"Kyoto! Hei ... Kyotooo!" Sabah memanggil-manggil gadis berambut pendek sebahu itu dengan penuh semangat. Namun tampaknya, gadis yang dipanggil-panggil itu tidak menyadarinya. Dan melihat situasi tersebut, membuat Sabah sedikit bertanya-tanya.
PLAK
Sabah berlari kemudian memukul pundak Kyoto begitu ia menghampiri gadis tersebut.
"Kau kenapa Kyoto? Kau terlihat tidak seperti biasanya?" tanya Sabah khawatir mendapati gadis asal Jepang tersebut, tampak hanya diam saja.
Kyoto menoleh ke arah Sabah dan terlihat dengan jelas, wajah gadis berdarah Jepang itu, terlihat sama sekali tidak baik-baik saja. Kulit yang terlihat pucat serta kantung mata yang lebar membuatnya terlihat seperti orang yang tengah sakit.
"Astaga! Kyoto kau sakit?" Sabah langsung panik mendapati wajah pucat Kyoto.
Kyoto mendesah sembari memegang kepalanya. Dia lalu berkata seperti ini pada Sabah, "Tolong pergilah, jangan membuat keributan di sekitarku selama satu hari ini," katanya lesu.
Meskipun menyadari bahwa dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh Kyoto. Nyatanya, Sabah merasa tidak gentar dan justru secara tiba-tiba menggendong Kyoto dan membawanya pergi ke klinik sekolah.
"Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Kyoto memukuli dada Sabah berkali-kali dan meminta diturunkan.
"Tidak!" jawab Sabah dengan tegas. Dia sama sekali tidak mendengar permintaan Kyoto. Dan justru mempercepat langkahnya menuju klinik sekolah.
***
Klinik Sekolah
Kyoto berbaring di ranjang sementara Sabah duduk tidak jauh darinya. Sabah terus menemani Kyoto, meskipun gadis berambut pendek sebahu itu, terus meminta untuk segera kembali ke kelas.
"Aku ingin ke kelas. Sabah, hari ini ada ujian, aku tidak mau sampai melewatkan kelas hari ini. Cepat bawa aku kembali ke kelas," rengek Kyoto.
Sabah menggeleng. "Ujian ... kau masih bisa mengikuti pengulangan nantinya. Lagi pula, tidak ada untungnya mengerjakan soal ujian dengan keadaan tubuh yang sakit."
Kyoto mendesah dia menatap tajam ke arah Sabah. "Sshh ... kenapa kau bisa sesantai ini? Kau seperti terlihat seperti meremehkan sekarang."
"Huft ... benar kita semua hampir menjadi gila hanya karena bersekolah di sini. Hidup dan mati kita hanya seputar mengenai ujian," ujar Sabah yang kini balas menatap Kyoto dengan lekat.
"Aku tidak memiliki niat untuk berdebat denganmu sekarang. Sekarang aku hanya ingin kembali ke kelas dan mengerjakan ujian." Kyoto kemudian bangkit dari ranjangnya namun sebelum ia benar-benar turun dari sana, Sabah terlebih dahulu menahan tubuhnya.
BRUK
Sabah mendorong tubuh Kyoto dan langsung menahannya. Di sana Sabah memberi tatapan tajam pada Kyoto.
"Berhenti memaksakan dirimu. Kyoto ... aku tahu, kau pasti sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" ujar Sabah yang tidak bisa melepaskan tatapan matanya ari Kyoto.
"Mereka semua mengancamku dan sekarang aku juga mengancamku ... astaga ini gila. Sekarang aku benar-benar akan menjadi GILA!" Kyoto juga menatap Sabah dengan tatapan tajam miliknya. "BERHENTI MELARANGKU DAN LEPASKAN AKU!" seru Kyoto penuh dengan kemarahan.
"Siapa yang mengancammu?" tanya Sabah dengan suara yang terdengar sedikit panik.
"Kau!" jawab Kyoto dengan cepat.
"Kau bilang tadi, mereka semua selain aku itu apa maksudnya?" Sabah masih belum mengerti.
"Mr Italy, terutama si peringkat satu intelek itu mengancamku habis-habisan ...." Kyoto terlihat kesal begitu mengingat kembali wajah Singapura.
"Singapura maksudmu? Argh ... kenapa kau tidak mengatakan itu padaku. Biar kutebak dia mempermasalahkan insiden waktu itu bukan?" Sabah mengingat di mana tempo hari, Kyoto yang ketahuan berbohong dipermalukan habis-habisan oleh Mr Italy. "Dia mengancammu di asrama?" tanya Sabah lagi memastikan.
" ... mustahil jika dia tidak melakukan itu padaku," ucap Singapura.
"Dan memang seperti itu adanya ... kalian berdua ini bodoh ya," kata seseorang yang tiba-tiba muncul di depan pintu klinik.
Melihat adanya kemunculan orang lain di depan pintu membuat, Kyoto dan Sabah terkejut. "SINGAPURA?!" seru keduanya serempak.
"Romantis sekali kalian berdua ini, bermesraan sekaligus bergosip mengenai orang lain. Melewatkan jadwal ujian dengan mudahnya. Kalian lupa dengan peraturan sekolah ini? Terutama untuk anak-anak kelas A." Singapura terlihat mengancam. Dan memang sudah menjadi gayanya khas untuk terlihat mengintimisadi orang lain.
"Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Kyoto berusaha menahan rasa takut sekaligus amarahnya. Dia sejujurnya masih merasa tidak nyaman dengan keberadaan gadis psikopat tersebut.
"Aku di sini untuk menjemput kalian berdua bodoh," balas Singapura dengan nada suara yang terdengar tenang. Singapura kemudian mendekat ke arah Kyoto, lalu mencengkeram rahang gadis asal Jepang tersebut. "Aku ingin memastikan yang satu ini agar tidak bersikap kurang ajar, padaku. Ingatlah aku ini sebagai peraturan yang harus kau taati," katanya mengancam.
Kyoto kembali merasakan peraaan takut, saat dirinya mendapatkan ancaman dari gadis asal Singapura tersebut.
"Kenapa kau selalu terlihat mengancam dirinya? Apa kau merasa benar-benar bertanggung jawab karena dia semalam berbuat kesalahan atau kau hanya ingin mencari kesempatan untuk menjatuhkannya," bela Sabah begitu melihat Kyoto kembali diancam oleh Singapura.
Singapura tersenyum licik lalu membalas seperti ini pada Sabah, "Kau ini kekasihnya ya? Sedikit menggelikan melihat dua makhluk sesama jenis seperti kalian, menjalin kasih dengan cara drama seperti ini," sindir Singapura.
Mendengar sindiran yang dilayangkan oleh gadis psikopat tersebut. Otomatis langsung membuat Kyoto dan Singapura langsung menjadi ketakutan sekaligus panik setengah mati. Rahasia bahwa Sabah merupakan seorang perempuan, tampaknya sudah diketahui dengan jelas oleh gadis itu.
"Kenapa kalian berdua teriihat sepanik itu? Ah ... terkejut karena aku mengetahui rahasia kalian berdua? Hihihi ... lucunya. Sabah ... Sabah padahal kau tidak perlu repot-repot menyamar menjadi seorang laki-laki. Karena dengan senang hati, aku akan membiarkanmu tinggal di asramaku, asalkan kau mengakui jenis kelaminmu itu," ejek Singapura.
"BANGSAT ... MAU APA KAU SEBENARNYAR?!" jerit Kyoto sudah tak tertahankan. Kyoto merasa bahwa Singapura selalu saja ingin menguliti dirinya habis-habisan dan meskipun ia sudah melakukan itu, dia tidak pernah merasa puas dan terus melakukannya.
"Kenapa jadi kau yang marah? Hmm ... aku mengerti, pasti ada yang kau sembunyikan di sana bukan?" Singapura tersenyum lebar dan berhasill membuat lawan bicaranya merasa kembali merasa ketakutan.
"Maaf tapi tujuanmu kemari karena kau ingin menjemput kami bukan? Kalau begitu, kau bisa segera membawa kami ke kelas," ucap Sabah mengingatkan tujuan, Singapura kemari.
Singapura memandang datar ke arah wajah Sabah namun tidak lama kemudian ia langsung tersenyum manis. "Yah tentu, terima kasih karena sudah mengingatkanku. Aku merasa senang diingatkan oleh, laki-laki cantik sepertimu," sindir Singapura. Gadis itu kemudian menarik tangan Kyoto dan Sabah bersamaan lalu menggandeng keduanya keluar dari ruangan klinik sekolah.
***
BRUAK
Meja kayu yang menjadi meja guru di ruangan kelas terlempar jauh dari tempatnya, saat ditendang oleh seorang pria asal Meksiko.
"Ah lihat, Mr Cuexcomate itu kembali berulah. Aku rasa beliau terlalu cepat mudah marah seperti biasanya," kata Bangkok dengan suara kecil.
"Hei kenapa kau selalu memberikan gelar aneh seperti itu, pada Mr Meksiko?" tanya Bandung penasaran.