda.