Sudah 3 hari lamanya sejak kepulangan Alexa dari rumah sakit, meskipun keadaan kakinya masih belum 100% pulih. Dan Alexa masih terkurung di dalam rumah, Ia hanya bisa berdiam diri di rumah.
Gadis itu kerjanya beristirahat terkadang bermain game atau ia akan mencari kesibukan lain dengan membaca buku kedokteran. Ia tidak mau bersikap egois dengan meminta Daniel untuk selalu berada di sisinya, Karena Daniel juga punya kesibukan lain yang tidak bisa seenaknya ditinggalkan.
2 hari yang lalu polisi sempat datang ke rumah untuk menemui Alexa dan meminta keterangannya terkait kecelakaan yang ia alami. Namun, gadis bermata cokelat itu malah mengatakan kalau itu hanyalah sebuah kecelakaan biasa saja sehingga kasus ini pun telah ditutup.
Akan tetapi, diam-diam karena Indra tidak percaya begitu saja dengan ucapan Alexa. Maka Indra pun mengerahkan anak buahnya untuk menyelidiki kasus kecelakaan putrinya dan ingin mencari pelakunya sampai dapat.
"Alexa, Daniel. Papa hari ini mendapat undangan dari tuan Harri, Ia mengundang kita semua untuk datang ke villa sekaligus peternakan yang baru saja ia beli di kawasan puncak. Jadi, kalian berdua bersiap-siaplah. Karena siang ini juga kita akan berangkat ke puncak," ucap Indra saat sedang sarapan di meja makan.
Ekspresi wajah Alexa terlihat biasa saja dan tampak tidak tertarik. "Sepertinya ada yang mau pendekatan, makanya si ulat bulu itu sedang mencari-cari alasan agar bisa dekat dengan pangeran pujaannya," cibirnya seraya melirik ke arah Daniel.
"Maksud kamu apa?" tanya Daniel.
"Apa kamu tidak ingin pergi? Papa bisa menolaknya kalau kamu mau," ucap Indra.
Alexa kemudian meletakkan sendok dan garpu yang ia gunakan untuk makan di atas piring, gadis itu menghela napas panjang. "Tidak! Kita tetap datang ke sana, Alexa ingin tahu rencana apa lagi yang akan dilancarkan oleh si ulat bulu," ucap Alexa dengan raut wajah yang terlihat kesal.
Meskipun Daniel dan Indra tidak sepenuhnya paham dengan perkataan Alexa, namun sesungguhnya Alexa sadar betul kalau ini hanyalah sebuah akal-akalan Shella saja.
Tapi kali ini Alexa tidak akan jatuh ke dalam perangkap Shella, sampai kapanpun juga ia tidak akan pernah mau menyerah. Kalau bisa, Alexa ingin memberikan sebuah pelajaran kepada Shella.
***
Sore hari ...
Alexa, Daniel dan Indra sudah sampai di villa milik Papa Shella-Harri. Mereka pun mendapat sambutan hangat dari sang tuan rumah, tidak terkecuali Shella yang begitu bersemangat saat melihat kedatangan Daniel.
"Kak Daniel sudah datang?! Waah, Shella senang sekali kak Daniel mau datang kemari."
Gadis itu langsung menghambur ke arah Daniel dan langsung memeluk lengan pria itu dengan manja, dan Daniel langsung melepaskan pelukan Shella dari lengannya dan membuat gadis itu manyun.
"Mari, silahkan masuk ke dalam." Harri memandu Indra dan yang lainnya untuk masuk ke dalam ruang tamu yang terlihat sangat luas dan terlihat sangat mewah.
Harri mempersilahkan keluarga Indra untuk duduk di sofa yang super empuk dan nyaman, yang pastinya juga harganya selangit karena sofa itu langsung didatangkan hari dari Italy. Karena selera seorang milyarder seperti Harri pastilah tinggi levelnya.
Seperti biasa, Daniel selalu menempel kepada Alexa. Pria itu seperti tidak mau kehilangan moment untuk terus berada di sisi Alexa, Daniel sengaja duduk tepat di samping Alexa dan karena ia ingin menjadi lelaki siaga untuk Alexa.
"Sebelumnya, Om mau mengucapkan selamat atas kelulusan kalian. Terutama kamu Alexa, om dengar dari papa kamu, kalau kamu berhasil meraih nilai tertinggi dan sempurna. Kamu juga berhasil meraih beberapa penghargaan. Jujur, om sangat kagum atas semua prestasimu," puji Harri yang seketika mendapat tatapan sinis dari Shella yang merasa tidak suka saat sang papa memuji Alexa.
"Terima kasih, om Harri," ucap Alexa sopan.
"Jujur saja, saya sangat iri kepadamu Indra. Pantas saja kamu bersikukuh menyuruh putrimu untuk cepat-cepat bekerja di perusahaan dan menghandle urusan proyek pembangunan di Bali, karena kamu tidak ingin menyia-nyiakan kejeniusan putrimu," ucap Harri seraya tertawa. "Tapi ... bukankah impian Alexa ingin menjadi seorang dokter? Saya pernah dengar kabar kalau Alexa ingin menjadi seorang dokter?" tanyanya kemudian kepada Indra.
"Tidak! Kabaar itu tidaklah benar! Takdir Alexa adalah menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Prayoga, bukan seorang dokter! Dan saya sendiri yang akan mendidik Alexa sampai ia benar-benar siap untuk menggantikanku suatu hari nanti," tegas Indra.
Alexa seketika menoleh ke arah Indra, gadis itu menghela napas berat sambil meremas kedua tangannya. Rasanya ia ingin sekali menangis, tapi ia hanya bisa menahan emosinya.
Saat Daniel memandang ke arah Alexa, pria itu melihat ekspresi Alexa yang terlihat sedih dengan mata yang berembun, sontak saja Daniel langsung menggenggam tangan gadis itu untuk menenangkannya.
"Kamu kenapa Alexa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Harri kepada Alexa.
"Mungkin Alexa sedikit kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh," sahut Daniel cepat mewakili Alexa.
"Kalau begitu, biar kepala pelayan yang akan mengantarkan kalian ke kamar untuk beristirahat." Harri memberi isyarat kepada kepala pelayannya yang sedang berdiri di belakang sofa Harri, dan bersiap-siap kalau bos nya itu membutuhkan sesuatu.
"Mari saya antar ke kamar, nona dan tuan," ucap sang kepala pelayan.
Setelah melewati lorong yang lumayan panjang akhirnya mereka sampai di kamar yang telah disediakan khusus untuk mereka. Kamar Alexa dan Daniel terletak terpisah, kamar Daniel terletak tepat di samping kamar Shella. Sedangkan kamar Alexa terletak agak sedikit jauh dan bersebelahan dengan kamar Indra.
"Pasti ini akal-akalan si ulat bulu! Dasar licik," umpat Alexa kesal sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
Daniel menghela napas, karena Daniel tidak mau membuat Alexa marah atau cemburu, pria itu segera mengambil inisiatif. "Kalau begitu, kita bertukar kamar saja. Biar kamu saja yang menempati kamar kak Daniel dan kamarmu kak Daniel yang menempati, bagaimana?"
"Setuju," sahut Alexa cepat yang ditanggapi senyuman oleh Daniel.
Dan Daniel segera memindahkan tas Alexa ke kamar yang telah dipersiapkan oleh Shella sebelumnya. Dan pastinya gadis itu akan mengamuk kalau ia tahu kalau rencananya untuk bisa dekat-dekat dengan Daniel gagal total. Hehehee.
Beberapa saat kemudian ....
"UUUUHHHHH!! ALEXA SIALAN!! BANGSAT!! Berani-beraninya dia menggagalkan rencanaku untuk mendekati Daniel! Awas kamu Alexa! Aku tidak akan tinggal diam!"
Shella membanting semua barang-barangnya dan memberantakan seprei bahkan alat make up-nya yang tertata rapi di atas meja rias saat ia tahu kalau Alexa dan Daniel telah bertukar kamar. Dan yang pasti ia akan kesulitan mendekati Daniel karena kamarnya bersebelahan dengan kamar papa Alexa.
Shella yang sedang mengamuk langsung mencari keberadaan Alexa yang saat ini tidak berada di dalam kamar, ternyata gadis itu sedang berjalan-jalan di sekitar villa sambil menikmati pemandangan puncak Bogor bersama dengan Daniel.
Dari kejauhan, Shella melihat keberadaan Alexa dan Daniel yang sedang tertawa dan bercanda, Shella menatap ke arah Alexa dengan tatapan penuh kebencian sambil mengepalkan tangannya.
"Alexa Prayoga! Aku tidak akan pernah melepaskanmu! Aku pasti akan membalas semua perlakuanmu kepadaku," ujar Shella penuh kebencian.
"Aku pasti bisa merebut Daniel dari sisimu! Aku akan mempermalukanmu di hadapan semua orang, sehingga kamu tidak akan pernah bisa lagi menunjukkan wajahmu lagi."
Wajah Shella menyeringai, di otaknya kini tersimpan beberapa rencana yang sangat jahat yang akan ia lancarkan untuk menjatuhkan Alexa. Tepat seperti yang telah Alexa prediksi sebelumnya.
***
"Ini kak Daniel, Shella khusus memesankan makanan ini untuk kak Daniel. Rasanya enak sekali loh karena langsung dimasak oleh Professional Chef yang kita sewa khusus untuk memasak di villa," ucap Shella bangga sambil menyodorkan sepiring seafood.
Daniel terlihat sangat risih dengan perhatian Shella yang terlalu berlebihan, pria tinggi berbadan atletis itu terlihat tidak nyaman karena Alexa saat ini sedang duduk di sampingnya.
Alexa seketika menoleh ke arah Daniel, dan menjatuhkan pandangannya ke arah piring makanan Daniel yang sama sekali belum disentuh pria yang sedang duduk di sampingnya.
"Wahhh! Seafood, udang. Kelihatannya enak sekali, tapi sayang, Shell. Kak Daniel 'kan alergi udang," ucap Alexa heboh lalu ia segera mengambil piring yang berada tepat di hadapan Daniel dan langsung memakannya tanpa basa-basi.
"Hmmm!! Udangnya enak banget, kenapa kamu hanya memberikan makanan yang enak-enak kepada kak Daniel saja? Aku 'kan juga mau," ucap Alexa lagi.
Alexa lalu mengambil piring kosongnya dan memilihkan makanan yang Daniel suka, banyak sekali makanan Eropa, Chinese food dan hanya ada beberapa menu Indonesia yang tersaji di atas meja makan yang berukuran besar itu.
Alexa mengambilkan sedikit nasi lalu capcay dan juga 2 potong daging yang dimasak rendang, Ia juga mengambil sebuah mangkok kecil dan mengambilkan sup ayam jamur. Dan semua makanan yang Alexa ambilkan, itu semua atas permintaan Daniel. Karena Alexa ingin menjadi, sebagai seorang kekasih yang baik, makanya ia berbaik hati melayani Daniel.
"Makan yang banyak, kak. Biar kak Daniel ada tenaga untuk memisahkan perkelahian antara Alexa dan Shella nanti," ucap Alexa setengah berbisik dan membuat Daniel seketika tersedak saat sedang meneguk air putih.
Shella yang sedari tadi hanya melihat dari seberang meja, hanya bisa menahan amarahnya saja. Gadis itu terlihat mengatupkan rahangnya, wajahnya berubah merah padam. Di hati dan otaknya kini hanya ada kobaran api cemburu dan kemarahan saja.
Indra dan Harri keduanya terlihat asyik mengobrol sendiri, membicarakan tentang masalah bisnis masing-masing sehingga tidak memperhatikan anak-anak mereka yang kini sedang berseteru memperebutkan Daniel.
Sebenarnya Daniel merasa sangat pusing karena berada di antara kedua gadis yang notabene nya bukanlah gadis biasa saja. Namun tetap saja, di hatinya hanya ada Alexa seorang.
"Pa, om Harri. Alexa mau istirahat di kamar dulu, ya?" pamit Alexa setelah selesai makan.
Indra dan Harri seketika menoleh ke arah Alexa dan mengangguk bersamaan.
"Mau aku antar, Lex?" tanya Daniel menawarkan diri.
Alexa menggeleng cepat. " Alexa bisa sendiri, kok."
"Kalau kamu butuh apa-apa telepon kak Daniel saja, ya," ucap Daniel sambil mengangkat ponselnya.
"Oke," ucap Alexa singkat sambil tersenyum
Alexa kemudian berjalan meninggalkan Daniel dan yang lainnya.
"Tunggu Alexa Prayoga!"
langkah kaki Alexa seketika terhenti namun ia tidak membalikkan badannya, dan kini semua orang langsung memandang ke arah Shella.
"Bagaimana kalau besok kita adakan beberapa game atau semacam pertandingan gitu lah," tantang Shella tiba-tiba.
Alexa langsung membalikkan badannya.
"Tidak mau!! Aku malas," tolak Alexa kasar.
"Kenapa? Kamu takut? Seorang Alexa Prayoga tenyata penakut!" Shella tersenyum sinis meremehkan Alexa.
Alexa bersendekap. "Apa yang kamu inginkan sebenarnya?"
"Tidak ada! Aku hanya ingin mengadakan beberapa pertandingan saja, aku hanya ingin tahu, seberapa kuat dan hebat seorang pewaris dari keluarga Prayoga yang selalu dibangga-banggakan itu."
"Lalu?"
"Lalu apa? Bagaimana kalau kita mengadakan taruhan? Siapapun pemenang pertandingan nanti harus mau mengikuti semua permintaan sang pemenang," ucap Shella penuh percaya diri.
Akal licik Shella ternyata bagus juga, dengan begini ia akan bisa merebut Daniel saat Alexa kalah bertanding dengannya.
"Tidak Alexa! Jangan lakukan itu! Kamu belum sepenuhnya pulih, dan ini adalah ide yang sangat gila," cegah Daniel sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Bagaimana Alexa? Apa kamu berani menerima tantanganku? Atau ... kamu mau jadi seorang pengecut yang selalu bersembunyi di belakang Daniel dan juga papamu?"
Shella terus mengompori Alexa.
"Cepat, jawab! Apa kamu berani menerima tantanganku?!" Shella terus mendesak Alexa.
Dan Alexa terlihat bimbang, tapi ia ingin sekali memberi pelajaran kepada Shella.
To be continued